24 - Pemandangan yang tidak biasa

257 196 280
                                    

Marsya membawa kue cokelat yang biasa ia berikan kepada Bumi setiap hari. Marsya berjalan menuju kelas Bumi, ia yakin Bumi pasti belum sampai. Ia memang selalu rajin datang pagi, demi menunggu Bumi dan memberikan kue cokelat kepada pria itu.

Marsya sampai di kelas Bumi dengan senyum yang terus menghias paras cantiknya. Namun, langkahnya terhenti, kedua matanya mengerjap mengikuti alunan detik jarum jam. Marsya berusaha bernafas normal, menghentikan desiran aneh yang tiba-tiba menerjangnya. Ia melihat pemandangan yang tidak biasa.

Marsya menemukan Bumi sudah berada di dalam kelas dengan seorang gadis, Bumi tampak sedang mengajarinya. Sayangnya, Marsya tidak tahu siapa gadis itu. Padahal gadis itu adalah kakak kelasnya sendiri. Dialah Icil.

Marsya berusaha tersenyum, menahan kobaran panas yang sudah mengepul di hatinya. Marsya nggak cemburu! Marsya nggak boleh cemburu! Marsya harus sabar.

"Marsya yaa?"

Tubuh Marsya tersentak, terkejut dengan kedatangan seorang gadis yang menepuk bahunya pelan. Kedua matanya mengikuti gadis itu, ternyata Arum.

Marsya kembali menatap Bumi dan Icil, mereka berdua sedang memandangi dirinya. Sepertinya baru menyadari kehadiran Marsya.

"I-iya, Kak." sahut Marsya sedikit bergetar.

"Ngapain? Masuk, gih."

Marsya melihat Bumi tampak santai, tak begitu peduli. Pria itu kembali fokus pada bukunya, sedangkan Icil tak perlu ditanyakan lagi. Icil sama sekali tak menghiraukannya, hanya diam, sambil terus mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh Bumi.

"Romantis banget kalian berdua, pagi-pagi udah belajar bareng?" tanya Arum tak mengerti situasi. Arum menarik kursi di belakangnya, kemudian duduk. Kepalanya bergerak, menghadap Marsya.

"Lo ngapain masih berdiri di sana, Sya? Lo mau ngasih kue cokelat ke Bumi, kan?" tanya Arum. "Nih, anaknya lagi kencan sama temen gue," tambah Arum, niat sekali mengompori Marsya.

Marsya menatap Arum tajam, kesal mendengar perkataan Arum barusan. Ia pun berjalan mendekat, berusaha tidak peduli dengan ucapan Arum. Tujuannya kesini untuk bertemu Bumi, bukan dengan teman Kak Arum atau si kompor Kak Arum.

Marsya berusaha menenangkan hati dan mengembangkan senyum, lalu menyodorkan kotak bekal yang ia bawa kepada Bumi.

"Kak Bumi, ini Marsya buatkan kue cokelat lagi," ucap Marsya dengan senyumannya yang paling manis.

"Taruh aja," jawab Bumi singkat tanpa menatap Marsya sedikit pun.

Senyum Marsya menghilang untuk beberapa detik, tapi ia mencoba tersenyum lagi. Marsya meletakkan kotak tersebut di atas meja Bumi. "Kalau gitu, Marsya balik ke kelas dulu, ya. Nanti Marsya samperin Kak Bumi lagi," ucap Marsya dengan volume cukup pelan.

Marsya menunggu respons Bumi, tapi sama sekali tak ada kata yang keluar dari mulut pria itu. "Bye-bye, Kak Bumi," pamit Marsya yang sekarang bersikap seolah masih menunggu.

Keadaan kelas yang hanya berisikan empat orang ini tiba-tiba menjadi canggung. Arum yang tadinya ingin mengompori mereka lagi, sekarang tak berani berkata apa pun. Ia menatap iba pada Marsya. "Bye-bye, Marsya. Sabar, ya," sahut Arum menyemangati Marsya.

Marsya tersenyum singkat, ia pasrah saja dan beranjak pergi. Marsya berjalan dengan langkah lemas, ia kecewa dengan sikap Bumi yang semakin hari sikapnya bertambah dingin.

Terkadang Marsya berpikir bahwa Bumi mulai menyukainya, tapi pria itu juga sering bersikap seolah membencinya, seperti yang ia alami barusan. Marsya dibuat tak mengerti.

New studentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang