🧙♀️
"Kau dan Orallion bersepakat untuk memutuskan hubungan kalian?" Ellen membulatkan mata mengakhiri pertanyaan nya, terkejut tentu, karena yang ia ketahui sahabatnya dan Orallion sepertinya tidak mempunyai masalah serius yang dapat membuat kedua insan itu harus berpisah.
Menyahut pertanyaan Ellen, Syailen pelan-pelan mengangguk, memantapkan segala keputusan hati maupun pikirannya. "Itu sudah kami bicarakan, dan kami ... memutuskan untuk mengakhiri ini."
"Kenapa?"
Keduanya menuruni undakan sembari bercerita, begitupun sekarang, Ellen kembali menanyainya, namun kalimatnya justru membuat Syailen menaut alis.
"Kenapa?" Ia bergumam sendiri, menatap Ellen seolah memintainya penjelasan.
"Iya, kenapa kalian harus berpisah?" Sampai di undakan pertengahan, Syailen mendadak mengecilkan langkah, setelahnya memilih duduk di atas sana, semacam memikirkan sesuatu untuk menjawab pertanyaan sang sahabat.
"Lelah, hanya itu." Meski nada ucapannya terdengar lirih, gadis itu masih berusaha menebar senyum kepala Ellen, sekali-kali menepuk pundak temannya yang kini ikut-ikutan duduk di sampingnya.
"Aku ... ah, maaf, selama ini ku pikir kau baik-baik saja. Kenapa kau tidak pernah menceritakan apapun kepadaku, Syai. Aku sahabat mu, kau dapat membaginya kapanpun kau mau," ujarnya parau, dadanya terasa teriris nyeri, ikut merasakan apa yang Syailen rasakan.
"Tidak semudah itu, Ellen. Aku sahabat mu, aku tahu itu, tetapi tak selamanya apapun yang terjadi padaku harus aku bagi, bukan? Aku hanya tidak ingin ... melibatkan orang yang ku sayang. Hanya kau satu-satunya orang yang ada di dekat ku sekarang."
Ellen terharu, sungguh. Iya, dirinya tahu dan sangat mengerti tentang bagaimana Syailen memilih tindakan tersebut, dan seharusnya ia tidak meminta Syailen terlalu jauh untuk bercerita.
"Aku akan selalu ada untukmu, mintalah jika perlu sesuatu." Dekapan hangat, Ellen berikan untuk Syailen, memeluk erat sahabatnya. Beruntung, walaupun kerajaan nya kecil, setidaknya nasin nya masih terbilang layak daripada sang sahabat.
Karena itulah insan diberikan cobaan. Dengan tak lain, untuk merasakan bagaimana rasanya manis setelah pahit, Ellen bersyukur, setidaknya ia lebih beruntung karena masih bisa tertawa bahagia bersama keluarganya.
"Kau bilang pengawal pribadi mu akan menjemput, kenapa tiba-tiba ada pangeran yang menunggang kuda sambil melihat mu di sana?" Mereka melepas pelukan, hingga bersama-sama pula menatap pangeran yang dimaksudkan oleh Ellen.
"Jacob?" Syailen menggumam tidak sadar di hadapan Ellen, seolah memberi celah untuk gadis itu bertanya-tanya lebih kepadanya.
"Jacob? Kau mengenalnya? Sudah ku duga. Oh, atau kau berselingkuh dan karena itu kau dan Orallion memilih untuk putus?" tudingnya menunjuk Syailen dengan jari telunjuk.
"Ellena, ayolah, ini bukan waktunya untuk bergurau. Dia sahabat ku dari kerajaan "Elithopia", kau pernah mendengarnya bukan? Keturunan Orallion Smith." Pelan-pelan Syailen memberikan penjelasan lembut, mencoba untuk memberi pemahaman kepada Ellen yang kadang di luar batas dengan pemikirannya sendiri.
"Putra sulung, bukan? Ternyata tampan juga."
"Ingat, kau akan menikah dengan Pangeran Chard sebentar lagi!"
Ellen tertawa kecil, sambil mendorong punggung Syailen seraya berucap, "Cepat temui, kali ini harus dipertahankan, dulu biarkan Orallion yang mengejar mu, sekarang gantian." Ia terkekeh, mendorong-dorong bahu Syailen terus-menerus.
"Ok, aku pulang. Tidak apa-apa menunggu Pangeran mu sendirian?" Kedua kaki Syailen mulai menopang tubuhnya, beganti kini matanya yang menatap ke bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not an Ordinary Crystal | Lee Taeyong
FantasíaThey said, this Crystal is a disaster. * * * Syailen tidak pernah mengira bahwa kehidupannya akan menjadi rumit seperti ini. Hati Kristal, tahta, percintaan, pembalasan dendam, persahabatan, dan segala...