"Icil, lo mau pesen apa? Udah hampir setengah jam nih." tanya Arum.
Setengah jam apaan, baru juga lima menit, batin Icil.
"Hmm ... gak jadi pesen, deh." jawab Icil santai.
"Lo jangan bikin gue naik darah, ya!" jawab Arum kesal. "Walaupun kita baru aja kenal, gue nggak bisa sabar menghadapi lo, Icil." lanjut Arum.
Icil diam, tidak ingin membalas ucapan Arum yang menurutnya tidak terlalu penting.
"Lo nggak ada rasa bersalah gitu?" tanya Arum.
"Bersalah? Bersalah apaan?" tanya Icil balik.
"Waahhhh... ampun deh gue sama lo." Arum menepuk jidatnya sendiri. "Lo udah mau buat gue naik darah, Icil. Masa lo nggak ada rasa bersalah gitu sama gue?" jelas Arum
"Udah, ah, gue mau ke kelas dulu." kata Icil langsung meninggalkan Arum begitu saja.
"Icil! Iciilll!! Iciiillll!!! teriak Arum lantang. Membuat beberapa pasang mata reflek menatap ke arahnya.
Merasa jadi bahan tontonan, akhirnya Arum memilih duduk kembali. "Keterlaluan banget sih lo, Icil. Gara-gara lo gue jadi bahan tontonan kayak gini." ucapnya berbicara sendiri.
****
Arum menahan malu di kantin, sementara Icil masih terus berjalan menuju kelas tanpa dosa ataupun rasa bersalah.
Bruggg!
"Aduh!" ringis Icil saat tak sengaja bertabrakan dengan seorang cowok.
Dan ternyata cowok itu adalah Skala Bumi Alpha, atau yang kerap di sapa dengan panggilan Bumi.
"Kalo jalan, tuh, pake mata dong! Nggak lihat apa, ada orang?!" protes Icil.
Bumi menunduk memperhatikan wajah Icil. "Perasaan lo, deh, yang nabrak, kok, nyalahin gue, sih?" elak Bumi.
"Ah, bodo amat, lah. Gue mau balik ke kelas aja." balas Icil sambil terus berjalan keluar kantin. "Dasar, udah nabrak nggak minta maaf lagi." sambung Icil kesal.
Mendengar hal itu, Bumi langsung menahan tangan Icil untuk tidak meneruskan berjalannya.
Icil menepis tangan Bumi. "Apa lagi? Mau ngajak ribut, ya?!" tanya Icil melototkan matanya.
"Nggak, kok." jawab Bumi tersenyum manis. "Gue cuman mau bilang, gue minta maaf. Walaupun kesalahan itu bukan gue yang ngelakuin." lanjutnya.
"Apa lo bilang?! Bukan lo yang ngelakuin? Nggak salah denger nih? Denger, ya! Yang nabrak gue tadi lo, bukan gue. Oke." balas Icil tidak terima.
"Oke."
Icil mengepalkan tangannya, menahan kekesalannya untuk tidak memperdulikan Bumi. "Sabar Icil, sabar... tahan emosi lo. Jangan ngeladenin orang yang nggak penting buat lo ladenin, buang-buang tenaga aja." ucap Icil membatin.
"Kok diem, sih? Udah nyerah, ya?" ejek Bumi.
Icil pun akhirnya pergi meninggalkan Bumi, ia memutuskan tidak ingin meladeni orang yang akan membuat waktunya menjadi sia-sia.
"Dasar gadis kasar! Tapi kamu juga lucu, Icil." ucap Bumi, tersenyum sendiri.
****
Sesampainya di kelas Icil langsung duduk di bangkunya dengan wajah kesal karena 'ditabrak' Bumi tadi."Liat tuh mulut lo, bisa gue ikat tuh pake karet. Panjang banget." kata Ariel.
"Apaan sih ganggu aja, udah sana-sana." usir Icil.
"Ya elah serah lo aja, deh." jawab Ariel tak acuh.
-10 menit kemudian-
"Icil, Icil bangun. Bu Irryne udah masuk, tuh." kata Ariel berusaha membangunkan Icil.
"Aahhh apaansihh, ganggu gue aja, deh." jawab Icil malas-malasan dengan mata masih tertutup.
"Icil, Bu Irryne ngeliatin lo, tuh." kata Arum. "Bu Irryne jalan kesini Icil, bangun dongg!" sambung Arum dan Ariel bersamaan dengan nada mulai panik.
"Iihhh iya-iya, gue bangun." jawab Icil. "Eh, ada Bu Irryne." sambung Icil yang menyadari Bu Irryne sudah ada di depan Icil sambil melotot.
"Saya minta kamu keluar dari kelas saya!" perintah Bu Irryne yang sudah sangat murka.
"Aduhhh Icil... kenapa lo bisa ketiduran segala, sih? Baru juga jadi murid baru di sekolah ini, udah disuruh keluar aja." ucap Icil meruntuki kebodohannya.
"Malah melamun, keluar sana!" usir Bu Irryne.
Tanpa memberi pembelaan apa-apa, Icil mulai berjalan keluar dengan santai, menuju kantin. Satu-satunya tempat yang ada di pikirannya saat ini. Kantin sedang tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa siswa-siswi yang keliatan sedang sibuk dengan ponsel masing-masing. Icil hanya membeli sebotol air mineral, kemudian duduk.
"Lo ngapain di luar kelas?"
Bumi baru saja habis dari toilet, dan tanpa sengaja melihat Icil yang berjalan menunju kantin sendirian. Bumi pun lalu mengikutinya secara diam-diam. Icil menoleh sebentar, tanpa merespons perkataan Bumi. Icil meneguk air mineral lalu beranjak pergi. Namun Bumi tetap mengikuti dari belakang, walau Icil tidak menanggapinya sama sekali.
"Lo masih belum jawab pertanyaan dari gue 'kenapa lo nggak masuk ke kelas?' Padahal lo masih murid baru di sini, Kan, jadi kayaknya nggak mungkin banget kalo lo sampai bolos pelajaran."
Icil terus berjalan, dan Bumi tetap mengikutinya.
"Icil..."
"Cilla."
"Fricilla."
Akhirnya Icil kesal sendiri, menghentikan langkah, membalikkan badannya supaya bisa menatap Bumi langsung untuk marah-marah. "Apa sih mau lo?!"
"Gue cuma mau mengenal lo aja masa nggak dibolehin?"
"Nggak."
Bumi segera membuka matanya lebar-lebar, terkejut dengan perkataan Icil yang barusan ia dengar. Bukannya menyerah, Bumi justru mengejar Icil. "Icil, tunggu, Icil!"
"Aduh, apaan lagi?"
"Lo mau ke mana?"
"Mau ke perpustakaan."
"Oke. Gue ikut."
"Nggak mau."
"Gue tetep pengen ikut." Nada bicara Bumi terdengar memaksa.
"Mau ngapain, sih, emangnya?"
"Gue cuman mau nemenin lo, habis itu gue janji nggak ngintilin lo lagi."
"Oke."
"Beneran, Icil?"
"Kalo lo masih banyak nanya, gue bisa berubah pikiran."
"Oke-oke, Icil. Gue nggak akan nanya-nanya lagi sama lo."
Selagi Bumi melangkah pergi, Icil cuma bisa geleng-geleng kepala. Dasar cowok aneh, ucap Icil di dalam hati.
"Icil!"
"Hmm." Icil segera menyadarkan diri. "Ya, kenapa?" sahut Icil lagi.
"Ayo! Katanya pengen ke perpustakaan. Tapi, kok, malah diem disitu."
"Oh, iya-iya." sahut Icil sambil mengangguk-anggukan kepalanya menurut.
Entah kenapa saat melihat cowok aneh itu, gue merasakan perasaan yang aneh. Perasaan yang selama ini nggak pernah gue rasain. Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta.
"Icilll!" panggil Bumi.
"Hah?! Kenapa?" sahut Icil.
"Ayooo! Mau ke perpustakaannya kapan? Besok apa? Nggak, kan?"
"Iya, enggaklah. Ini juga gue mau jalan, kok." ucap Icil sambil berjalan duluan meninggalkan Bumi.
"Kenapa, sih, lo. Mikirin yang nggak-nggak. Iya nggak mungkin banget, kan, kalo gue sampai jatuh cinta sama cowok aneh kayak gitu. Sadar Icil, sadar..." ucap Icil sambil menepuk-nepuk kecil pipinya agar tersadar lagi dalam dunia nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
New student
Romance(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) ⚠️AWAS BAPER ! ROMANCE - SPIRITUAL Kalau kalian jomblo dan baca cerita ini? Saran dari aku cuman satu. Siapkan hati yang mandiri untuk membaca cerita ini. Hati-hati jantung Anda, mohon selalu dijaga. Serangan baper akan ter...