7 - Kabar baru

1.1K 969 1.6K
                                    

"Icil!" sebuah suara terdengar memanggil Icil.

Icil pun membalikkan badannya untuk melihat jelas sosok yang memanggilnya itu. "Ahhh. Si mulut mercon," sahutnya sembari menarik satu sudut bibirnya.

"Siapa tuh yang habis nganterin lo tadi?" tanya Arum antusias. "Ya ampun. Jangan-jangan yang nganterin lo sekolah tadi Bumi, ya?" tebak Arum.

"Menurut lo?"

Arum nyengir tak berdosa. "Gue, sih, nebaknya kalau kalian satu mobil, hehe. Habisnya mobil yang nganterin lo tadi sama banget kayak mobil punya Bumi."

Icil melipat kedua tangannya, ditaruh di depan dada. Icil menatap Bumi lagi, kemudian memandang sahabatnya.

"Lo, kok, bisa tau kalau itu mobil Bumi?" heran Icil.

Arum tersenyum licik. "Lo tanya gue kenapa bisa tahu, tuh, mobil punya Bumi? Jelaslah tau! Arum gitu, lho." ungkap Arum.

Icil mendesah berat seraya ikut geleng-geleng melihat tingkah ajaib Arum.

"Jadi kalau gue mau nanya-nanya apa aja. Lo pasti tau gitu?"

Arum menganggukkan kepalanya cepat. "Yup, betol. Kalau lo mau nanya-nanya, sama gue aja. Pasti gue bisa jawab. Percaya ama gu-"

Icil tak memedulikan Arum, ia memasang earphone-nya, dan berjalan melewati Arum begitu saja.

"ICIL MAU KE MANA?"

"ICIL, GUE BELUM SELESAI NGOMONG."

"ICIL JANGAN TINGGALIN GUE!!"

Arum menunjukkan raut kesal, kedua tangannya berkacak pinggang. "Liat aja, gue bales nanti lo, Icil!! Pasti!!"

****
Icil mencoba untuk fokus mengerjakan beberapa soal kimia di depannya, namun teman sebangkunya yang banyak mulut itu terus saja merecokinya bagai bom atom. Icil tak bisa konsentrasi.

"Jadi, apa hubungan lo sama Bumi?" tanya Arum untuk terakhir kalinya.

Icil menghela napas berat, meletakkan bolpoin dan menoleh ke samping. Kesabarannya sudah habis.

"Tuh mulut bisa diem, nggak?" sentak Icil tajam.

"Nggak bisa, Icil. Lo harus jawab pertanyaan gue dulu 'ada hubungan apa lo sama Bumi?' kenapa dia sampai nganterin lo segala? Padahal lo, kan, tahu sendiri kalau Bumi lagi sakit." tanya Arum panjang lebar. Senyumnya mengambang. "Waaahh!! Setelah sekian lama jomblo, akhirnya temen gue punya pacar juga, sumpah gue seneng dan terhura-hura banget."

Icil tak ingin menghiraukannya, ia kembali menatap  ke depan, meraih bolpoinnya dan mengerjakan soal-soal kimia yang tinggal sedikit. Ia membiarkan saja Arum mengoceh lebih tak jelas.

Icil tak suka membahas hal-hal yang tidak penting seperti itu.

BRAAAKKK!!

Suara gebrakan meja berhasil membuat tubuh Icil dan Arum terlonjak secara bersamaan. Mereka mendadak menatap ke pelaku dengan tajam.

"Gue ada kabar baru!" ucap Ariel dengan wajah tak sabar.

"Apaan?" tanya Arum sedikit malas.

"Coba lo tebak."

"Skincare naik harga?" tebak Arum.

"Bukan! Tebak lagi."

"Spongebob berubah warna kulit?"

"Bukaan, pinter! Cepetan tebak yang bener." Arum bergumam pelan, menyalakan mesin otaknya untuk berpikir keras.

"Pak Udin duda lagi?" tebak Arum dengan senyum merekahnya.

"Kualat lo!"

Gigi putih Arum terlihat berderetan sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sementara Ariel menatap Icil yang hanya diam dengan sikap tenang dan wajah tak berekspresi.

"Icil, lo tebak juga, dong."

"Malesss!" jawab Icil dingin tak merasa tertarik. Baginya tidak penting.

"Apaan, sih? Cepetan kasih tau!" gemas Arum mulai tak sabar.

Ariel menganggukkan kepala, menatap Arum lekat-lekat.

"Tadi gue denger kabar kalo ada pasangan baru di sekolah ini dan katanya, sih, pasangan baru itu romantis banget. Kayak romeo dan juliet yang lagi kasmaran.

"Siapa, siapa? Kok, gue kudet, sih?"

"Kasih tau nggak, ya?"

"Kebanyakan mikir! Cepetan kasih tahu, siapa pasangan baru itu?" geram Arum.

"Oke, oke. Tapi, Aduh... atuh nggak kuat ngomongnya. Habisnya pas gue denger, nih, kabar gue tiba-tiba mendadak asma. Pas tahu-tahunya pasangan baru itu ada di kelas kita sendiri."

"What! Apa gue nggak salah denger? Masa, sih, di kelas kita? Nggak mungkin banget."

"Beneran percaya sama gue, seratus persen tanpa boraks dan formalin. Kalau lo masih nggak percaya, lo bisa tanya sama orang di sekolah ini, karena mereka udah pada tahu tentang rumor ini."

"Hah!? Beneran? Semua sekolah udah banyak yang tahu tentang rumor ini?"

"Iya."

"Siapa, sih? Bikin gue tambah penasaran aja."

"Pasangan baru itu adalah... Bumi dan Icil pemirsah."

Bolpoin di tangan Icil langsung terjatuh, kupingnya terasa panas mendengar kalimat tersebut, entah sudah berapa kali pernyataan itu menusuk-nusuk di gendang telinganya."

Icil merasa jengah. Seluruh darahnya langsung naik cepat sampai ujung kepala.

"Itu mah bukan kabar baru! Gue juga tau! Malahan gue sendiri yang jadi saksi keromantisan mereka berdua."

"Masak, sih?" ucap Ariel tak percaya sekaligus takjub.

"Iya, tadi pagi gue lihat pake mata kepala gue sendiri. Bumi nganterin Icil ke sekolah. Padahal lo tahu sendiri, kan, kalau Bumi lagi sakit? Tapi demi Icil tercinta ia rela kabur dari rumah sakit hanya untuk mengantarkan Icil seorang."

Ariel menatap Icil kembali. "Icil, seriusan Bumi pacar lo? Lo serius doyan cowok, kan? Lo akhirnya punya babang tampan, kan? Punya pacar, kan?" tanya Ariel bertubi-tubi.

Icil menarik earphone dari kolong meja, membuat beberapa cokelat di sana jatuh tak berdosa ke lantai. Icil segera memasang earphone tersebut, memutar lagu dengan volume paling keras.

"Yahh ... penonton Ke - Ce - Wa!" seru Arum dan Ariel bersamaan.

Ariel dan Arum hanya bisa menatap Icil dengan pasrah. Teman mereka yang satu ini memang sangat susah diajak bicara, dan paling dingin di antara deretan menu es yang dijual di kantin.

Ariel memandang Arum.

"Emang beneran, Rum?" tanyanya.

"Apa?" sahut Arum tak mengerti.

"Spongebob udah berubah warna kulit?"

New studentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang