Bagian 16.5

2.6K 318 29
                                    

Kaki yang ramping berlari cepat, mencoba menembus semak-semak hutan dengan tergesa. Tak perduli pada chima nya yang kotor dan robek, gadis itu sesekali melongok kebelakang untuk memastikan pria-pria jahat yang beberapa saat lalu mengejarnya tidak terlihat lagi.

Dia merasa sangat lelah, tapi untuk sekarang rasanya tidak mungkin untuknya beristirahat sejenak saja.

Saat ini, entah kemana kakinya melangkah. Semak-semak dan pohon-pohon tinggi tiba-tiba saja berubah menjadi jalan tanah yang sepi. Gadis itu merasakan nafasnya yang tersengal, sebelum kembali berlari ketika melihat suatu rombongan kuda yang melintas.

"T-tolong aku!" pintanya ketika telah berhasil menghadang seorang penunggang kuda. "Kumohon tolong ak-"

Bruk

Tubuhnya yang lemah lantas tumbang sebelum berhasil menyelesaikan kalimatnya.

"Apa kau yakin aku tidak ikut?" Jeno memiringkan kepala mencoba mencari wajah Jaehyun yang sedari tadi sibuk berpaling darinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa kau yakin aku tidak ikut?" Jeno memiringkan kepala mencoba mencari wajah Jaehyun yang sedari tadi sibuk berpaling darinya. Sedangkan kakaknya itu hanya tersenyum kecil tanpa berniat berhenti mengemasi barang-barang yang akan ia bawa ke Gyeongsang.

"Hyung, aku bisa membantumu jika terjadi sesuatu disana."

Jeno sekali lagi membujuk. Mencoba menawar pada Jaehyun yang saat ini malah terkekeh. "Apa anda pikir aku tidak bisa menyelesaikan ini sendirian, Yang Mulia?"

Merengut. Jeno hanya bisa mencibir pada kakaknya yang sudah selesai berkemas. Pewaris kerajaan itu tidak lagi dapat membantah, jika Jaehyun dari segi manapun akan selalu unggul darinya.

"Kalau begitu, Hyung harus berjanji untuk minum bersamaku ketika pulang nanti!" putus Jeno mutlak. Jubah naga perak kebanggaannya berkibas tegas ketika ia berbalik pergi meninggalkan Jaehyun yang sudah bersiap dengan benda-benda ditangannya.
.

.

.

.

.

.

Derap langkah rombongan kuda terdengar ribut mengisi sepinya jalan menuju Gyeongsang. Tanpa membawa lentera ataupun obor, para penunggang itu seakan fasih dengan jalur yang mereka lalui saat ini.

Tali kekang mereka genggam dengan kuat. Seakan tak membiarkan hewan berkaki empat itu memperlambat kecepatannya, sehingga mereka bisa dengan segera tiba di Gyeongsang sebelum matahari terbit.

Jaehyun yang berada di posisi terdepan, mengawasi perjalanan. Mata tajamnya dengan cermat mengintai pergerakan-pergerakan yang sekiranya mencurigakan. Sedangkan dua orang pengawal di belakangnya selalu dalam posisi siaga. Bersiap-siap dengan kemungkinan adanya penyerangan tiba-tiba terhadap keturunan raja itu.

Semilir angin malam yang membelai wajahnya bahkan seolah tak mampu membuat Jaehyun terbuai untuk memelan. Kuda yang ia tunggangi semakin bergerak cepat, melewati semak-semak dan kerikil-kerikil dengan lincah dan tanpa kendala. Hingga...

A Flower's Letter; ╰Noren╮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang