Salam perpisahan untuk sementara

2 1 1
                                    

Hanum menghapus air matanya dan berusaha memasang senyum palsu. Dia datang bersama Cicik dan Aldo. Kedua sahabatnya benar benar tidak tau apa yang sedang mengganggu pikiran Hanum beberapa bulan ini.

Bara tersenyum menatap kedatangan tiga orang yang sedari tadi dia tunggu.

Tidak ada Daniel disini tapi ada dua orang tua Bara yang ikut serta mengantar putra mereka.

Hanum, Aldo dan Cicik sampai di hadapan Bara dan kedua orangtuanya.

"Berangkat jam berapa Bar?" Tanya Aldo setelah ikut berdiri diantara mereka.

"15 menit lagi" Jawab Bara setelah melihat arloji yang melingkar ditangannya.

Tiba tiba suasana menjadi sedikit senyap. Sebenarnya ada banyak hal yang ingin mereka ungkapkan tapi mungkin akan lebih baik kalau diam saja.

"Bar, ini beberapa memori dari kita kelas 1 dulu, siapa tau lo mau nyimpen" Cicik memberikan sebuah album kepada Bara.

"Bakalan berkesan banget, thanks ya" Bara melemparkan senyumannya kepada Cicik.

"Bro gue gak ada kenang kenangan tapi kalo mau curhat nomor gue masih sama kok"

"Gak berguna banget Al gue curhat ke lo" Bara terkikik berusaha mencarikan suasana.

"Semoga lo bahagia ya disana" Aldo lagi lagi berucap seperti orang bodoh.

"Gue cuma mau kuliah bukan mati Al" Hampir saja Bara ingin merukiah Aldo di tempat karena ucapan ajaib temannya.

"Lagian kita juga cuma pisah benua bukan pisah alam. Gue cuma pergi sebentar doang. Gak usah lebay lo" Ucap Bara lagi, takut kalau nanti Aldo makin aneh aneh saja.

Mereka yang ada di sana tertawa karena di suasana tegang ini Aldo masih bisa membuat sedikit candaan.

"Bar, itu sudah ada panggilan dari tadi. Kamu buruan naik ke pesawat" Ucap Ibu nya Bara sambil mengusap lengan anaknya.

"Bentar ya Bun" Bara mengusap pelan punggung tangan Ibunya yang berada di lengannya.

"Han, kamu gak ada ngomong apa gitu?" Ucap Bara kepada Hanum.

"Ciyak aku kamu, udah kaya suami istri aja" Selak Aldo yang langsung mendapatkan cubitan dari Cicik.

"Diem dulu, gak usah ngerusak suasana" Ucap Cicik, dan Aldo langsung membuat gestur mengunci mulut.

"Kenapa Bar?" Tanya Hanum karena terpotong oleh Aldo tadi.

"Gak ada salam perpisahan?"

"Gak ada, kamu bilang kamu bakalan balik kan. Kamu udah janji, aku harap kamu gak lupa sama janji kamu sendiri"

"Gak akan lupa. Kamu, salah satu alasan terkuat ku buat cepet cepet balik dari Canada. Doa in ya" Bara mengusap puncak kepala Hanum dengan sayang.

Kali ini Hanum melihat, benar benar melihat tidak ada kebohongan dalam ucapan Bara, membuat Hanum menjadi bimbang dengan lelaki di hadapannya.

"Aku bakalan terus doa in kamu Bar"

Bara menarik Hanum kedalam dekapannya, membawa tubuh mungil itu untuk dia rasakan hangatnya tubuh Hanum, yang nanti akan menjadi hal yang paling dia rindukan.

"Tolong jangan ragu sama aku Han, aku minta maaf, maaf karena sempat berpikir hal lain" Bara tidak berubah, dia benar benar yang paling mengerti yang paling tau apa yang sedang mengganggu Hanum belakangan ini.

"Iya aku maafin. Aku harap, kamu gak bakalan bikin aku ragu lagi Bar" Hanum semakin melingkarkan tangannya di pinggang Bara.

Karena waktu yang tidak banyak, Bara dan Hanum menyudahi acara berpelukan mereka, setelah itu Bara benar benar berpamitan akan pergi untuk menempuh pendidikan sementaranya di Kanada.

EUFORIA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang