Back to School

5 1 0
                                    

Lagi lagi harus bangun pagi, siapa sih yang suka. Nggak ada. Tapi mau gimana lagi, sekolah.

Sama halnya dengan Hanum, Daniel hampir saja menggendong putrinya dan melempar ke bak kamar mandi jika saja Hanum belum juga terbangun.

"15 menit lagi nggak sampe di meja makan. Ayah nggak mau lagi nganter kamu berangkat sekolah"

Karena mendapat ancaman seperti itu akhirnya Hanum segera bergegas mandi, untung seragam sekolah sudah di siapkan di samping lemari.

Setelah 15 menit akhirnya Hanum turun sudah rapi dengan pakaian sekolahnya, dan kini dia sudah terlihat segar dari beberapa menit lalu.

Hanum menghampiri Daniel yang sudah duduk di meja dengan sarapan dihadapannya.

"Hari ini sama Ayah dulu, tadi Ayah udah ngasih tau Bara" Ucap Daniel.

"Tumbenan"

"Ada urusan di sekolahan kamu"

"Oh, orang penting, tamu undangan ya pak?"

"Iya, udah itu buruan sarapannya dihabisin"

"Iya"

Hanum kembali melanjutkan makannya dan Daniel juga kembali melanjutkan makan.

Setelah itu mereka sepakat berangkat ke sekolah bersama dengan urusan yang berbeda, Hanum untuk sekolah dan Daniel sebagai tamu undangan sambutan untuk para siswa baru, osis sekolah yang mengadakan, kebetulan Daniel ini salah satu direktur sekolah jadi maklum saja, orang penting.

***

Daniel dan Hanum berjalan beriringan dengan tangan Hanum yang berada dalam genggaman ayahnya.

Beberapa orang menatap mereka, sempat tidak percaya bagaimana Daniel seorang CEO terkenal sudah punya putri yang berumur 17 thn dari wajahnya seperti masih berusia dua puluhan, apalagi dengan status duda, membuat laki laki itu menjadi incaran para remaja juga. Tapi sayang kecintaannya kepada mendiang istri membuat Daniel tidak pernah sedikitpun merespon para perempuan ganjen diluar sana. Jadi tidak ada harapan untuk menjadi ibu tiri Hanum.

Hanum dan Daniel berpisah di belokan gedung, Daniel menuju ruang kepala sekolah dan Hanum naik ke lantai 3 yaitu di kelasnya. Entah kebetulan atau bagaimana, lagi lagi dia satu kelas dengan Bara, Aldo, dan Cicik, tidak apa toh dia menyukai itu.

"Good Morning" Ucap Hanum cerah sambil berjalan masuk kedalam kelas.

"Berisik banget congornya" Ucap Aldo yang sepertinya tidak suka kalau Hanum bahagia sedikit.

"Apes banget gue sekelas lagi sama lo" Ucap Hanum sambil menunjuk muka Aldo.

"Dikira gue mau apa sekelas lagi sama lo"

"Dih, ganteng lo?"

"Buta lo mata lo? Ganteng gini, kaga bisa lihat?"

"Udah udah, kalian ini ribut terus. Sana bantu bersihin kelas" Cicik datang menengahi, membuat Aldo dan Hanum kembali bungkam.

Hanum menaruh tas selempang di samping tempat duduk Cicik, setelah itu dia meraih kemoceng dan membersihkan jendela luar.

Sedangkan Aldo, laki laki itu kembali bermain handphonenya dan bermain game.

"Dari pada lo diem aja, mendingan sana buang sampah" Ucap salah satu gadis di kelas ini.

"Dih, gosah sok kenal lo" Ucap Aldo yang sebenarnya dia mengenal gadis bar bar ini.

"Lo buang sampah sekarang atau lo yang gue buang ke tempat sampah" Aldo menelan salivanya dengan susah payah, pasalnya gadis yang baru saja menyuruhnya ini pernah memenangkan olimpiade karate tingkah sekolah menengah.

EUFORIA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang