08. Kembalinya Duck

16 5 0
                                    

🧙‍♀️

Bugh!

Wajah putih Hans memerah, akibat tamparan Orallion yang betul-betul membuat pipinya memanas, serta sudut bibir yang mengeluarkan darah merah segar.

"Bodoh! Kenapa kau mencoba menyakiti Syailen, huh?! Dia juga perempuan, dia sama seperti Lilian, kekasih yang begitu kau cinta itu!" bentak Orallion, sambil mencengkram erat kerah kemeja yang Hans gunakan. "Bagaimana, perasaan kau ketika Lilian tiada?! Begitu juga perasaan ku, Hans! Apa kau tidak memikirkannya?!"

Hans menampilkan senyum miringnya, merasa sama sekali tidak peduli dengan ucapan Orallion. "Hei, ini beda, Orallion. Aku hanya ingin mengambil Kristal di dalam hatinya, hanya itu. Bukan untuk menghabisinya!"

Bugh!

"Itu sama saja! Menaruhkan nyawanya! Kau sungguh bodoh, Hans. Kau licik! Dan, setelah apa saja yang aku pertaruhkan untukmu, apakah ini balasan mu?"

"Oh, kau meminta imbalan atas segala yang kau lakukan untuk, huh?!" Hans mendorong kasar tubuh Orallion, lalu membenarkan posisi kemejanya yang berantakan. "Aku akan membayarnya, berapa Merr yang kau perlukan?"

(Merr: nama mata uang Planet Eufenja).

"Kau kira aku perlu uangmu? Maaf saja, aku sama sekali tidak perlu itu semua, cih! Aku bukan gila harta dan egois seperti mu. Aku melakukannya, karena aku menyayangimu, karena kau adalah keluarga yang ku miliki satu-satunya."

"Tidak usah berpura-pura. Aku tahu, kau sedang memerlukan uang banyak untuk membeli beberapa peralatan untuk membuat ramuan," kata Hans lalu mengambil segelas air di dapur untuk meredamkan amarahnya sekarang.

"Walaupun aku begitu membutuhkannya, aku tetap tidak akan mengkhianati orang yang mencintai dan kucintai," timpal Orallion, lalu menghampiri Orallion ke dapur pula.

Hans mengangkat kedua bahunya acuh. "Terserah, kita selesaikan urusan masing-masing. Kau mencoba untuk melenyapkan ku, dan aku yang mencoba untuk merebut Kristal itu. Sepakat?" Tangan Hans terulur sebelah, membuat perjanjian dengan saudaranya. "Kenapa? Tidak mau?"

"Sayangnya, kau memiliki saudara seperti ku Hans. Aku begitu menyayangimu, dan ingat ... sebenci-bencinya kau padaku, kau tetaplah seorang saudara, yang selalu aku upayakan untuk dijaga, bukan untuk disakiti. Kau, Syailen maupun orang lain yang kucintai, sama-sama menjadi prioritas ku."

Selesai berucap, Orallion memilih mundur-mencoba menenangkan dirinya sendiri. Mengenyahkan segala luka yang ia dapatkan dari seorang saudaranya sendiri. Miris!

Tidak sampai beberapa langkah Orallion melangkah, beranjak dari dapur, Hans kembali menyahut, menyerukan suaranya dengan nada lemah.

"Jangan terlalu mencintai ku, karena perasaan seseorang bisa saja berubah sekian waktu bertambah. Kau akan menyesali ini suatu hari nanti, karena telah mencintai saudara picik seperti ku."

🧙‍♀️

"Awh! Hentikan, Mich, ini begitu perih," rintih Syailen, sembari memejamkan mata dengan mulut yang selalu meringis begitu merasakan rasa nyeri di lengannya.

"Jangan marah padaku! Siapa suruh kau keluar tanpa pengawal, kau mengira dirimu adalah seorang gadis biasa yang sama sekali tidak penting, begitu? Kau seorang putri! Astaga ... sesulit inikah menjelaskannya padamu?"

Omelan Michael, serasanya membuat Syailen mengantuk, terlebih, seharian ini ia sibuk berkutat dengan pekerjaan rumah yang ia lupa kerjakan. Dan akibatnya adalah, ikut dengan Orallion menjenguk anak-anak tadi.

Not an Ordinary Crystal | Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang