🧙♀️
"Jackson meninggal."
Syailen tertegun, menghentikan acara sarapannya sejenak, lalu mengangkat kepala dengan senyuman miring meremehkan.
"Haha, jangan bercanda Jae. Ini sama sekali tidak lucu," balasnya.
Jacob menghela napas, kemudian duduk di sebelah Syailen, lalu merengkuh pundaknya. "Orallion ada di bawah, kau bisa langsung menemuinya. Aku akan merindukan mu, pulang lah," bisik Jacob berat hati.
Sementara Syailen masih bergeming, membisu bersama pertanyaan yang muncul satu persatu secara cepat di dalam kepalanya.
Apa katanya tadi? Jacob MENINGGAL?!!
Hah, tidak, tidak, Syailen tahu ini hanya mimpi buruk baginya.
Walaupun sepertinya ... ini benar-benar nyata ....
"Vanilla?"
Di balik pintu Vanilla berdiri seraya menggigit bibirnya, agak bingung harus menjelaskan kepada Syailen seperti apa nantinya.
Pasti ... pasti wanita itu akan sangat merasa kehilangan.
Apalagi hanya Jackson satu-satunya anggota keluarga yang ia miliki. Vanilla tidak tega, dia tidak ingin melihat perempuan itu sedih lagi nantinya.
Tapi ... sepertinya beginilah takdirnya berjalan.
Beginilah kehidupan Syailen berputar.
"Eumm ... Syai, b-begini—"
"Vanilla, tolong katakan apa yang di bilang Jacob itu tidak benar! Jackson masih hidup kan? Dia tidak apa-apa kan? Vanilla ku mohon! Hanya dia satu-satunya orang yang kumiliki sekarang," teriak Syailen, masih menolak untuk percaya akan ucapan Jacob.
"Syai, tolong tenangkan dirimu!" Vanilla mencoba menenangkannya. "Kau ... kau harus menerimanya, Syai," sambungnya lembut seraya memegang kedua bahu Syailen.
"CUKUP! APA YANG KALIAN UCAPKAN, HAH?!"
"Syai, tenanglah ...." Jacob mendekat, ikut mencoba menenangkan Syailen yang masih beradu dengan pikirannya sendiri. Entah menerima ucapan mereka atau justru menolaknya.
"TIDAK! TIDAK! Kalian pasti bercanda, adikku masih hidup!"
Wanita itu mengamuk, benar-benar hilang kendali. Sampai-sampai Vanilla dan Jacob bingung harus berbuat seperti apa lagi. Untungnya Ellena segera datang bersama Orallion.
"Syai, lihatlah aku, cobalah untuk kendalikan dirimu." Orallion dengan cepat ambil alih berdiri di hadapan Syailen, memegang kedua pundaknya tak lama memeluknya.
"O-orall, aku cuma bermimpi bukan?" tanya Syailen lemah, sudah tak berdaya. Tangisnya sudah pecah, mengucur deras bahkan sampai membasahi pakaian Orallion.
Orallion melepaskan pelukan mereka, kemudian beralih menangkap pipi Syailen, menatap kedua mata penuh air mata itu dengan lembut.
"Kau harus menerimanya, Syai. Beginilah hidup berjalan," balasnya dewasa, membuat Isak tangis Syailen semakin pecah, wanita itu masih belum bisa menerimanya.
"B-bagaimana bisa? Dia baik-baik saja kemarin? Dan ... bukankah sudah aku bilang, kalah kau harus menjaganya dengan baik?"
"Dia diserang oleh pengawal Elover. Aku tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka menggunakan sihir."
Syailen tidak menjawab lagi setelahnya, wanita itu hanya memejamkan mata, mencoba untuk menenangkan diri.
Ternyata benar, yang tertulis di dalam kertas hari itu benar.
![](https://img.wattpad.com/cover/229723184-288-k365504.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Not an Ordinary Crystal | Lee Taeyong
FantasíaThey said, this Crystal is a disaster. * * * Syailen tidak pernah mengira bahwa kehidupannya akan menjadi rumit seperti ini. Hati Kristal, tahta, percintaan, pembalasan dendam, persahabatan, dan segala...