Jeno Kenapa

1.5K 232 21
                                    

Keep enjoying guys
Don't forget vote and comment 😉


🥀__🥀




Sebulan setelah kejadian Chandra masuk angin, baik Jeno maupun bundanya Chandra tidak pernah membahas hal serupa. Mereka merasa bersalah, karena seolah telah menuntut.

Chandra memandang Jeno khawatir, sedari tadi malam badan Jeno demam, walau tidak terlalu tinggi. Dan pagi ini lelaki itu sarapan dengan wajah yang pucat.


"Istirahat aja ya? Gak usah survei kebun" Chandra sebenarnya sudah membujuk dari tadi subuh, tapi jeno sangat keras kepala. Beralasan bahwa hari ini hari terakhir proses pemupukan, dan dirinya tidak enak hati kepada semua karyawannya, beberapa hari yang lalu ia sempat absen karna harus ikut serta panen ikan.

"Aku gak papa sayang, beneran" Jeno meyakinkan istrinya yang demi apapun sangat cerewet itu.

"Aku hari ini survei pasar jen, jadi gak di kantor. Kalo kamu ada apa-apa aku gak bisa langsung dateng. Tapi kalo misal kamu udah gak enak banget tolong langsung istirahat ya?" Jeno terkekeh.

"Dra, kebun tuh deket sama rumah kita. Nanti aku langsung pulang kalo pusingnya gak bisa di tahan" Jeno melirik jam di pergelangan tangannya.



"Berangkat gih, entar telat" Lagi-lagi Chandra menghembuskan nafas berat.


"Aku berangkat dulu ya, pokoknya kalo ada apa-apa hubungin aja. Aku gak janji fast respon tapi aku usahakan" Jeno tersenyum lalu mendorong pelan belakang istrinya, menghantarkan wanita itu sampai di depan mobil. Setelah memastikan mobil Chandra tidak terlihat, Jeno segera masuk kedalam rumah dan memuntahkan semua makanan yang belum 10 menit masuk kedalam perutnya.










🥀__🥀










"Katanya Jeno sakit?" Rena yang perutnya sudah sangat buncit menghampiri Chandra. Keduanya sedang duduk di pojok cafe. Tinjauan pasar mereka sudah selesai, sekarang waktunya makan siang dan Mark memaksa keduanya untuk makan terlebih dahulu.

"Iya, sakit memang. Tapi gak mau nurut ren, pusing gue"

"Sakitnya kayak gimana?"

"Tadi malem demam tinggi sampe meriang gitu, trus muntah-muntah juga. Sumpah, gak tega banget gue liat dia begitu" Rena menatap Chandra lamat.

"Dra.... Jeno gak lagi nunjukkin ciri-ciri lo hamil kan?" Chandra terdiam sebentar.

"Emangnya ciri-ciri itu gak harus dari ibu hamil?" Rena menggeleng.


"Ada beberapa kasus dimana yang mual-mual, morning sickness, bahkan ngidam itu suaminya"


"Tapi baiknya periksa dulu sih. Kalo bukan juga gak papa. Gak usah terburu" Rena segera memperbagus kalimatnya, ia takut Chandra jadi kefikiran.

Padahal yang ia takutkan sudah terjadi.









🥀__🥀











"kan aku udah bilang, kalo pusingnya makin jadi istirahat di saung terdekat. Gak usah dipaksain" Jeno terbangun dengan Chandra yang langsung mengomel.


"Aku gak papa dra" Jawab Jeno lemah.


"Gak papa apanya? Dokter bilang kamu kecapean dan anemia. Makanya kamu pusing banget tadi sebelum pingsan" Iya, Jeno pingsan. Chandra sampai panik sendiri waktu karyawannya Jeno nelfon.


Jeno senyum sambil ngeraih tangan Chandra.



"Aku gak papa sayang, beneran gak papa" Chandra ikut senyum,


"Kamu bobok lagi ya" Jeno menurut, karna kepalanya masih sepusing itu. Setelah memastikan Jeno tertidur pulas. Chandra berjalan gontai kearah kamar mandi. Mengunci pintu dan bersandar hingga ia terjatuh, kakinya tidak mampu menahan berat badannya sendiri. Tubuh Chandra bergetar. Tangisnya pecah. Kedua tangannya memeluk erat testpack yang ia beli tadi.





Tespact dengan garis satu.




Chandra gagal lagi.








🥀__🥀









Haloooooooooo.
Masih ada orang gaa😂

Aku mau minta maaf, setulus-tulusnya sama reader aku. Bukan bermaksud menggantung atau males lanjutin cerita. Tapiiii aku gak punya kuota😭😭😭😭😭😭😭😭😭
Krisis banget ini mah, maap yakk🙇🏻‍♀️🙇🏻‍♀️

Kalo misalnya mau nyumbang, dm aku terbuka yakk (candaaaaaaaa) 😂

Life✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang