Siapkan mental dan selamat menangis!
INI CERITA PERTAMA, BELUM BERSERIES-SERIES
Darah terus mengalir dari hidungnya. "Obat lo dimana? Lo mau gue antar ke rumah sakit?"
"Gue capek Ra, gue gak butuh obat. Obat gak bisa nyembuhin sakit gue."
"Lo gak a...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Do you wanna to color every my rainbow?" -Ran-
oOo
Suara hembusan angin malam hari ini bertiup kencang ke arah sosok lekaki yang sedang mengepul asap dari mulutnya di atas jalan tol. Perasaannya hari ini sangat campur aduk. Rasa rela itu hampir sepenuhnya, akan tetapi suara Alesya saat di telepon waktu itu terus memenuhi pikirannya. Seolah datang secercah harapan bahwa Kayra yang dia kenal belum tiada.
Di balik itu semua Ran sadar. Bahwa hatinya harus lepas dari belenggu rasanya terhadap Kayra. Memang sulit jika dia hadapi sendiri, tapi apa boleh dia melibatkan hati lain untuk menyembuhkan luka di hatinya? Rasa takut menyakiti orang lain membungkus dirinya saat ini.
Ran tahu dirinya salah jika seperti itu, namun apa salahnya jika dia mencoba. Mencoba mengobati lukanya yang tiap hari terus membesar.
"Kay gue udah stop. Fall in love gue sama lo sampai di sini. Izinin gue bahagia sama yang lain," ujar Ran getir.
"Lo gak perlu izin sama yang udah enggak ada," celetuk anak lelaki di belakangnya.
Rendi muncul kembali.
"Semakin lo lari dari masalah lo, lo akan semakin terpuruk jatuh jauh ke dalam lubang. Sama seperti gue."
"Orang tua lo ribut lagi?" tanya Ran. "Tentang uang?"
"Gue kayaknya harus berhenti sekolah," tutur Rendi.
"Kenapa berhenti? Masalah uang lagi?"
"Perkara uang bisa dicari Ren, tapi pendidikan lo gak bisa ditinggal. Lo harus berpikir bahwa dalam hal pendidikan lo gak boleh ketinggalan sama yang lain. Lo harus jalan bareng-bareng sama mereka dari awal sampai akhir."
"Ini demi masa depan lo juga. Trust me."
"Apa lo lakuin apa yang lo ucapin ke gue Ran?"
"Sebenci apapun gue sama hidup gue ini, gue akan tetap berusaha walaupun rasanya itu mustahil."
•••••
Anak kelas 11 IPA 1 menempati kitchen table-nya sesuai dengan kelompok yang disebutkan Bu Fina di kelas tadi. Hari ini adalah jam praktek pelajaran PKWU. Anak-anak kelas terlihat antusias. Semua handphone sudah dikumpulkan agar tidak menjadi fokus anak-anak pada saat praktek. Di meja hanya ada alat-alat dan resep saja.
