Siapkan mental dan selamat menangis!
INI CERITA PERTAMA, BELUM BERSERIES-SERIES
Darah terus mengalir dari hidungnya. "Obat lo dimana? Lo mau gue antar ke rumah sakit?"
"Gue capek Ra, gue gak butuh obat. Obat gak bisa nyembuhin sakit gue."
"Lo gak a...
Vote sebelum membaca gengs! Komen juga di setiap paragrafnya!!!!
Selamat membaca
Cerita Alter Ego 3
Playing Now | V - Winter Bear
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sulit untuk mengerti dirinya yang sangat unik.
-Rachel Syafana Denara-
oOo
Rachel duduk menunggu di kursi depan minimarket. Ran sedang membeli sesuatu di dalam. Sejak memeluk Ran perasaannya jadi agak aneh, namun sudahlah. Rachel kepalang malu! Kenapa dia meminta pada Ran untuk meminjam tubuh untuk dipeluknya.
"Nih minum." Ran menaruh satu botol air di meja.
"Gue malu Ran!" Akhirnya Rachel mengungkapkannya. "Gue tadi cengeng banget."
"Nangis itu manusiawi. Anggap aja pelukan tadi tanda terima kasih karena lo udah kasih makan gue," jawabnya.
"Boleh gue peluk lagi?" celetuk Rachel.
"Gak!" Ran membuka tutup botol dan menenggak air mineral yang dia beli.
Rachel melihat sesuatu di tangan Ran. "Ran tangan lo berdarah!"
"Hah?" Ran melihat tangannya yang terluka akibat tabrakan tadi. "Nanti juga sembuh."
Rachel menarik tangan Ran. "Luka itu harus diobati nanti kalau kena kuman bisa infeksi."
Rachel mengambil tisu basah dari tasnya. Dia perlahan membersihkan luka di tangan Ran. Lukanya cukup panjang, dia harus membeli kain kasa dan obat merah di minimarket.
"Lo tunggu di sini."
Ran terkekeh melihat tangannya yang sedang diobati. "Harusnya lo jangan terlalu baik sama gue."
Tak lama Rachel kembali membawa bungkusan yang cukup besar. Rachel tak hanya membeli kain kasa dan obat merah, dia membeli beberapa cemilan karena dia pasti kelaparan datang di rumah.
"Siniin lagi tangan lo."
Ran diam saja.
"Siniin." Rachel menarik tangan Ran, tapi tak sengaja menekan lukanya.
"Shhh ... Sakit woy!"
Rachel meniup-niup lukanya. "Ya maaf. Lo sih gak mau nurut tadi."
Rachel segera memberi obat merah dan menutupnya dengan kain kasa. "Masih ada luka lagi?"
"Banyak," Ran menyibak lengan jaketnya.
Goresan-goresan di lengannya terlihat masih baru. "Barcode di tangan lo udah segini banyak, lo gak mau coba buat di leher?" kekeh Rachel.
