Healing (katanya)

1.4K 227 18
                                    


Keep enjoying guys.
Don't forget vote and comment ya😉

🥀__🥀


Jeno itu gak punya keluarga sama sekali, dari info yang ia dapat ketika masih kecil, orang tuanya sama-sama anak panti jadi sudah dipastikan mereka tidak punya sanak keluarga. orang tuanya meninggal ketika Jeno berusia 3 tahun.

Pasti pertanyaan yang timbul adalah, bagaimana Jeno bisa dapat privilege se besar ini sehingga ia bisa punya kebun yang luas bahkan restoran dan caffe banyak ingin bekerja sama dengannya. oh, ralat. Jeno tidak hanya memiliki lahan kebun yang luas, tapi ia juga punya peternakan dan tambak sendiri. Gudang bahan mentahnya banyak diincar karena kualitasnya tidak diragukan lagi. Sayang nya sejak 3 tahun lalu, mereka mengurangi bekerja sama dengan restoran atau caffe, karena mereka juga membuka rumah makan kecil-kecilan di dekat tambak. Itu semua adalah warisan dari ayahnya, meski yatim piatu dan dibesarkan di panti, ayah Jeno adalah pria yang sangat ambis, apa pun pekerjaan yang ditawarkan akan ia ambil, dan hasilnya bekerja digunakan untuk membeli tanah. Sepertinya ayah Jeno mengetahui bahwa dimasa depan harga tanah anak sangat mahal.

Jeno tersenyum ketika mengingat bagaimana ibu panti bercerita tentang orang tuanya yang lebih memilih memperbanyak tanah daripada membangun rumah mewah. ia jadi merindukan keduanya. Tangan Jeno beralih mengambil handphone nya, mengetikkan sesuatu lalu menempelkannya ketelinga.

"Halo sayang?? udah makan??" Jeno terkekeh mendengar jawaban gadis yang ia telfon diujung sana.


"Ooh, aku niatnya mau ngajakin kamu dinner sih. udah lama banget lo kita ga dinner" lagi-lagi jeno terkekeh,

"Iyaa, bener juga. bahkan kita belum pernah dinner" Tawanya pecah, tapi beberapa detik kemudian berhenti.

"Yaudah, Chandra selamat me time!!" Jeno memutuskan sambungan, barusan ia menghubungi Chandra, berniat mengajak gadis itu makan malam bersamaa, tapi Chandra bilang bahwa ia ingin me time. Jeno tidak bisa menuntut. heeey, me time itu perlu dan Jeno mengerti itu.





🥀__🥀



"Maaf ya telat" Chandra berusaha untuk tersenyum hangat, tapi gagal. senyum nya malah seperti smirk.

"Dra, kenapa kita jadi gini?" Jevan tau bahwa jika ia basa-basi maka Chandra akan pergi detik itu juga. Makanya ia berusaha untuk to the point.

"Gini gimana?"

"Dra, aku boleh gak pinjem 30% dari hasil penjualan rumah?" Chandra menggeleng tegas.

"Kalau aku minjemin kamu yang ada kedepannya kita bakal terus berhubungan sampe kamu selesai bayar hutang. aku gak mau Jevan. kamu udah berhasil jual?? uangnya transfer aja ke rekening ku" Chandra hendak meninggalkan Jevan, tapi tangannya keburu ditahan Jevan.

"Dra, aku mohon. Aku sepi job. Aku gak tau, dari yang awalnya semua project dipercayain ke aku sampe sekarang aku gak megang proyek apa pun. aku butuh banget dra, untuk biaya persalinan istri ku, biaya rawat anakku nantinya" Bilang saja bahwa Jevan tidak punya malu, tapi ia juga sudah cukup frustasi, ia memang bekerja di sebuah firma, yang otomatis akan tetap digaji. tetapi di firma mereka apabila karyawan tidak memegang proyek apa pun selama sebulan maka gajinya akan sangat rendah. Chandra tidak tega melihat Jevan yang seperti ini. Tangannya yang satu ikut menggenggam tangan Jevan.

"Pake aja, gak lebih dari 30%. aku juga butuh, balikinnya nanti aja, kalo kamu udh punya uang lebih" Chandra memang tidak menyukai Natasya, tapi bayi yang dikandung Nata tidak ada masalah dengannya.


Dari jauh Jeno memperhatikan adegan saling genggam tangan itu, kemudian lelaki itu pergi meninggalkan caffe tersebut.


"Cih, me time katanya"




🥀__🥀





guys, punya info yang masih buka po hello future ga??
aku baru kepengen belinya telat banget 😭😭

Life✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang