[14] Salju Pertama

349 95 159
                                    

Hepi reding, frens.

Flashback

JAEHYUN berdiri dari duduknya. Melihat kejadian yang membuatnya sulit untuk berkata-kata. Mark yang tidak bereskpresi apapun mendengar ucapan Claire tadi, menghela nafas. Menoleh kesamping,

"Sekarang kau tahu kebenarannya,"

Jaehyun mengepalkan tangan. Tidak habis pikir tentang kebenaran tersebut. "Jika benar dia anak dari pendahulu Ashlan, maka.." Jaehyun mematung seketika.

"Dia vampire sejak awal. Tapi ratu pendahulu melindunginya dengan mengunci vampire yang masih sulit dikontrol karena usia Claire yang masih muda dan kau datang disaat yang tepat. Kau membangunkannya dan kau juga yang memberi darah demonmu kepadanya. Jadi, kau tahu kelanjutannya.." penjelasan Mark ditangkap oleh Jaehyun sambil kedua pasang mata melihat Claire.

Suara kekehan dan tepukan tangan terdengar setelahnya. "Woah... Mate Alpha, ratu Ashlan dan seorang wanita—"

"yang akan menghajarmu." sambung Mark cepat dan tepat.

Benar juga. Batin Jaehyun meringis,

***

Matanya sibuk melihat anak-anak tengah bermain dengan girangnya. Sesekali ia tertawa kecil akan tingkah laku mereka yang menggemaskan. Apalagi disana— Joshua dan Areum bertengkar karena mainan. Lagi-lagi mainan.

Claire menggeleng kecil melihatnya. Tidak perlu dilerai. Mereka memang seperti itu, nanti juga diantara mereka akan mengalah dan berkata, bagaimana kita main permainan lain?

"Mereka terlalu muda untuk menghadapi jahatnya dunia,"

Menoleh, melihat Ara tengah memandang anak-anak. Claire kembali mengarahkan matanya. Mengerti akan maksud Ara dan menyadari bahwa perang ini belum selesai, ralat. Tidak akan pernah selesai.

"Kalau begitu, kau dan aku yang akan melindungi mereka," Claire mencoba meringankan atmosfer. Namun tidak mulus, seketika tawa Ara muncul, membuat Claire kebingungan.

"Kenapa tertawa?"

Ara memutar tubuhnya. Mencoba menatap Claire dengan tingkat keseriusan yang ia bawa.

"Kau tidak akan pernah tahu sulitnya menjaga mereka apalagi disaat peperangan terjadi. Sekalipun kau menutup mata mereka dengan kain hitam agar tidak melihat beribu nyawa tergeletak mati ditanah, mereka akan tetap mencium bau kematian dan detik itu juga semua kebahagiaan mereka hilang. Semua kami lakukan agar para Morgy sialan itu hilang, namun kukatakan sekali lagi, semuanya sia-sia. Pada akhirnya kita semua hanya akan melihat kematian dan kematian! Aku muak dengan segala janji manis yang terlontar oleh para pemimpin. Kedamaian? Kebahagiaan? Semuanya palsu!"

"Ara!"

Claire menatap seluruh kesedihan yang muncul diwajahnya. Airmata tidak akan pernah berbohong apa yang tengah dirasakan, bukan? Seketika merasakan sesuatu yang selama ini Ara pendam dilubuk hatinya. Segera gadis itu berdiri dari duduknya, menjauh dari Claire begitupun dengan pria yang meneriaki namanya.

"Apa keluarganya tewas disaat peperangan itu terjadi?" Claire menebak dengan pandangan masih melihat Ara melangkah dengan tangisan.

"Ya," suara bariton membenarkan.

Claire menoleh menengadahkan kepalanya keatas, membuka mulutnya berniat mengatakan sesuatu namun terkatup kembali saat didengarnya teriakan girang anak-anak.

Salju salju salju!

Waa! Ini akan menyenangkan!

Asik, kita akan membuat manusia salju bersama Mama!

Tidak tidak! Kita membuat rumah beruang kutub saja!

Bodoh, itu sulit!

Tidak sulit, Mama pasti bantu!

"Mama! Salju turun!" Areum berteriak melambaikan tangan dengan wajah bahagianya. "Ayo, Areum! Kita main tangkap salju!" Joshua menarik Areum.

Disisi lain Claire mengepalkan tangan. Seketika tawa mereka terputar dipikirannya. Tawa mereka terlalu indah. Mata yang berseri-seri itu terlalu cepat tergantikan dengan airmata.

"Claire,"

"Y-ya?"

"Jangan pikirkan perkataannya. Kondisimu belum pulih total,"

Claire berdiri. Matanya menatap Taeyong. Seketika hatinya merasa tidak nyaman. Mencoba mengumpulkan keberanian lalu tak lama berkata,

"Ayahmu, dia mengetahui sesuatu tentang para Morgy begitu juga tentang kakakku. Kita bisa saja menemukan informasi darinya mengenai kelemahan musuh. Dengan begitu ini semua akan selesai,"

"Tidak semudah itu, Claire."

Claire menarik menggenggam tangan Taeyong erat. Kedua manik mata itu saling bertatap. Mencoba meyakinkan bahwa rencana Claire akan berhasil.

"Percaya padaku, kita bisa menyelesaikan ini semua, bersama."

"Kenapa kau begitu yakin?"

"Karena aku ratu ashlan dan mate seorang alpha, bukan begitu?" ucap Claire tersenyum.

***

Ditempat lain. Dua orang  tengah menatap sepasang makhluk berbincang serius. Dengusan nafas terdengar, merasa mendengar perbincangan mereka adalah hal yang membuang-buang waktu.

"Mengunjungi raja Arthur, hm? Membosankan." ucapnya lalu memutar tubuhnya kebelakangan, berniat pergi dari tebing yang diyakini menjadi tempat mereka memata-matai sang Ratu.

"Bukankah itu bagus, Tuan?" cegah sang bawahan.

Sosok tanpa tubuh dan melayang atau lebih singkatnya roh jahat, Morgy, tengah membuka mulut. Seseorang yang dipanggil Tuan tadi berhenti melangkah. Berbalik, lalu menghela nafas.

"Kuharap itu tidak membosankan ditelingku."

"Tidak akan, rencanaku akan seperti hadiah untuk Tuanku. Karena ini akan menjadi awal dari semuanya," ucap Morgy dengan seringainya. Ia berbalik sedikit, menatap Claire yang sedang tersenyum simpul melihat anak-anaknya.









▄︻̷̿┻̿═━一 ♥ ♥ ♥

Tbc...

Terimakasih untuk kalian yang support aku 💛. Maaf klo banyak kesalahan dan gak ngena dikalian. So sorry part ini sangat pendek :"( padahal aku udh lama gak up tapi sekalinya up, pendek. Memang anaknya gatau diri 😌. Hampura..

Tapi tenang, kan bakal ada update-an lagi! 😉

Jaga kesehatan ( ini WAaJiIiBB banget sih..) dan sampai jumpa beautiful people 👋,

💗💛

Pss..
Kamu boleh men-skip bacotanku tapi tidak dengan dia ferguso..
👉 ⭐ 👈

Two Sides [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang