DI gua ini, tidak ada yang dapat
mereka lakukan. Keadaan didalam dan diluar sama-sama mengenaskan.Anak-anak yang dia jaga dan dia lindungi meringkuk ketakutan. Sebagian dari mereka berharap penuh untuk bisa bertemu dengan kedua orangtua mereka dan memeluk penuh rindu.
Anne dan Vallerie. Keduanya-lah yang bertanggung jawab menjaga mereka. Sebenarnya ini terlalu beresiko, karena para makhluk Morgy sedang mengincar mereka.
Morgy, adalah roh jahat yang mencari jiwa yang lemah dan akan memanfaatkan tubuh korbannya untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Makhluk ini terbilang cukup kuat dan ganas. Tak-tik mereka dalam mempermainkan korbannya sunggu cerdik.
Dan ditempat inilah, hidup dan mati, kedua kata yang berpengaruh besar dalam diri Anne dan Vallerie.
Mereka bergantian mencari makanan didalam hutan sana. Keberanian adalah hal utama saat memasuki hutan itu, ini semua demi anak-anak. Mereka tidak boleh kelaparan. Dan sekarang adalah giliran Vallerie yang mencari makanan dan air yang layak untuk mereka.
Disisi lain, Anne menjaga penuh perhatian dan kasih sayang, sesekali ia membenarkan selimut dan mencium kening mereka sebelum pergi tidur, lalu meyakinkan bahwa semua anaknya telah pergi tidur. Jika sudah, ia melakukan rutinitasnya setiap malam. Pergi memandang bulan dan menunggu keajaiban datang padanya.
"Yong-ie. Kuharap kau baik-baik saja,"
Tangannya memegang kalung yang bertengger dilehernya. Permata biru bagaikan laut yang terkenal dengan keindahan didalamnya, menahan rindu yang sudah menggebu-gebu. Sesekali menyeka airmata yang mengalir dipipinya. Anne benar-benar merindukannya.
Anne menutup matanya untuk menenangkan dirinya beberapa waktu. Tak lama setelahnya, pendengaranya dan penciumanya yang tajam itu mendengar suara rumput yang terkena seret dan langkahan kaki yang begitu berat. Tunggu, bau ini tidak biasa.
"Anne!" seseorang dari jarak beberapa meter berteriak lantang. Melambai-lambai kearah Anne dengan senyum sumringah. "Kemarilah! Aku mendapatkan satu ekor rusa!" timpalnya.
Angin berhembus dari arah belakang saat Anne membuka kedua matanya. Anginnya terasa tenang namun mengerikan jika kalian rasakan. damai namun sebenarnya tidak. Bisikan menyapanya, bisikannya itu tertuju pada saudarinya.
Inilah kelebihan Anne, hanya dengan angin tenang yang datang menyapanya, Anne mampu mendapatkan informasi dari Angin itu. Aneh, namun itulah kelebihannya.
"Kemari bantu aku!"
"Aku datang!" balas Anne. Segera Anne beranjak dari duduknya lalu berlari menghampiri. Tidak butuh waktu lama, Anne sudah tepat berdiri didepan Vallerie.
"Vallerie, kau suka teh hijau?" pertanyaan mendadak itu terlontar dimulut Anne. Tidak ada yang aneh memang dari ekspresinya, bahkan Vallerie tidak merasa ada yang janggal. Sudahlah, angguki saja.
"Tunggu, kemana jubah kesayanganmu? Apa tadi tertinggal saat kau berburu?" tanya Anne lagi.
Vallerie tersenyum, "Eum, aku meninggalkannya dihutan. Astaga, padahal itu jubah kesayanganku." ucap Vallerie diakhiri dengan wajah murung. "Hey! Bawa ini dulu kedalam, lalu kita bagikan ke anak-anak. Bicara nanti saja," Vallerie kembali menyeret rusa itu dengan kedua tanganya, terbukti bahwa rusa yang ia bawa berbobot dan lihat saja dagingnya yang banyak.
Anne hanya memandang Vallerie yang tengah susah payah menyeret rusa itu. Lalu tersenyum misterius melihatnya. Bahkan kini Anne menghadang jalan Vallerie, lalu melepas jubah putihnya dan mengambil karet kecil yang ia ikat di jubah tersebut. Dan kedua tangannya mulai merapihkan rambut, berniat mengikatnya.
"Dia tidak menyukai teh hijau. Dan dia memang tidak membawa jubahnya, jubahnya dia simpan dengan baik didalam. Dan satu lagi- Morgy tidak selemah ini membawa rusa, iya bukan?" ucap Anne, bersamaan dengan kedua tangannya ia turuni setelah selesai mengikat rambutnya, lalu kedua matanya menatap datar dan tajam.
Tatapan Vallerie tak kalah tajam. Tangannya memegang kuat tanduk rusa itu, lalu melemparnya hingga rusa itu membentur keras dengan pohon besar. "Woah, kau benar-benar menebaknya dengan tepat!"
Saat itu juga, kedua matanya berubah hitam bagaikan kegelapan tanpa penerangan. Urat-urat disekitar matanya tercetak jelas berwarna hitam-kemerahan.
"BANTU AKU! TOLONG SIAPAPUN! ANNE! ANNE!" suaranya mendadak berubah histeris, wajahnya mengerut ketakuan. Makhluk ini benar-benar pintar berakting. "Kau tahu? Itu kata-kata terakhir saudarimu." ucapnya berbisik, senyum bagaikan psikopat itu muncul setelahnya.
Biru bagaikan laut, kukunya laksana tombak dan panah. Cukup untuk menusuk tepat dibagian lehernya.
"Beraninya kau. Beraninya." ucap Anne dengan suara beratnya.
Cengiran itu mengejek ekspresi dan emosi Anne yang terlihat mulai tidak terkendali. Emosinya yang meluap-luap dan airmata yang sudah tidak mampu Anne tahan.
Kali ini Anne tidak mampu menerima kenyataan. Saudariku tersayang. Namun disisi lain, anak-anaknya menjerit ketakutan dan menjerit kelaparan. Anne membenci keadaan ini. Disatu sisi dia mau membunuh makhluk ini bahkan jika itu merenggut nyawanya. Namun disisi lain, anak-anaknya pastilah membutuhkannya.
Anne harus kuat untuk anak-anaknya. Mereka adalah tujuan terakhirku.
"Hey! Tidak usah terlalu banyak drama! Mari kita mulai saja pertandingan yang sudah lama kutunggu-tunggu!"
Senyumannya benar-benar bencana. Anne mengenal baik makhluk ini. Pintar tapi curang. Lincah tapi ceroboh.
***
Jadi seperti itu penggalangan kehidupanku sebelumnya. Bagian yang menyeramkan dan menegangkan itu terlihat jelas. Disisi lain, masih banyak yang ingin aku tahu tentang Anne. Meskipun Jaehyun sempat memberitahu, namun aku tidak percaya dengannya. Pria jahat itu!
Tapi tak apa, setidaknya, Anne merindukan Yong-ie.
"Anne! Izinkan aku meneruskan kerinduanmu yang menggebu begitupun dengan cintamu kepadanya. Kau dengar!" ucap Claire berteriak.
Aku pasti sudah gila. Entahlah, disisi lain seperti ada sesuatu yang keluar dari jiwaku, dan itu sangat melegakan. Rasanya aku baru saja terlahir kembali. Bernafas untuk pertama kalinya.
Ah! Sejak kapan Claire menjadi puitis begini? Sudahlah, sekarang yang ha-
"Apa kau bersungguh-sungguh?"
Claire berdiri didepan jendela, namun tak lama setelahnya ia berbalik saat suara yang misterius itu terdengar dipendengarannya. Claire yakin, bahwa dikamar ini tidak ada siapapun kecuali dirinya. Dan lagi, suara itu adalah suara wanita! Tidak, tidak! Aku tidak percaya hantu!
"Kau memanggilku,"
Tepat disudut kamarnya, seorang gadis yang memakai pakaian anggun dan wajah cantiknya berdiri menatap Claire teduh, tidak lama bibirnya tertarik keatas. Dia tersenyum. Lalu mendekati Claire tanpa ada sepasang kaki yang menginjak lantai kamarnya.
Tunggu!
Dia melayang?!
"Perkenalkan. Aku, Anne."
Siapapun, tampar aku jika ini mimpi.
Tbc...
Terimakasih my beautiful people❣️
Btw, aku rindu kalian😫. Jaga kesehatan ya guys!
💛💚See you in the next part 🌈
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides [THE END]
FantasíaLee Taeyong, disebut sebagai makhluk tercepat di clannya. Pemimpin yang tegas dan dingin. Mata yang tajam bagaikan belati yang baru diasah. Memiliki otak yang cerdik dalam mengelabuhi musuh. Sangat menyukai kekerasan terhadap musuhnya, tidak memilik...