SAAT itu, hujan datang tepat waktu. Masuk melalui luka yang terbuka akan pedangnya. Masih tertancap pula pedang itu dengan si pelaku yang kini berada duduk diatasku.
Netra biru terang dan hitam miliknya bertemu dengan mataku. Mataku membulat. Menatap jelalatan. Terkejut dengan pandangan didepanku. Tangannya yang kuat memegang pegangan pedang dengan bergetar. Kurasakan itu.
Menerka-nerka air yang tengah menetes diatas pipiku. Apakah air hujan atau tangisannya. Baru kali ini aku melihatnya sehancur itu. Matanya yang menjelaskan, menyampaikan rasa sakit hingga hatiku pun ikut teriris.
"CLAIRE G-" BRAGH!
Seorin turun tangan. Membuat diam anjing yang sedaritadi menggonggong itu.
Mementalkan Luke pada jarak beratus meter hanya dengan pukulan kakinya, sungguh membuat Ashlan bungkam. Sejak kapan pula wanita itu berada disana?
Ia kembali melangkah menuju Luke. Matanya menatap penuh dengan kobaran amarah.
"Berani kau menginjak Immortal. Bukankah sudah puas kau merenggut semuanya? Mencuri, menyiksa jiwa yang tidak bersalah dengan senyuman kebangganmu, BAHKAN KAU MEMBANTAI KELUARGA MEREKA, BRENGSEK!" Guntur dan petir menjadi taburan menyeramkan setelah kalimat pedas dari Seorin terlontar.
"Dimana tawa kemenanganmu itu? Dimana kesombonganmu itu? TUNJUKKAN PADAKU LUKE!"
Luke mencoba berdiri. Baru kepalanya saja yang berhasil terangkat namun sudah mendapat hantaman lagi dari Seorin. Dari satu tempat ke tempat lain. Luke sudah bagaikan bola dikaki Seorin.
Sadis. Satu kata yang mengekspresikan Seorin.
Mark yang ingin teriak pada Seorin untuk mengeluarkannya dari perisai, diurungkannya. Namun disisi lain, ia melihat Claire yang masih diam menatap Taeyong. Tapi tak lama setelah itu, Claire bangkit berdiri. Lalu memasangkan perisai pada Taeyong.
"Apa yang terjadi?" Gumam Mark.
"Ini yang kau inginkan?" Suara Taeyong membuat langkah kakinya berhenti. Claire mengangguk, berdehem.
"Menyuruhku diam disini sambil melihatmu bertarung dengan keadaanmu yang sekarat, itu yang kau inginkan?! KAU PIKIR AKU TIDAK TAHU BAGAIMANA AKHIR DARI SEMUA PERANG INI? Aku lebih baik menerima hukuman mati dari Luke dibanding melihatmu mati karena kita semua!"
"Jangan berlagak kuat dihadapanku, Claire Green!"
Lengang. Suara hujan mengisi.
Claire berbalik. Mensejajarkan pandangan pada Taeyong. Lurus-lurus ia menatap Taeyong. Mencoba mencari sesuatu pada matanya itu.
"Lee Taeyong. Alpha terhebat yang kukagumi. Sosok keren dan tampan yang kucintai. Terimakasih!" Claire menarik kedua sudut bibirnya. Mata melengkung ke bawah membentuk bulan sabit. Tulus benar senyum itu. Cantik sekali.
"Dengarkan aku. Aku... sebagai pemimpin Ashlan tidak berkewajiban memberitahu tiap detail tujuan yang akan aku lakukan. Satu hal yang harus kau tahu, kau tidak bisa menghentikanku. Apa yang kulakukan sekarang, semuanya untuk Ashlan. Apa yang akan terjadi didepan sana... aku saja tidak peduli. Lalu mengapa kau begitu takut?"
Taeyong mengepalkan tangannya ditanah.
"Seorang pemimpin, akan ada satu waktu dimana ia berjalan didepan penduduk karena tahu didepan sana akan ada tantangan besar dan menyakitkan. Akan ada juga ia berjalan dibelakang, membiarkan penduduknya berjalan didepan karena seorang pemimpin percaya pada penduduknya bahwa mereka bisa dan mampu untuk memilih dan bertahan."
"Sekarang. Izinkan aku berada didepan kalian."
Tatapan itu, benar-benar tegas dan dalam. Kata-kata yang dilontarkannya bukan omong kosong belaka.
Dia pemimpin disini.
Pemimpin yang menanggung banyak luka. Hanya mengetahui bahwa pemimpin itu memiliki luka. Tidak tahu seberapa banyak, besar-kecil luka itu. Ratu Ashlan ini memberi diri untuk dihancurkan agar diperbaiki menjadi lebih baik. Mengubah sebuah batu menjadi permata yang tak ternilai dan berharga."BUKAN WAKTU YANG TEPAT UNTUKMU MENCERITAKAN DONGENG!" Teriak Seorin.
Serempak dentuman jantung para penduduk menggebu-gebu akan teriakan berkobar milik Seorin. Atmosfer yang berubah seratus delapan puluh derajat membuat darah berdesir cepat. Bulukudu meremang memberitahu bagian penting dalam pertarungan antara Makhluk Tanah Harapan, Ratu Ashlan dan Luke akan segera dimulai.
"Dari sini— aku yang tangani!" Balas Claire.
Bangkit berdiri. Claire menghela nafas panjang. Matanya langsung bertemu dengan Luke. "Pendudukku sedang menonton. Pamer sedikit sepertinya tidak masalah bukan?"
Para petinggi, penduduk, semuanya! Semuanya membulatkan mata. Bungkam tanda tak percaya akan kekuatan yang kini keluar menampilkan api merah membakari tubuh Claire.
Melangkah dengan aura yang berbeda.
Luke menyeringai. "Kemarilah. Kan kuajari kau cara menghormati orangtua yang benar." Benar-benar tersulut emosi akan tatapan sombong Claire itu.
Manik mata merah muncul setelahnya. Tubuh tegap wajah memandang musuh, tatapan tajam dengan pedang yang dimainkan lihai. Seolah memberitahu tidak akan ada ampun hantamannya nanti.
Seorin bersiul kagum.
"Kondisi tubuh buruk. Rencana perang yang gila. Oh, Ayolah!" Teriakan Seorin membuat Luke langsung melihatnya, "tiga iblis yang berada dalam tubuh Claire, bukanlah monster sebenarnya, Luke!"
Luke mengernyitkan dahi. Tidak ada waktu untuk menanggapi dan mempersilakan kalimat itu merasuki otaknya namun entah mengapa itu berhasil membuat dirinya kehilangan fokus.
Seorin menatap dari atas bagaimana Luke mulai mewaspadai Claire yang berjalan lalu berhenti.
Sekali lagi dan ini amat menyenangkan bagi Seorin.
"Kau memang rakus, tapi Claire lebih rakus. Tiga iblis yang berada dalam tubuh Claire memang monster. Tapi kau lupa satu hal..."
Debu dari tanah yang disebabkan tekanan kaki menjadi kejutan tersendiri bagi Luke. Bahkan angin kuat saat Claire melemparkan kekuatannya membuat pepohonan tersapu. Tidak hanya pepohonan yang tersapu, Luke pun tersapu jauh menerima hantaman super! Mengakhiri dengan tubrukan pada batu besar yang kini retak dan kotor akan darahnya.
Seorin turun dari pohon yang untungnya kuat menerima sapuan kekuatan Claire. Berdiri disamping Claire.
"Tiga iblis itu, melengkapi dirinya. Ditambah dengan darahmu. Kupikir ramalan itu salah... nyatanya--" Seorin menggeleng tersenyum. "Hah... sulit kukatakan tapi ini kebenarannya."
Sungguh dirinya haus akan menghabisi Luke. Saking hausnya ia melesat duluan tanpa mau menunggu. Membuat rambut Seorin beterbangan kecil.
Seorin berdecak.
"Dari awal kau sudah salah bermain-main dengannya." Ucap Seorin setelah melihat kerutan kekhawatiran dari wajah Luke akan detik-detik hantaman Claire menyentuh sadis tubuhnya. "Kau bermain dengan monster yang seharusnya kau hindari."
tbc.
▄︻̷̿┻̿═━一 ♥ ♥ ♥
lagi gundahgulana mau sad apa happy ending:( BUT BTW BTW! jaga kesehatan kalian yah! keep productive bestie!
DANNN terimakasih sudah mampir untuk membaca, luv you 💛
see u next precious! 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides [THE END]
FantasyLee Taeyong, disebut sebagai makhluk tercepat di clannya. Pemimpin yang tegas dan dingin. Mata yang tajam bagaikan belati yang baru diasah. Memiliki otak yang cerdik dalam mengelabuhi musuh. Sangat menyukai kekerasan terhadap musuhnya, tidak memilik...