3 - Kakak kelas bikin baper

1.5K 1.1K 2.2K
                                    

Sesampainya di perpustakaan, Icil memisahkan diri dari Bumi. Icil sedang mencari buku pengetahuan umum untuk dijadikan sumber referensi untuk tugasnya. Lama Icil membaca buku tersebut di atas meja perpustakaan, tiba-tiba matanya menatap seseorang. Seorang cowok yang cukup tampan sedang berdiri di antara rak-rak buku. Icil pun semakin penasaran dengannya karena ia belum pernah melihatnya di sekolah.

"Hai! Lo lagi ngeliatin gue?" tanya cowok itu.

Icil tersentak kaget, karena secara tiba-tiba dia sudah berdiri dihadapan Icil yang sedang duduk sendiri.

"Nggak! Ngapain juga gue ngeliatin lo?" jawab Icil mencoba menutupi rasa malunya, karena kepergok sedang memperhatikannya.

"Oh, iya? Apa boleh gue duduk disini?" tanyanya lagi.

"Iya-iya, boleh aja." jawab Icil singkat.

Icil tiba-tiba merasakan jantungnya berdetak kencang, wajahnya pucat dan berkeringat. Maklum saja, Icil grogi kalau ada pria di dekatnya, ganteng pula.

Icil melihat pria itu masih terus saja membaca buku yang dibawanya tadi tanpa ada sepatah katapun lagi yang keluar dari mulutnya.

Lama mereka saling terdiam, sementara Bumi masih sibuk mencari buku di susunan rak perpustakaan.

"Hmm ... nama lo siapa, kok gue, nggak pernah liat lo di sekolah ini?" tanyanya kemudian.

Icil hanya meliriknya sebentar sambil tersenyum dan melanjutkan bacaannya kembali. Pria yang merasa tidak dihiraukan dari tadi mencoba bertanya lagi.

"Kenapa cuman senyum, jawab dong pertanyaan gue tadi!" tanyanya lagi.

"Nama gue Icil, gue murid baru di sini, baru hari ini gue masuk." jawab Icil cuek sambil terus membaca buku yang ada dikedua tangannya.

"Oh jadi begitu, pantas aja, gue nggak pernah lihat lo. Lo kelas berapa?" tanyanya.

"Kelas 11 IPA 2." jawab Icil singkat.

Setelah bertanya-tanya demikian, pria itu pun melanjutkan bacaannya. Tiba-tiba Bumi datang dan mengajak Icil untuk kembali ke kelas bersama buku yang telah mereka pinjam tadi.

"Icil, ayo kita balik, bentar lagi jam pulang sekolah!" ucap Bumi.

"Iya, sebentar." ucap Icil singkat.

Setelah semuanya beres, Icil pun ingin beranjak pergi. Namun tiba-tiba pria yang ada dihadapannya tadi juga berdiri dan menatap Icil.

"Oh iya, kenalin nama gue Iqbal, gue dari kelas XII IPA 1. Salam kenal, ya?" ucapnya sambil menyodorkan tangan kanannya kepada Icil.

"Oh, halo Iqbal! Perkenalkan nama gue Skala Bumi Alpha, biasanya gue disapa dengan panggilan Bumi. Salam kenal, Iqbal." jawab Bumi sambil berjabat tangan dengannya.

"Kok, lo yang jawab?" tanya Icil berbisik.

"Iya... emangnya kenapa?" jawab Bumi tak acuh.

"Ok, salam kenal juga BUMI." ucapnya sambil tersenyum, kesal.

"Hmm, kalo gitu kami berdua duluan, ya? Next time, kita ketemu lagi." ucap Icil sambil beranjak pergi dengan Bumi.

"Iya," jawabnya singkat.

****
Sepanjang jalan, di bus Icil terus membayangkan pria yang ada di perpustakaan sekolah tadi. Sampai-sampai di rumah, Icil juga terus memikirkannya.

Keesokan harinya, waktu istirahat Icil gunakan untuk membaca-baca buku di perpustakaan. Icil berkeliling mengitari susunan buku yang tidak terlalu tinggi namun sangat banyak tersebut. Disaat Icil mengambil sebuah buku yang ada di atas kepala Icil, tiba-tiba buku tersebut jatuh dan membuat Icil kaget lagi, ternyata tangan Icil menyentuh tangan seseorang yang ternyata dia adalah pria yang baru Icil kenal kemarin.

"Ini, buku lo." ucapnya sambil menyodorkan buku Icil yang jatuh tadi.

"Hmm, terima kasih, sejak kapan Kak Iqbal ada disini?" tanya Icil heran.

"Nggak usah panggil 'Kak', berasa tua banget gue. Kita, kan , cuman beda umurnya satu tahun doang." ucap Iqbal tersenyum ramah.

"Ok, Kak. Eh, maksudnya... ok, Iqbal. Hehehe." ucap Icil garuk-garuk kepala yang tak gatal. "Jadi, sejak kapan lo ada disini?"

"Gue dari tadi sudah ada disini dan memperhatikan lo yang sedang mencari-cari buku sendirian." ucapnya singkat.

Icil pun tersipu malu, untung saja tidak ada orang lain yang melihat mereka tadi. Mereka pun mencari meja kosong dan duduk bersama.

"Lo baru pindah ya, asal lo darimana?" tanyanya basa-basi.

"Gue dari Jakarta, orang tua gue pindah ke kota ini karena urusan bisnis, jadi gue pun ikut pindah dan bersekolah disini." cerita Icil.

"Jadi begitu, apa lo udah punya teman di sekolah ini?" tanyanya.

"Sudahlah nih aku, Skala Bumi Alpha." jawab Bumi yang tiba-tiba datang tak di jemput pulang tak diantar.

Iqbal pun menganggukkan kepala. "Kalau boleh tau, lo ada hubungan apa sama Icil?" tanya Iqbal tiba-tiba.

"Kami berdua sudah pacaran."

Icil terkejut mendengar celotehan Bumi yang mulai tak jelas. "Apa?!"

"Icil, kita nggak perlu malu dalam hubungan ini. Dia kan nanya, ya aku jawab. Emang salah?" ucap Bumi tak berdosa.

"Tapi kan-"

"Hush! Diem! Jangan banyak bicara lagi! Oke?" potong Bumi.

Icil hanya bisa menurut, tak berdaya.

"Jadi gue minta sama lo, tolong jauhi Icil!" larang Bumi penuh penekanan.

"Kalo gue nggak mau gimana? Lo mau apa?" ancam Iqbal.

"Tolong! Jangan buat gue marah!" Bumi mulai memperingati dengan sungguh-sungguh.

"Suka-suka gue, ini urusan gue sama Icil. Ngapain lo ngikut terus sih, nggak usah ikut campur?" Iqbal tak mau kalah.

"Lo ngapain nyiksa diri lo kalau ujung-ujungnya, lo juga akan ditolak sama Icil?" ujar Bumi pedas.

Emosi Iqbal mulai terpancing kupingnya kini sudah panas mendengar celotehan Bumi. Iqbal melayangkan pukulannya, menonjok Bumi. Mendapat bogem mentah, Bumi tak terima. Dia membalas. Hingga baku hantam di antara mereka tak terhindarkan. Penonton tidak berani melerai mereka, memutuskan untuk mundur, takut kena pukulan salah sasaran. Namun, dengan nekatnya, Icil mendekati mereka.

"Bumi!" Icil berteriak.

New studentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang