kehidupan perkuliahan

2 0 3
                                    

Kehidupan kuliah yang sebenarnya memang benar tidak semulus sinetron atau cerita fiksi. Yang sebenarnya kita rasakan adalah stres dan penuh tekanan batin.

Tidak ada waktu berleha-leha bahkan waktu luang untuk sekedar berkencan saja tidak ada. Sama halnya dengan Hanum sekarang. Dia benar benar mengambil jurusan bisnis pemasaran seperti yang sudah dia rencanakan beberapa tahun lalu.

Kini di semester 5 Hanum sangat disibukkan dengan tugas yang sangat banyak. Untungnya Daniel mau dengan suka rela membantu putrinya. Kalau saja Daniel tidak membantu Hanum mungkin dia tidak lulus di semester lalu.

Ujian ulang dan perbaikan nilai sudah menjadi hal wajib yang akan Hanum lakukan di akhir semester.

Perempuan yang umurnya beberapa hari lagi akan genap 20 tahun itu tengah memijat pelipisnya karena tiba tiba terasa nyeri.

"Bener bener salah jurusan nih gue" Ucap Hanum pelan.

Dia sedikit mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan. Ada banyak anak mudah yang sedang mengobrol atau sedang fokus dengan leptop masing masing.

Hanum melirik jam tangan yang melingkar cantik dipergelangan tangannya. Pukul 15.43, cukup lama dia duduk disini. Karena sudah mulai sore Hanum memilih untuk pulang saja.

Dia membereskan barang barang yang dia bawa setelah itu bangkit keluar dari cafe.

Sedari dulu perempuan ini lebih suka memanfaatkan alat transportasi yang ada dari pada membawa kendaraan sendiri dan menyebabkan macet semakin parah.

Karena bersamaan dengan jam pulang kerja jadi agak susah memesan taksi online terdekat dari lokasinya sekarang.

Handphone di dalam satu kardigan tebal milik Hanum bergetar dengan alunan musik khas panggilan masuk.

"Halo assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" Terdengar jawaban dari Aldo.

"Kenapa Al?" Iya baru saja Aldo yang melakukan panggilan telepon kepada Hanum.

"Nebeng?"

"Lo dimana?"

"Tebak coba"

"Males banget"

"Ck, buruan geratis nih selamat sampai rumah"

"Soto ayam depan"

"Teng, salah. Pulang sendiri"

"Setan"

Hanum mematikan sambungan telepon sepihak setelah mengumpati Aldo. Lelaki itu tidak banyak berubah selain tinggi badan.

Apakah ini hari sialnya? Karena Hanum sudah menunggu hampir setengah jam karena tidak ada taksi online yang kebetulan berada di sekitarnya.

Kepalanya ia bawa menunduk memandang sepasang sepatu pembelian Daniel beberapa bulan lalu, masih terlihat baru, sangat cantik dan pas di kakinya.

"Hanum" Kepala Hanum mendongak menatap lelaki yang baru saja memanggil namanya.

"Kenapa duduk di luar. Gak masuk?" Tanya lelaki itu.

"Gue baru dari dalem. Mau pulang, tapi udah dari tadi gak ada ojol atau taksi online deket sini"

"Kebetulan, pulang bareng saya saja gimana?"

"Gak usah, nanti ngerepotin"

"Gapapa, ayok"

"Eh, anu bukannya tadi lo baru mau masuk"

"Mau nganterin kamu saja. Saling menolong kan baik"

Hanum sedikit tertawa canggung karena lelaki ini. Hanum mengenal lelaki ini, dia salah satu orang yang Hanum kenal dan kebetulan juga beberapa kali sempat dalam situasi yang sama.

EUFORIA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang