[1] Sesuatu yang Berharga

2.3K 336 353
                                    

Happy Reading!

Φ

KASTIL yang cukup besar dan menyeramkan. Kastil tua ini tidak seindah apa yang kalian pikirkan.
Memasuki Kastil ini saja perlu berpikir ulang, memutuskan sesuatu hal yang tepat. Tentu saja, kabur adalah hal yang tepat.

Tapi jika kalian tertangkap, maka tempat terakhir kalian bernafas adalah penjara bawah tanah. Tempat yang dipenuhi oleh makhluk-makhluk kelaparan.

Ah, ya! Mereka bukan manusia biasa, mereka melebihi dari manusia biasa.

Tapi selain tempat menyeramkan tadi, Kastil ini memiliki halaman luas yang biasanya digunakan untuk melatih para clan witch dan vampir. Para mata kaum hawa pastinya dimanjakan dengan ketampanan para pria yang setiap harinya selalu melatih pedang tajam mereka.

Keringat yang bercucur membuat rambut mereka menjadi basah dan oh! Jangan lupakan pakaian yang sedikit terbuka sehingga menampilkan dada bidang mereka.
Tapi sepertinya halaman luas itu berubah menjadi tempat persaingan ketat antara kedua saudara yang tiada henti memainkan pedang ke satu sama lain.

CRANG!

"Sedang berlatih atau mencoba membunuhku?"

Pria bermata tajam dan rahang yang tegas itu menatap saudaranya bertanya, dengan jarak yang cukup dekat namun terhalang oleh pedang keduanya yang sekarang saling menempel tajam.

Jaehyun menyeringai melihat pria itu yang mulai kelelahan. "Keduanya." ucap Jaehyun.

"Masih belum mengerti kenapa aku membunuhnya, huh?"

Mata biru yamg indah namun mematikan itu akhirnya muncul setelah mendengar ucapan yang membuat amarah Jaehyun memuncak. Ucapan yang tidak pernah jelas dan akan selalu begitu. Jaehyun muak dengan basa-basi ini.

"Bicaralah yang jelas!" bentak Jaehyun. Emosinya tidak terkendalikan, saudaranya dapat merasakannya.

"Penyusup. Salah satu kata yang menggambarkan keaslian sifat Matemu. Itu bukan, yang ingin-"

BUGH!

Pedang terlempar begitu saja. Digantikan bogeman kuat yang menyapa rahangnya. Terpental jauh lalu mendarat dengan kasar ketanah. Jaehyun menggeram kesal mendengar gadisnya yang di rendahkan oleh mulut kotornya itu. Mendekat lalu menginjak lehernya dengan kaki lebarnya.

"Gunakan kekuatan yang kau pakai saat membunuh gadisku, Lee Taeyong." menyeringai. Seakan ucapan Jaehyun adalah lelucon payah yang membuang waktu berharganya.

"Matemu bukan hanya penyusup, tapi juga pembunuh yang membunuh Mateku. Masih kurang jelas?"

Bagaikan ribuan panah yang menusuk diri tiada henti. Jaehyun mengangkat kakinya dari leher saudaranya, bola mata biru itu mulai memudar tergantikan dengan bola mata coklatnya. Mundur beberapa langkah seakan tidak percaya dengan pernyataan itu.

Taeyong berdiri sambil memegang lehernya. Memulai melangkahkan kakinya mengambil pedangnya lalu mendekati Jaehyun yang berdiri diam tanpa berkedip. Menepuk beberapa kali pundak saudaranya lalu berkata,

"Beruntung kau tidak merasakan bogemanku."

Setelahnya Taeyong melesat pergi, meninggalkan Jaehyun yang masih berdiri terdiam kaku.
Bukan hanya Jaehyun yang merasa kehilangan, Taeyong juga merasakannya. Namun, sebagai Panglima perang yang dingin dan tegas terhadap pasukannya bahkan musuhnya, Taeyong harus menutupi kesedihan itu dilubuk hatinya yang paling dalam.

Two Sides [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang