🧙♀️
"Orallion, ayo!" Syailen melambaikan tangannya kepada Orallion sembari berdecak kesal, ia sudah berlari-lari untuk cepat sampai ke ladang bunga, namun Orallion justru berjalan santai sekali. "Kau lama sekali! Kau masih muda, jangan seperti Daddy ku!"
"Sabar sedikit, aku lelah," sahut Orallion sambil mengatur deru napasnya yang tersengal. "Aku ini sudah tua, kau ingat?" canda Orallion sambil tersenyum.
"Dua setengah abad, ku pikir itu masih muda. Kita cuma berbeda setengah abad saja, ayolah!!!" Syailen merengek kembali, membuat Orallion tertawa gemas.
"Kau duluan saja, nanti aku menyusul di belakang," suruh Orallion sambil mengacak-acak rambut Syailen. "Tapi jangan-jangan jauh dari ku, sudah satu Minggu aku menahan rindu, jangan membuatku rindu kembali!!" teriak Orallion begitu Syailen berlari meninggalkannya.
"Ah ... gadis itu." Orallion kembali melanjutkan langkah santainya, ia memang tidak suka berjalan terburu-buru, apalagi jika tidak penting. "Hati-hati, sayang," ucap Orallion lagi memperingatkan.
"Jangan merayuku!" sunggut Syailen tersipu di antara bunga-bunga yang tangkainya sudah merambat tinggi.
"Aku tidak merayu mu, aku hanya senang hari ini, karena dapat melihat kau lagi. Kau tahu, semalam aku sudah memasakkan mu sesuatu, tapi kau tidak datang."
Syailen menggeleng. "Kasihan sekali, kau pasti lelah. Lain kali, jangan menungguku lagi, kau tau 'kan, Daddy tak selamanya bersikap baik, ada kalanya dia harus bersikap posesif."
"Ya, itu karena kau nakal."
Mata Syailen justru membelalak begitu mendengar Orallion menyebut dirinya nakal. Gadis itu berdecak sebal, lalu berjalan menghampiri Orallion dengan wajah kesal.
"Aku tidak nakal, kau terus mengatakan itu dari kecil hingga sekarang. Sampai-sampai Michael juga mengatai ku begitu karena mendengar mu mengucapkan nya!"
"Hah? Aku salah lagi? Ya ... memang kau nakal, kau selalu membantah ucapan ayah mu, tak pernah menurut kata-kata ku, dan ...." Orallion berdehem sekejap lalu tersenyum.
"Dan apa?"
"Ah, tidak. Lupakan saja, lebih baik bantu aku memetik bunga," ucap Orallion mengalihkan pembicaraan. Ia berpura-pura memetik beberapa bunga, sambil melirik-lirik Syailen yang nampak merajuk. "Sudah, jangan merajuk. Aku hanya bercanda, walaupun nakal, aku tetap mencintaimu."
Syailen membentuk kerucut bibirnya. "Aku tidak merajuk, tapi jangan mengatai ku nakal lagi! Aku tidak suka! Tidak ada lagi kah kata-kata yang lebih baik dari itu?" sunggut nya sambil berjalan mendekati gazebo yang terletak di pinggir ladang.
Sementara Orallion kini mengambil keranjang yang berada di dalam jubahnya, lalu memetik satu-persatu bunga untuk membuat Flo.
"Orallion aku haus, aku mau minum!" rengek Syailen, sambil mengibas-ngibaskan tangannya, mengatur suhu tubuhnya yang mulai menaik. "Ayo ke sini, untuk apa kau berjemur di siang-siang gini!"
Sekali lagi, Orallion hanya menurut.
Pria itu mulai berjalan mendekati Syailen, sambil menenteng keranjang bunganya yang belum sepenuhnya penuh. Walaupun ia sama sekali tidak kepanasan, namun ia akan tetap menurut dengan ucapan Syailen.
Jika tidak, Orallion sendiri yang akan kena konsekuensinya.
"Kau haus, hm?" tanya Orallion begitu ia sampai di gazebo. Pertama-tama ia meletakkan keranjangnya di tanah, sampai setelah itu ia mengeluarkan satu botol air dari dalam sakunya. "Minumlah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not an Ordinary Crystal | Lee Taeyong
FantasyThey said, this Crystal is a disaster. * * * Syailen tidak pernah mengira bahwa kehidupannya akan menjadi rumit seperti ini. Hati Kristal, tahta, percintaan, pembalasan dendam, persahabatan, dan segala...