16. Forgotten Memories (3)

11 6 0
                                    

🧙‍♀️

Hati Orallion sakit, benar-benar sakit.

Bagaimana bisa ia melupakan semua kejadian itu? Tentang Syailen, tentang ibunya dan tentang semuanya? Orallion ingat, ia pertama kali bertemu Syailen saat ia sudah beranjak remaja.

Dan itupun, ibunya sudah meninggal.

Lagi, Chlorine. Kalau Chlorine memang mengetahui cerita dibalik misteri kematian ibunya, wanita itu berarti tahu apa saja yang telah menimpanya. Dan mereka sudah pernah bertemu sebelumnya, pantas Chlorine seperti sangat mengenalnya saat itu. Tapi mengapa Chlorine tidak pernah bercerita?

Kalau pun memang seandainya Orallion dan Chlorine pernah bertemu di hari sebelumnya, kenapa gadis itu tidak menjelaskan semuanya kepada-nya, kenapa harus sekarang?

"Kau baik-baik saja?" Paman Sam menanyainya, bukan karena khawatir, namun memintanya fokus pada pekerjaannya, karena sedari tadi Orallion nampak gelisah dan tidak fokus. "Fokus pada pekerjaan mu," suruhnya dingin lalu beranjak, mengawasi para pekerja yang lain.

Helaan napas pria itu, sudah jelas menunjukkan bahwa ia lelah. Tetapi bisa ia lihat sendiri, pekerjaannya masih menumpuk, bahkan sepertinya ia harus lembur lagi, padahal sudah dua hari tidak kembali ke rumah semenjak malam itu.

Semenjak hari itu juga ia tidak menemui Syailen. Padahal Orallion tidak ingin ada sekat, tapi tiba-tiba saja, kata-kata per kalimat dari buku itu terus memutari pikirannya.

Padahal Orallion rindu padanya.

"Permisi, Mr. Orallion, ada seseorang yang ingin menemui Anda."

Atensi Orallion teralihkan kepada wanita yang kini menjadi asisten pribadinya, sebut saja dia Elovie. Perempuan berjubah hitam itu, menunjuk ke arah luar, seakan mengkode Orallion ada orang yang ingin menemuinya.

"Siapa?" tanyanya di sela kesibukan dengan berkas-berkas warna-warni ditangannya.

"Nona Chlorine, dia bilang sudah membuat janji," sahut wanita sangat sopan, mengingat kini jabatan Orallion yang merangkak naik, yang tadinya cuma asisten dewan negara biasa, kini menjadi seorang dewan pertahanan dan keamanan negeri.

Menakjubkan, padahal jabatan ini dahulu ditiadakan, karena ditindak alihi sendiri oleh Pangeran Michael, tapi mengingat kepergian pria itu, para pemimpin atas bergegas mencari penggantinya, dan mereka jatuh pada Orallion.

Dengusan keluar dari bibir Orallion, meskipun sangat pelan, namun masih bisa didengar. "Bilang saja aku akan menemuinya saat jam makan siang, tunggu saja di ruang makan pribadi ku," suruhnya tanpa mengalihkan sorot mata pada lembaran-lembaran kertas itu.

"Baik, saya permisi."

Beberapa saat setelah perempuan itu keluar, jam makan siang akhirnya berangsur. Sigap Orallion keluar dari ruang kerjanya, bergegas menghampiri Chlorine yang sepertinya sudah menunggu lama.

Tapi bukan itu juga sih alasan Orallion bergegas, lelaki itu sangat penasaran dengan beberapa momentum yang ia lupakan selama tinggal di kota ini selama masih kecil.

Tentang pertemuannya dengan Syailen, kematian ibunya, bahkan bagaimana keadaan dirinya dulu sebelum kembali lagi ke sini dengan kenangan yang mulai pudar atau terlupakan.

"Maaf harus membuat mu lama menunggu." Orallion menarik bangku di seberang Chlorine, sebelum akhirnya duduk, menunggu wanita itu berbicara.

"Jadi ... dari mana dulu aku harus menjelaskan?" tanyanya bingunh sendiri, namun nadanya seperti meminta Orallion untuk menjawabnya.

"Eumm ... sebelum aku ke sini, ah maksudku, aku ingat pertemuan kita pertama kali di pesta ulang tahun kerajaan, nah, saat itu aku sedang menempuh pendidikan bukan di kota ini, sebelum itu, apakah kita juga pernah bertemu sebelumnya?"

Not an Ordinary Crystal | Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang