🥀__🥀
Bagi Chandra pulang kerumah setelah bekerja itu adalah hal yang melegakan. dulu sewaktu ia tinggal di apartemen, setelah pulang kerja ia akan melanjutkan membersihkan apartemen nya, minimal menyapu dan memasak. tapi dirumah ia tidak perlu melakukan itu karna ada sang bunda yang akan menyambut nya dengan hangat, menyiapkan makan malam untuk ia dan ayah nya. Jadi ia hanya tinggal membersihkan diri dan sisa nya bermalas-malasan.
Tapi seperti nya semua nya tidak akan berjalan seperti biasa untuk malam ini, karna yang Chandra temukan adalah ayah dan bunda nya sedang berbicara dengan seorang pria yang akhir-akhir ini cukup mengganggu hidup nya.
"Chandra, mandi dulu gih. nanti kita makan malem bareng" Chandra tanpa banyak bicara langsung menuruti bunda nya untuk langsung masuk ke kamar. Melihat Chandra yang sudah hilang ditelan pintu kamar, ayah menatap Jeno lagi.
"Saya menghargai keberanian kamu, tapi saya tidak bisa menjawab pertanyaan kamu barusan. yang saya mau adalah kamu dan Chandra datang ke hadapan saya dan bunda nya untuk meminta izin menjalani hidup serius seperti yang kamu katakan tadi"
"Hidup Chandra belakangan berat. jujur, saya senang kalau ada lelaki baik seperti nak Jeno yang mau serius dengan Chandra. tapi pelan-pelan ya nak, kamu rebut dulu hati anak nya" mendengar itu Jeno menunduk, tiba-tiba merasa bersalah.
"Gak usah sungkan begitu, Jeno" Bunda meraih tangan Jeno.
"Kami bukan menolak kamu, tapi memberikan kamu waktu untuk lebih mengenal Chandra. terburu-buru itu tidak baik" Jeno mengangguk faham.
"Saya minta maaf om, tante kalau saya terlalu tiba-tiba padahal kalian belum mengenal saya"
"Loh kata siapa saya tidak mengenal kamu, anak keren yang pintar mengelola sepetak tanah yang diberikan oleh keluarga besar nya sebagai tanda bahwa ia telah dibuang. Saya sangat berharap kamu bisa jadi menantu saya" Jeno tergelak, baru saja ia akan menjawab tapi Chandra sudah menyalak duluan.
"Apaan mantu-mantu????"
"Ih gausah ikut campur, sana bantu bunda didapur" Ayah memberikan gesture mengusir, Chandra memberengut, berjalan sambil menghentakkan kaki nya.
"Kenapa sih anak gadis, muka nya gaada manis-manis nya"
"Itu si Jeno ngapain ke sini sih bun!!" Bunda tergelak,
"Ya mau silaturahmi lah, kamu nih. gih panggil ayah sama Jeno, makanan udah siap" Chandra menatap bunda nya terluka.
"Tadi disana aku disuruh ayah buat bantu bunda, sekarang pas udah di dapur aku malah disuruh lagi ke ruang tamu. ihhh!!" Meskipun mengomel tapi Chandra tetap berjalan keruang tamu.
"Ayah, Jeno. makanan nya udah siap" Ayah berjalan duluan ke dapur meninggalkan Jeno dan Chandra di belakang nya. Chandra masih setia dengan tatapan tajam nya.
"Awas lo kalo macam-macam" Jeno terkekeh, lalu mengusak poni Chandra.
"Semacam aja kok" di akhir kata Jeno mengedipkan mata nya, meninggalkan Chandra yang jantung nya berdetak tidak normal.
"Shhhhh masa iya gue baper??"
🥀__🥀
Kok aku takut buku ini malah ga sesuai sama expetasi kalian ya🥺