20 - Jujur Marsya

498 432 574
                                    

Icil seketika terkejut. "11 IPA 2?!"

"Yup, betul sekali. Makanya, kami berdua nyuruh lo nonton ini pertandingan." jelas Arum.

"Ya, Icil. Apalagi lo harus wajib tonton ini pertandingan karena yang jadi pemainnya pacar lo, Icil!! Acieee..." ejek Ariel.

"Pacar gue?" bingung Icil.

"Ya, pacar lho. Tuh lihat sendiri kalau lo nggak percaya. Noh, noh..." tunjuk Ariel.

"Ngakak gue." ucap Arum.

Mata Icil mengarah kepada seorang pria tinggi dengan penampilan yang sangat mempesona kaum hawa yang melihatnya.

Ternyata, itu Bumi. Dia mengenakan nomor punggung 1. Bumi terlihat sedang berusaha memasukkannya bola di garis three point. Dia melempar, dan... Berhasil. Bolanya masuk ke dalam ring. Murid-murid perempuan berteriak heboh, tapi tidak dengan Icil. Dia menatap Bumi dengan tatapan tidak suka lalu matanya beralih kepada Iqbal. Dia juga ikut bertanding melawan kelas XI IPA 2.

Pertandingan pun akhirnya selesai, dimenangi oleh kelas XII IPA 1 dengan poin 10-6. Mereka pun bersalaman satu sama lain.

"Good game, good game," Leo terlihat gembira.

"GG," ucap Farel sambil bersalaman.

"Gue udah bisa mengalahkan lo main bola basket, permainan yang selalu lo menangin," Iqbal berbisik ke telinga Bumi ketika bersalaman. "Selanjutnya gue ingin bisa mengalahkan lo mendapatkan hati Icil. Gue pengen Icil bisa jadi milik gue." ejek Iqbal, membuat Bumi makin panas.

"Kurang ajar!" Bumi makin emosi, tiba-tiba dia menonjok pipi Iqbal hingga terjerembab ke lantai.

Penonton terkejut melihat adegan tersebut, Bumi tidak seperti biasanya. Dia dikenal sebagai anak yang taat pada peraturan tampaknya dia sudah terpancing emosinya meladeni Iqbal yang terus meledek.

Iqbal tak mau kalah. Dia membalas pukulan Bumi. Mereka pun berkelahi di tengah lapangan. Teman-teman mereka berusaha untuk melerai, namun mereka malah jadi ikut-ikutan baku hantam karena kena pukulan salah sasaran. Tak lama kemudian, Pak Udin datang ke tengah lapangan.

"BERHENTI SEMUANYA!" Pak Udin berteriak.

Mereka mendadak berhenti berkelahi.

"Kalian semua ikut ke ruangan saya, sekarang!" perintah Pak Udin.

Mau tidak mau, mereka mengikuti perintah Pak Udin. Semua penonton pun bubar, masuk ke kelas masing-masing.

****
"Iqbal! Sudah saya peringatkan kamu berkali-kali, apa itu semua tidak cukup?" bentak Pak Udin keras.

"Kamu juga Bumi! Kamu nggak pernah melakukan hal seperti ini, tapi kenapa sekarang kamu malah jadi kayak berandalan sekolah!"

"Terus kalian lagi! Ngapain ikut-ikutan!" bentak Pak Udin kepada yang lain.

"Tapi Pak, harusnya Kakak kelas juga bisa sebagai contoh bagi adik-adik kelasnya," Bumi protes.

"Iqbal! Jadi seperti ini? Kamu memberi contoh yang baik kepada adik-adik kelas kamu? Seperti ini? Hah?" sindir Pak Udin.

Telinga Iqbal mulai panas.

"Iqbal! Kamu saya skors 2 hari, karena kamu sudah saya peringatkan berkali-kali tidak pernah menurut, yang lainnya, berdiri di tengah lapangan selama 2 jam," perintah Pak Udin.

Akhirnya, Bumi puas dengan keputusan yang diambil oleh Pak Udin, Iqbal di skors selama 2 hari. Rasanya sangat lega. Bumi dan yang lainnya pun pergi keluar ruangan Pak Udin. " Bye guys, selamat berpanas-panasan," pamit Iqbal kepada teman-temannya, lalu pergi meninggalkan mereka.

New studentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang