🧙♀️
Begitu beberapa jam terlelap, Syailen terbangun dari bunga tidurnya. Merasa kerongkongannya kering, langsung saja Syailen bangkit untuk mencari segelas air di dapur istana.
Walaupun seorang putri, dan memiliki kekuasaan bebas, Syailen tidak pernah melakukan hal yang berbau kekejaman dan memerintah orang seenaknya.
Ia ingin kehidupan biasa, yang tenang dan tentram.
Seperti halnya sekarang, ia lebih memilih untuk mengambil minuman sendiri, ketimbang harus meminta kepada para pelayan yang juga sibuk karena beberapa hari lagi ada perayaan a thousand stars akan segera berlangsung. Sebab itu, banyak para pelayan istana yang sengaja mengambil lembur, memilih berkerja siang-malam karena itu.
"Oh, tuan putri, ada yang bisa saya bantu? Kenapa Anda harus repot-repot, 'kan bisa panggil saya jika Perlis sesuatu." Itu Melly yang berbicara, selain kepala para pelayan istana, beliau jugalah pelayan yang Syailen begitu hormati, walaupun yang lain juga.
"Tidak apa, Bibi. Aku hanya perlu air, bisakah kau buatkan segelas teh hangat untukku, aku rasa malam ini begitu sejuk," pinta Syailen, sembari mengambil kursi di samping wanita baya itu.
"Tunggu sebentar, akan aku buatkan."
Tak begitu lama, dua cangkir teh hangat datang ke hadapan Syailen. Sebenarnya bukan Syailen yang meminum keduanya, satunya lagi pasti untuk Melly sendiri, karena pria itu tahu, bahwa Syailen sedang perlu teman mengobrol.
"Kau ada masalah?" terkanya tepat sasaran. "Jangan dipendam, putri. Kau juga perlu membaginya agar rasa bebannya tidak terlalu berat."
Sejenak, Syailen menghela napasnya dalam-dalam. "Aku juga tidak mengerti, Bi. Sejak kamarin, aku selalu mendapatkan mimpi-mimpi aneh, tentang Orallion yang mencoba untuk meninggalkan ku. Ya, walaupun aku tahu, bahwa hidupku tidak sebentar lagi. Lama-kelamaan, aku akan diasingkan karena kristal di dalam hatiku ini, tapi aku mencintainya, aku tidak mau Orallion meninggalkan ku."
Dua sudut bibir Melly tertarik, ia mengelus pelan bahu Syailen sembari berucap, "Ku yakin, Orallion tidak akan meninggalkan mu. Dia pria baik, dari ketulusan yang terpancar dari matanya, aku percaya, dia tidak akan meninggalkan mu." Sekejap, Melly menyeka ujung matanya yang entah kapan mengeluarkan beberapa tetes cairan. "Dan ... jangan pernah berbicara kalau kau akan berakhir pada pengasingan. Semuanya bisa saja berubah, seiring berjalannya waktu, putri."
"Tidak apa, Bibi. Aku tahu ujungnya akan seperti ini, aku sudah siap! Malam itu, semua orang akan melihat siapa aku sebenarnya dan ... dan ... saat itu juga hidup ku akan berakhir." Seakan tertampar kenyataan, Syailen tersenyum miris, menyaksikan bagaimana kejamanya dunia padanya.
"Rasanya, aku sudah tidak busa menahan magis ku lagi, Bibi. Aku bisa hilang kendali kapan saja, jika aku tidak cepat-cepat ditangani dan diasingkan dari orang-orang maka akan sangat berbahaya. Aku takut menyakiti orang-orang yang kucintai."
"Terutama Orallion. Kau tahu, Bi? Kristal ini juga meminta tumbal, ia akan mengenyahkan orang yang ku sayang sebagai balasan."
Mendengar segela keluh kesah Syailen, Melly mendadak bungkam, tak mampu lagi untuk berbicara dan membungkus segala air matanya. Ia tahu, Syailen gadis baik, hanya saja kristal itu merambat pada hati yang salah, yakni hati Syailen.
"Dalam hitungan waktu, aku akan kehilangan kebahagiaan ini. Seratus hari lagi peristiwa itu terjadi. Nyawaku hanya akan berujung pada dua kenyataan. Pergi ke dalam pengasingan, atau habis di terkam penyihir-penyihir yang serakah."
"Putri ...."
"Ku mohon, buatlah Orallion berbahagia tanpa aku, Bibi. Bicaralah dengan dia nanti, walaupun aku tidak tahu, apakah Orallion bahagia bersamaku atau tidak. Nyatanya, aku nyaris tak akan pernah melupakannya, walau hanya sedetik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not an Ordinary Crystal | Lee Taeyong
FantasíaThey said, this Crystal is a disaster. * * * Syailen tidak pernah mengira bahwa kehidupannya akan menjadi rumit seperti ini. Hati Kristal, tahta, percintaan, pembalasan dendam, persahabatan, dan segala...