[13] Berharga : Anne dan Areum

369 121 164
                                    

CLAIRE diam seribu bahasa. Seketika rasa takutnya akan kejadian beberapa menit lalu hilang begitu saja karena mendengar seluruh jawaban yang Taeyong ceritakan kepadanya. Keterkejutan akan kebenaran yang berada diluar nalarnya membuat dirinya sulit mengontrol diri.

Claire membuka pintu rumah. Terdiam menatap kosong lantai kayu.

Ini tempatmu berasal, Claire. Di telinganya seakan-akan masih mengiang kalimat tersebut,

Ara yang mendengar pintu rumah terbuka, segeralah dia melangkah mendekati pintu— menghela nafas lega saat dilihatnya Claire. Tapi aneh, mengapa ekspresi itu?

"Apa yang terjadi?"

Tidak ada jawaban. Claire malah melewati Ara begitu saja. Masih dilingkupi dengan pernyataan yang semua Taeyong katakan.

"Tunggu du-"

Taeyong menahan pergelangan tangan Ara. "Biarkan,"

Ara mengerutkan dahi, bingung. "Apa yang terjadi?"

"Kemasi barangmu. Malam ini kita pulang ke Ashlan," bukannya menjawab, Taeyong malah semakin membuat Ara bingung. Sebenarnya ada apa ini?

***

Detik ke menit, menit ke jam. Ketiganya sedari tadi diam dengan kuda yang mereka tumpangi. Apalagi dengan Claire, sedari tadi hanya diam namun lain dengan pikirannya yang tengah berperang. Taeyong dan Ara tidak mau membuka mulut, cukup mengawasinya dari belakang.

Saat sudah dekat dengan Ashlan. Claire memacu kudanya lebih cepat, gerbangpun langsung terbuka oleh para penjaga saat melihat kedatangan mereka.

Melewati gerbang para penjaga tadi menunduk hormat kepada Claire, begitupun dengan penduduk desa yang melihat Claire lewat, mereka langsung tersenyum bahagia dan menunduk hormat.

Kami senang anda kembali, Ratu Ashlan! Teriak dari salah satu bibir mereka terdengar dipendengarannya. Claire tidak memusingkan, ia terus memandang kedepan menuju rumah. Sungguh, perasaan ini bercampur aduk! Jantungnya serasa berdegup lebih kencang saat matanya dengan jelas melihat rumah besar itu. Belum sampai masuk dan kudanya masih memacu- Claire sudah menurunkan diri. Melesat cepat kedalam rumah.

Tujuannya adalah jembatan.

Berhenti saat didepan sana sesosok wanita tengah berdiri menikmati angin malam. Tangannya mengepal-menahan sesuatu yang tidak ingin keluar. Ia langkahkan kakinya.

Mendengar suara derit kayu tersebut. Sosok itu berbalik melihat, senyum merekah muncul setelahnya.

Tak lama manik mata milik Claire berubah merah. Senyum yang tadi merekah memudar perlahan melihat perubahan matanya. Claire melesat menghampirinya lebih cepat dan— greb! Memeluknya erat.

Tak kuat menahannya, keluarlah airmata itu melewati pipinya. Dan yang lebih terkejutnya, saat sesosok roh dapat disentuh dengan mudahnya. Bukankah roh tidak bisa disentuh? Ya betul. Tapi sepertinya tidak untuk Claire.

Anne terdiam akan kejutan ini.

Claire semakin mengeratkan pelukan itu. Airmata semakin deras mengalir, perasaannya tak mampu dijelaskan.

Two Sides [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang