"MARK, "
"Apa?"
"Sepuluh menit! Hanya sepuluh!" permintaan yang entah sudah keberapa dan itu cukup menghiasi pendengaran Mark.Lebih tepatnya mengganggu.
"Sepuluh menit waktu yang singkat untuk menjamah tubuh wanita diluar sana. Sudah, besok saja, " perkataan Mark yang satu ini cukup menjelaskan maksud Jaehyun.
"Yak! Siapa bilang aku akan menjam—"
"Jaehyun," Mark memotong. "Mwo?" balas Jaehyun.
"Bukankah membersihkan rumah Anne dan kamar anak-anak lebih baik daripada memberikan nyawamu ditangan Claire?"
Jaehyun diam. Meneguk kasar ludahnya.
Mark melanjutkan kembali aktivitas membersihkan senjata pedangnya yang sempat terhenti. Sedangkan Jaehyun tengah merenungkan nasib baiknya sambil membawa kain basah itu mengelap meja makan.
Kritt..
"Aku pulang.."
Keduanya melihat dan menatap serempak. Menimbulkan rasa canggung untuk Ara. "Wae? Kenapa kalian menatap—"
"Matamu bengkak, kau habis menangis?" Jaehyun bertanya sambil melangkah mendekati Ara yang tengah berusaha menutup wajahnya. Mark tidak berniat mendekati, ia hanya mengamati tingkah laku Ara yang tidak biasanya.
"Ara," Mark memanggil. "Ya?" sahut Ara cepat.
"Bantu aku membimbing pembantu baru dirumah ini, bisakan?" pertanyaan satu ini membuat Ara bingung. Pembantu, sejak kapan?
Jaehyun menoleh ke arah Mark, "Siapa pemban— hey hey! Aku bukan pembantu disini, aku hanya menjalankan hukuman!" Jaehyun menegaskan diakhir kalimat. Wajah tampan dan tubuh atletis, dia bilang pembantu? Ck!
Mark tidak memperdulikan. Lagipula itu cocok untuk Jaehyun.
"Baiklah, aku pergi sebentar. Ara, aku mengandalkanmu," Ara menganggukan kepala sambil Mark melangkah pergi.
"Baiklah, ayo kita ke hutan mengambil kayu!" ajak Ara. Jaehyun mengerutkan dahi, "Kenapa kayu?"
Ara menghela nafas. Ia baru sadar bahwa segumpal daging yang hidup dan bernafas dihadapannya ini memiliki kepekaan dibawah rata-rata.
"Kau tidak akan membiarkan anak-anak mati kedinginan, bukan?" Ara tersenyum. Berharap otak pria dihadapannya mendapat titik terang.
"Tapi hubungannya kayu dan anak-anak, apa?"
Dahlah. Batin Ara pasrah,
***
Berdiri dengan arah pandang kedepan melihat sosok wanita tengah melebarkan senyum. Terlihat anak kecil mulai berlarian kesana kemari saat Claire mengejar mereka secara acak. Tidak setengah-setengah, Claire memberikan ekspresi menyeramkan agar mereka teriak dengan nyaring disertai dengan tawa lepas yang membuat Taeyong tersenyum masam melihat peristiwa indah tersebut dari jauh,
"Tawa dan senyum. Semuanya mirip,"
"Tentu saja, mereka kembar."
Taeyong menoleh. Teman seperjuangan sekaligus tangan kanannya sudah berdiri disamping dengan pandangan ikut melihat Claire.
Melihat wajah Mark seketika teringat masalalu yang mempertemukan mereka. Bahkan saat awal bertemu Taeyong berani berkata bahwa Mark adalah kawan seimbang. Karena dimasalalu, Mark makhluk berdarah dingin dan ganas. Intinya liar. Mirip seperti Taeyong yang dulu,
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides [THE END]
FantasyLee Taeyong, disebut sebagai makhluk tercepat di clannya. Pemimpin yang tegas dan dingin. Mata yang tajam bagaikan belati yang baru diasah. Memiliki otak yang cerdik dalam mengelabuhi musuh. Sangat menyukai kekerasan terhadap musuhnya, tidak memilik...