04. Dua Sisi

43 5 0
                                    

🧙‍♀️

Jadilah hari itu Orallion dicerca habis-habisan oleh Wesley. Menasihati, mengingatkan, semuanya Wesley lakukan kepada Orallion, akibat tidak menjaga putri bungsunya dengan benar.

"Aku minta maaf, Yang Mulia. Aku begitu ceroboh," sahut Orallion mengalah, toh, ia juga tidak bisa membantah apa yang Wesley lakukan.

"Bagus kalau kau menyadarinya!" tandas Wesley ganas, lalu berlalu di hadapan Orallion. "Banyak orang yang mengincarnya, dan kau, satu-satunya orang asing yang ku percaya untuk menjaga putri ku satu-satunya. Jangan pernah khianati itu," sambungnya dengan nada kian melemah.

"Sekali lagi, aku minta maaf, Yang Mulia."

"Minta maaf tidak menyelesaikan ini semua. Kau harus aku beri hukuman agar jera." Setelah berpikir cukum lama, keputusan yang tepat bagi Wesley adalah memberi Orallion hukuman agar tidak kembali melakukan hal yang sama.

Orallion mengangkat satu alisnya. "Hukuman?" gumam Orallion heran sendiri. "Apa itu? Tapi jika bisa ... jangan pisahkan aku dari Syailen," pinta Orallion sedikit memelas.

"Tidak, justru ini akan mempererat hubungan kalian."

"Apakah itu?"

"Dalam satu Minggu, kau harus menjaganya sehari semalam. Jangan biarkan dia lenyap dalam satu kedipan mata mu, kau mengerti?"

"Benarkah? Kau yakin aku-"

"Aku percaya padamu." Wesley menepuk-nepuk pundak Orallion, sedikit bangga dengan laki-laki yang begitu mencintai putrinya ini. Ia bangga, ia bangga karena memiliki putri yang bisa menemukan pasangan hidup yang terbaik.

"Bagaimana caranya aku berterimakasih? Kau terlalu baik kepadaku. Membiarkan laki-laki biasa seperti ku untuk mencintai putri semata wayang mu, membiarkan ku tinggal di rumah dekat istana mu, di beri kepercayaan untuk menjaga putri mu? Aku ... aku sungguh tak bisa berkata apa-apa lagi."

"Cukup jaga Syailen, jangan pernah kecewakan dan patahkan perasaan serta hati lembutnya. Dia selalu menderita selama ini, ku harap, kau bisa membangkitkan semangatnya."

Orallion mengangguk mantap. "Pasti!"

"Oh, kalian berbaikan?" Keduanya serempak menoleh, menatap gadis berambut pirang yang berdiri cukup jauh dari mereka, nampak terheran-heran.

"Kau kira kami akan bertengkar?" tanya Wesley, lalu kembali duduk di atas singgasananya. "Membuang-buang, waktu. Dan kau, jangan pergi-pergi tanpa ijin lagi. Kau membuat Dad terkejut!" tambahnya lagi, diikuti oleh gelengan kepala beberapa kali.

"Ya ... aku cuma bosan di istana, Dad."

"Apalah seharian bersama Orallion tidak cukup untuk menghilangkan kebosanan?" Bukan, itu bukan Wesley yang berucap, melainkan Michael yang datang bersama beberapa prajurit di belakangnya. "Kau tahu, aku harus berdagang untuk mencari mu," timpal laki-laki itu lagi, sembari mengacak-acak rambut Syailen.

"Ck, sudahlah. Lebih baik kalian tidur. Dan kau, Orallion, kau tidur saja dulu di rumah mu malam ini, kau pasti kelelahan," suruh Wesley tanpa bantahan.

"Memangnya dia akan tinggal di mana nanti?" tanya Syailen, kurang mengerti atas apa yang ayahnya ucapkan.

Baru saja Wesley ingin menjawab, Orallion sudah terlebih dahulu menyela, "Tidak, tidak ada. Sudahlah, lebih baik kau tidur. Besok, bukankah kau akan kembali bersekolah?" sela Orallion sembari memberi Wesley kode agar tidak memberi tahu Syailen terlebih dahulu.

"Kali ini aku setuju kepada Orallion, cepat tidur! Nanti kau mengantuk, menyusahkan saja!" Michael mendorong tubuh saudarinya, seperti menyuruhnya untuk pergi dengan segera.

Not an Ordinary Crystal | Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang