24. Disappointed Heart

14 5 0
                                    

🧙‍♀️

Hans cukup terkejut dengan penuturan Syailen, ah lebih tepatnya kepada permintaan gadis itu. Apa katanya? Menjadi suami? Apa telinga Hans mendadak bisa berhalusinasi? Sepertinya Hans harus memeriksanya.

"Kau bercanda?" Bibir Hans melengkungkan senyum, bahkan ia sempat tertawa nyaring seraya memijat pelipis. "Hei, Syai, jangan mengada-ada. Kupikir kau bermasalah dengan kesehatan mental mu," ujarnya terus terang.

"Kau pikir aku gila? Ah, dengarkan aku, Hans. Hanya orang bodoh yang akan bercanda di saat masa genting mereka. Dan aku tidak bodoh seperti itu, aku serius dan tidak bercanda."

Tawa Hans mendadak terhenti, detik itu juga ia merasakan suasana mulai serius di antara mereka. Di sana juga, ia mulai merasa Syailen benar-benar tidak bercanda.

"Jadi ... kau serius?" tanyanya lagi, tentunya dengan mata membulat—masih ada rasa tidak percaya yang tertanam di dalam otak serta logikanya. Ia mengira Negeri ini sudah takkan bertahan lama.

Negeri ini sepertinya sebentar lagi akan kiamat.

Bagaimana bisa musuh mu sendiri dijadikan suami? Hans pikir, Syailen memang terkena gangguan mental, ditinggalkan oleh Orallion membuat otak Syailen sedikit bermasalah hingga berujung seperti ini.

"Hai, Syai. Bila kau mau aku temani berobat dengan Madam Jessy tidak masalah, mari. Jangan membuat lelucon terus menerus, ini sama sekali tidak lucu," ucap Hans mencoba mengakhiri. Ia lelah, dan tidak ingin melanjutkan ini.

"Hans ...." Gadis di depannya merengek, entah merasa bingung harus menjelaskan kepada Hans seperti apa lagi. Lelaki itu terus menganggapnya bercanda dan membuat lelucon.

Padahal Syailen serius.

Tetapi Syailen tahu, bahwa ia sudah bertindak jauh, dengan demikian Syailen akan menyelesaikan dan menghadapi ini secara cepat. Dia tidak mau membuang waktu berharga nya lebih lama lagi.

"Hans, dengarkan aku." Kedua tangan Syailen membawa tubuh tegap Hans menghadap tepat, bersipandang ke arahnya. "Aku tidak bercanda, garis bawahi itu. Aku serius, dan aku tidak membuat lelucon akan hal itu. Jadi, mari kita menikah, jadilah calon suamiku, Hans?"

Syailen tidak mengerti dengan tubuh Hans, tadinya biasa-biasa saja, dan tidak tahu kenapa sekarang tubuhnya lebih kaku dan keringatnya terus mencucur.

Oh, seorang Hans sekarang gugup?

"Bagaimana, kau setuju?" Ia mengulang tawarannya, masih menunggu Hans yang berkutat pada pikirannya sendiri, menimbang-nimbang lebih tepatnya.

"Apa keuntungan ku jika aku menyutujui nya?" Sekitar lima menit diam, Hans mulai membuka suara dan bertanya perihal keuntungannya dalam bermain drama di sini.

Tidak ada ekspresi berlebih dari Syailen selain terkekeh setelahnya menepuk lengan atasnya Hans pelan. "Aku akan membiarkan mu Merr, berapapun, sepakat?"

Hans kembali menimbang, kali ini berpikir lebih lama, hingga membuat Syailen kesal dan berdecak. "Kau bisa mewujudkan impian kekasihmu setelah itu. Tanpa harus membutuhkan Kristal ku."

Gadis ini pintar juga rupanya, sependapat dengan apa yang Hans pikirkan sedari tadi. Tapi masalahnya, Hans merasa hal ini justru akan membuatnya berlagak mengkhianati Lilian.

Walaupun hatinya masih setia pada gadis itu, tetap saja, Hans merasa ada yang tidak benar di sini. Di sisi lain, penawaran Syailen juga tidak buruk.

"Hanya sementara, bukan?" Pria itu mengangkat alis, sehingga dibalas anggukan oleh gadis di depannya. Secara tidak sengaja membuatnya ikut mengangguk.

Not an Ordinary Crystal | Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang