Keep enjoying guys
Don't forget vote and comment 😉🥀__🥀
"Pagi sayang" Jeno memeluk Chandra dari belakang. Gadis— oke, mari ralat. Wanita itu tengah menyiapkan sarapan sepertinya.
"Geliiiiiii banget. Gausah sayang-sayangan ih" Jeno terkekeh.
"Padahal kemarin abis di lamar manggil nya by mulu"
"Kalo aku yang manggil gapapa, tapi kamu gak boleh" Yaudah, suka-suka Chandra aja. Ibu ratu berkuasa.
"Jadi hari ini kita mau ngapain?" Tanya Chandra sambil meletakkan segelas kopi dan sepiring cemilan di atas meja. Jeno mengikuti dibelakangnya dan duduk di meja makan.
"Dirumah aja?? Aku rasa udah gaada yang perlu dibeli sih" Chandra mengangguk, lalu balik lagi ke depan kompor.
"Ada yang bisa aku bantu gak sih?" Chandra mengangguk.
"Abis minum kopinya, kamu bisa kebelakang, nyuci baju trus jemur. Udah itu aja" Jeno mengangguk, Chandra selalu sibuk jika sudah dirumah. Seperti tidak pernah habis pekerjaannya.
Jadi kemarin, setelah pemberkatan dan party, mereka menginap di rumah orang tua Chandra selama 2 hari. Dan setelahnya mereka pindah kerumah Jeno yang sudah di ubah sama Chandra jauh sebelum hari pernikahan mereka. Menurut Jeno, seharusnya Chandra hanya tinggal diam-diam saja menikmati cuti nikahnya. Tidak perlu serepot ini.
Jujur saja, baru seminggu pernikahan sudah banyak sekali Culture Shock yang mereka alami. Dari Jeno yang apa-apa harus disiapkan Chandra. Hingga ke Chandra yang setiap hari mengomel karna Jeno meletakkan handuk basah diatas kasur, atau baju kotor di simpan sembarangan padahal di kamar mandi sudah ada keranjang khusus baju kotor.
Atau sesederhana perhatian kedua orang tua Chandra. Jujur saja, Dona dan Johnny sangat baik kepadanya. Ia diperlakukan seperti anak sendiri.
"Eh, nanti sore kita ke resto boleh gak?? Tiba-tiba aku pengen yang seger-seger" Jeno lagi-lagi terkekeh, Chandra bicara seperti jarak antara rumah dan restoran mereka itu jauh saja. Padahal mah tinggal jalan kaki beberapa langkah aja. Inget gak yang Lendra ngatain kalo Restoran Jeno itu di tengah hutan??
Iya, jadi sebenernya itu bukan hutan melainkan perkebunan, di seberang perkebunan ada tambak, di samping tambak ada restoran dan lahan itu semua di kelilingin sama pohon besar. Memang tanaman Jeno, karna dia orangnya perduli banget sama alam. Jadi gak kaget lah ya kalo didaerah mereka tuh adem banget. Fyi juga, mereka gak punya tetangga. Tapi di belakang restoran ada mess buat karyawan yang rumahnya jauh atau yg udah berkeluarga. Jadi Chandra anggap mereka itu tetangga.
Chandra kadang takjub sama dirinya sendiri, dia belum terlalu lama kenal Jeno dan lingkungannya. Tapi dia sudah bisa se akrab ini sama para karyawan. Jenonya juga baik banget, pas pertama kali berkunjung, Chandra dikenalin satu-satu ke para karyawannya. Bayangin. Usaha Jeno yang segede itu, dia hafal sama karyawannya. Gak cuma ngandelin mandor doang.
"Chan"
"Hmmm?"
"Makasih udah hadir dihidup aku" Jeno natap Chandra tulus. Gak tau, tapi dia gak bisa berhenti berterimakasih.
Bukannya mendapat balasan ungkapan cinta, Chandra malah terbahak. Membuat Jeno kembali merajuk.
Sungguh luar biasa dua pasangan ini.
🥀__🥀
Gak jelas banget😭😭
Udh berusaha tapi otak ku stuck :))Aku kalo lagi libur gini ide nya hilang, coba pas hectic kuliah. Beuh ada aja :)