T i g a p u l u h s a t u - Kebahagiaan

14.1K 625 15
                                    

-GOOGBYE SUAMIKU-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-GOOGBYE SUAMIKU-

.
.
.
.
.

"Benar nyonya Eva, ini anaknya nyonya Jihan yang hidup kembali" sahut suster.

"Cu-cucuku..." langsung Eva mengendong lembut bayi tersebut yang selesai menyusu. "Terima kasih nak.... Terimakasih Tuhan, engkau mendengar semua doa kami" Eva sangat bahagia sekarang.

Yang di sana pun ikut bahagia, sebelum akhirnya bodyguard wanita datang memberikan kabar Jihan.

Clek

"Permisi, maaf menganggu. Nyonya Eva, nyonya Jihan tengah kritis, akibat percobaan bunuh diri yang ia lakukan"

"Apa?!" teriak Eva, Dayna dan Boni bareng.

Tanpa pikir panjang Eva langsung berjalan keluar ruang bayi menuju ruangan Jihan sambil membawa sang cucu.

"Boni" panggil Dayna yang masih berada di ruang bayi.

"Hmm?" sahut Boni.

Dayna menoleh ke Boni. "Yang kamu maksud tadi, apa hal buruk yang kamu maksud setelah hidupnya kembali anak Jihan setelah ini?"

Mereka pun keluar dari ruang bayi berjalan menuju ruangan Jihan.

Boni menggeleng pelan. "Aku gak tau, firasat ku mengatakan.... Yang pasti akan ada kematian yang terjadi di mansion tuan Fino" jawaban Boni membuat Dayna takut.

"Aku harap itu bukan Jihan"

"Iya, aku pun berfikir seperti itu"

Kemudian mereka pun mempercepat jalan menuju ruang Jihan.

.
.
.
.
.

"Aku pikir, aku pria yang baik.... Tapi kenyataannya padamu aku sudah jahat Jihan. Maafkan aku, aku tau aku salah, aku tau aku jahat. Aku juga gak tau jika kamu semenderita ini" gumam Fino. Ia berada di luar ruangan Jihan, menunggu dokter memeriksa keadaan istrinya.

Fino menyesali semua perbuatan bodohnya pada Jihan. Ia mengingat betapa kasar dan dinginnya ia kepada wanita yang bahkan bermimpi untuk di tatapan dan disentuh lembut olehnya.

Pria itu menangis karena kini ia tau dan merasakan betapa menderitanya Jihan.

"Seharusnya kamu katakan saja jika kamu membenciku. Kamu lebih baik memukulku dari pada melukai dirimu sendiri, kenapa kamu memendamnya sendiri?"

Puk

Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dan membuat Fino tersadar dari tangisnya. Ia pun mendongak.

"Fino...."

"Mama" terkejut Fino pelan.

Eva mengangguk. "Kamu baru menyadarinya? Kamu baru menyadari ketulusan Jihan? Apa dia harus seperti ini dulu baru kamu sadar nak?" tangan Eva terangkat untuk menghapus air mata anak semata wayangnya.

"Ma-maaf.... Aku memang bodoh...." sesal Fino. Lalu matanya memfokuskan buntelan gemas yang ada di gendongan Eva. Lalu, ia menoleh ke sang ibu. "Kenapa mama membawa anakku ke sini?" tanyanya binggung. Sang ibu hanya membalas dengan senyuman.

"Apa kamu mau tau sesuatu yang sangat mengejutkan?" bukannya menjawab, justru Eva memberinya pertanyaan.

"Apa itu?"

"Kamu pasti akan sangat terkejut dan senang mendengarnya"

"Jangan bertele-tele mama! Cepat katakan" Fino sungguh kesal. Ibunya ini berkata berbelit-belit.

Eva terkekeh pelan. Lalu ia menoleh ke cucunya yang sedang tertidur. "Anakmu hanya mati suri. Lihatlah dia bernafas"

Mendengar itu, kesedihannya seolah lenyap. Ia tak percaya dan berharap ini nyata.

"Mama.... Gak bercanda kan?"

"Lihatlah sendiri" Eva memberikan bayi itu ke ayahnya. Dan disambut dengan hati-hati oleh Fino.

Sejenak ia diam memperhatikan setiap gerak bayi yang terganggu itu ketika Fino mengendongnya. Dengan teliti Fino memperhatikan setiap inci tubuh dari bayi mungil itu.

Setipa gerakan kecil yang di ciptakan bayi itu membangkitkan begitu banyak kebahagiaan dna haru di hatinya.

"Mama" panggil Fino seolah masih ngebug.

"Iya?"

"Mama... Anakku masih hidup!. Mah, dia bergerak dan bernafas, aku.... Aku gak jadi kehilangan dia mah. Terimakasih Tuhan" kini Fino menangis terharu dan sungguh bahagia.

Eva tersenyum lebar. "Iya nak. Apa kamu senang?"

"Sangat mah, aku sangat senang dan bersyukur. Sayang.... Anak papa, ini papa nak. Papa menyayangimu" pria itu memeluk dan mencium anaknya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Dia tadi sudah di susui oleh suster, tapi dia akan sangat senang ketika dari sumbernya langsung"

Ucapan ibunya membuat Fino teringat keadaan sang istri. Dan luka di hatinya kembali ia rasakan.

"Dia gak akan kenapa-napa mah, percaya padaku" lirih Fino dan di balas anggukan oleh Eva.

.

Tak lama dokter akhirnya selesai dengan kegiatannya memeriksa kondisi Jihan. Fino pun langsung bertanya.

"Bagaimana keadaan Jihan? Apa dia selamat?"

"Kondisi nyonya Jihan sekarang baik. Hanya saja...."

"HANYA APA?!"

Dokter tersebut benar-benar takut. "Ha-hanya saja jika tuan Fino t-tak memanggil tepat waktu, mungkin saja nyonya Jihan tidak selamat"

Sedikit lega karena Jihan masih bisa selamat. Lalu dokter tersebut keluar dari ruang Jihan.

Fino pun duduk di kursi sebelah ranjang wanita itu. Nafas tak beratur dari wajah istirnya itu entah kenapa membuat pria itu benar-benar tak kuat melihatnya.

Ya, Fino menolak mengakui jika ia mencintai Jihan. Tapi hatinya tak sunggup melihat Jihan menderita.

"Sadarlah istriku.... Lihat, anakmu sudah selamat. Dia bernafas, dia hidup.... Dia juga butuh ASI darimu, sadarlah demi anak kita" ucapnya pada Jihan.

.
.
.
.
.

To be continued

Maaf ya pendek, lagi males ngetik aku tuh:(

A

da yang kangen? Hehe gada ya:v

Thanks for 16,1 k🥰🙏


Jangan lupa vote dan komen!

Goodbye, suamiku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang