06. Attack

29 5 0
                                    

🧙‍♀️

"Bagaimana dengan tugas yang diberikan oleh Professor Mark? Bisa-bisa kau diberi hukuman mengerjakan beribu-ribu soal jika tidak mengerjakannya!" Entah untuk ke berapa kalinya Syailen mendengar beribu ocehan Ellen, gadis itu begitu cerewet menurutnya.

"I don't care, Ellen. Oh iya, bila salah satu anggota kerajaan mencari ku, bilang saja aku pergi bersama Orallion, okay?" Syailen menepuk pipi sahabatnya sekejap, sebelum ia melihat tubuh jangkung Orallion yang terhimpit oleh kerumunan siswa—di gerbang sekolahnya, barulah gadis itu mengambil langkah sigap, menuruni undakan satu-persatu.

Sementara Ellen hanya mendengus pasrah, terlalu biasa ia rasanya sudah diperlakukan oleh Syailen seperti ini. Tidak pernah menurut dan percaya bahwa banyak nyawa yang akan mengancam dirinya.

Walaupun Ellen tidak tahu tentang Hati Kristal yang di miliki oleh sahabatnya, namun ia paham betul, bahwa Syailen bukan seorang gadis bangsawan biasa.

"Kau berhutang padaku! Aku akan menagihnya besok!!!" Teriakan Ellen nyaris membuat para siswa maupun siswi sekitar sedikit risih, namun gadis itu tidak peduli.

Sebagai jawaban, Syailen hanya mengangkat satu jari jempolnya, tanpa menoleh sedikitpun ke belakang.

"Jangan turuti dia," ucap Orallion begitu terbebas dari kerumunan, membelai wajah Syailen dengan lembut. "Apa kuping mu baik-baik saja? Sepertinya aku harus mencarikan mu teman baru."

Sebaliknya, melihat wajah Orallion yang nampak lucu memperhatikan dirinya, Syailen justru hampir melepas tawanya jika saja ia tidak sadar bahwa sekarang berada di tempat umum.

"Tidak usah berlebihan! Dia menyayangi ku, aku tidak perlu teman baru. Sama seperti mu, satu saja cukup. Nanti hatiku bisa-bisa penuh dengan cinta." Syailen menyerahkan sebuket mawar merah kepada Orallion, lelah karena terus menggenggamnya.

"Kau serius, ingin ikut denganku lagi mengunjungi anak-anak itu?" tanya Orallion, seraya memasukkan tumbuhan itu ke dalam kantong jubahnya—yang memiliki lobang besar, namun tak kasat mata.

"Apakah mukaku tidak menunjukkan keseriusan? Ayo, aku sudah tidak sabar bertemu mereka!" serunya begitu bersemangat, sudah tak sabar menemui anak-anak jalanan yang menjadi korban atas perlakuan orang tua mereka.

Yap, anak-anak jalanan seperti itu biasanya ditelantarkan akibat ulah orangtuanya yang tidak mau mengurus karena terlahir atas dasar tidak diinginkan. Biasanya sang ibu menjadi korban pemerkosaan pria-pria yang akhir-akhir banyak kabur dari tempat pengasingan.

"Oke, baguslah kalau kau menyukai mereka. Aku turut bangga, anak-anak ternyata juga menyukai anak-anak. Lucu, bukan?" Orallion terkekeh pelan, sembari membawa Syailen keluar dari kawasan sekolahnya.

"Aku sudah remaja, Orall, bukan anak-anak lagi. Memangnya kau mau, mencintai anak kecil? Tidak, 'kan?" Seperti inilah yang Orallion suka, saat Syailen merengek lucu padanya.

"Baiklah, sayang, kau lucu seperti ini."

"Jangan membuat jantungku berdebar di saat yang tidak tepat!" Satu pukulan, Syailen hadirkan kepada lengan Orallion, begitu pria itu mengecup pipinya sekilas.

"Kau begitu manis hari ini, kau memakai mantra apa, hm?" Dengan lembut, Orallion mengusap pipi Syailen yang terasa sedikit lembab akibat ulahnya.

"Tidak perlu menggodaku, lebih baik kita cepat-cepat ke sana!"

Not an Ordinary Crystal | Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang