13 - Susah banget dapetin hatinya

722 647 696
                                    

Bumi berusaha mengejar Icil yang sudah keluar kelas duluan, ia mencoba menyejajarkan langkahnya dengan Icil. "Icil!" panggil Bumi dengan senyum cerianya. Sedangkan yang dipanggil, sama sekali tak peduli, ia hanya diam dan terus saja berjalan menyusuri kelas demi kelas.

"Icil," panggil Arum.

"Hm?" jawab Icil singkat.

"Lo nggak kasihan apa sama Bumi?"

"Kasihan?"

"Iya, kasihan." ucap Arum sambil mengangguk-anggukan kepalanya. "Dia dari tadi manggil-manggil elo, tapi lo sama sekali nggak ada nyaut -nyaut." lanjutnya.

"Terus?"

"Waahhh... kebangetan banget lo, Icil. Gue tau lo nggak suka sama dia, tapi bisa kan, elo nyaut dulu kalau dia manggil? Dengerin dulu dia mau ngomong apa sama lo. Lagipula lo tahu sendiri, kan, kalau kakinya itu masih belum sembuh total. Masa lo biarin dia lari-lari kayak gitu."

Icil tidak menjawab, hanya menghela napas cukup panjang, merasa hari ini sangat berat.

"Tumben-tumbenan lo belain tikus curut. Biasanya juga elo berpihaknya sama Icil, kok, sekarang lo malah berpihak sama Bumi, sih? Kenapa? Ada apa, nih?" goda Ariel. "Jangan-jangan bukannya Icil yang suka malahan kayaknya lo lagi yang baper sama Bumi. Iya, kan? Jujur aja, nggak apa-apa, kok, kalau lo suka sama tuh anak. Gue izinin," ucap Ariel sambil mengedip-gedipkan matanya jahil.

Arum menjewer kuping Ariel dengan ganas, membuat Ariel langsung meringis memegangi kupingnya yang merah karena ulah teman satunya ini.

"Sakit, Ruummm!" protes Ariel.

"Biarin! Emang gue pikirin," ucap Arum menjulurkan lidahnya.

"Jahat amat, sih, lo sama gue. Sakit tau kuping gue jadinya, gara-gara elo awalnya kuping gue kayak barbie, malah jadi kayak kuping Pikachu. Panjang karena lo jewer tadi." ucap Ariel.

"Makanya, lain kali mulut lo itu jangan seenak jidat aja kalo ngomong! Kan, gue esmosi jadinya. Coba ngomong itu yang baik-baik sama gue, Insya Allah gue nggak akan pernah jewer lo kayak tadi. Malahan gue sayang-sayang elo," ucap Arum tersenyum licik.

"Icil, coba lo lihat, deh! Si Arum jahat banget sama gue, lo nggak mau gitu bantuin gue? Belain gue, Icil...," ucap Ariel sambil mengoyang-goyangkan tubuh Icil.

"Jangan mau, Icil! Nggak usah dibela nih anak. Nih anak, emang pantes dijewer," sahut Arum.

"Icil... lindungi gue dari Arum. Jangan sampai kuping gue yang satunya dijewer lagi sama Arum. Nanti kalau kuping yang satunya dijewer lagi...,"

"Kenapa?"

"Iya kalau yang satunya dijewer lagi, bakalan beneran dong kuping gue jadi kayak kuping pikachu."

"Tapi kan yang gue tahu pikachu itu imut, manis, lucu. Kok, lo nggak mau, sih?" tanya Icil heran.

"Ya emang imut, manis, lucu. Tapi, ya, jangan  kayak gitu juga. Gue nggak pengen kalau kuping gue panjang kayak Pikachu," ucap Ariel merinding sendiri.

Icil mengangguk-anggukan kepalanya. "Oke, kalau gitu kalian sekarang bermaaffan,  jangan ribut lagi!" ucap Icil memperingati Ariel dan Arum.

"Icil, berhenti!" teriak Bumi lantang.

Mendengar teriakan itu, otomatis membuat beberapa pasang mata refleks menatap ke arah sumber suara.

"Icil, kayaknya si Bumi udah gila, deh. Masa gara-gara mau ngomong sama lo sampai segitunya." ucap Ariel.

New studentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang