Bagian 13

3.6K 501 98
                                    

Pelatihan tata krama dan juga pelajaran-pelajaran keistanaan diberikan pada Jang Ae-ri dan juga Baek Yun Hee yang tak lama lagi akan menjadi pendamping dari Putra Mahkota.

Yun Hee mamandang datar ketika mangkuk kaca yang disampirkan di lengan Ae-ri lagi-lagi terjatuh, lalu pecah.

Putri dari menteri Jang itu tampak sekali sangat gugup, terlihat dari tubuhnya yang gemetar dan pucat. Membuat Yun Hee mendengus pelan ketika melihat raut wajahnya.

"Tenang saja, jangan gugup.. Lakukan dengan perlahan." senyum milik Chae A-Young sedikit banyak membuat Ae-ri merasa tenang. Gadis itu kembali melangkahkan kakinya dengan perlahan ketika dua mangkuk baru kembali diletakkan dilengannya.

Sedangkan dari tempatnya berada saat ini, Yun Hee hanya bisa menatap tajam pada Ae-ri yang mulai bisa menyeimbangkan diri dengan senyum manis yang terpoles di wajahnya yang putih. Membuat geraman pelan keluar dari bibir Yun Hee yang terkatup rapat.

 Membuat geraman pelan keluar dari bibir Yun Hee yang terkatup rapat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun merengut. Dengan sedikit kesal ia menendang salju dibawah kakinya ketika lagi-lagi menerima perintah aneh yang diberikan putra mahkota.

"Yang benar saja! Mana ada bunga matahari di musim dingin seperti ini!" dumelnya.

Pemuda Huang itu mendudukkan dirinya disalah satu pendopo dan menatap langit Joseon yang sedang mendung kelabu. Tidak ada matahari. Hanya ada salju yang perlahan jatuh memenuhi bumi.

Ia menghela nafasnya dengan pelan. Ingin sekali pulang kerumah dan bercengkrama dengan Chenle sembari menyeruput teh krisan hangat. Namun mengingat bahwa Putra Mahkota bahkan tak membiarkan Renjun bergerak jauh keluar dari istana, membuat ia harus menahan kuat rasa rindunya atas rumah.

"Salju sepertinya berhasil membuatmu sedih."

Suara berat itu membuat Renjun yang awalnya menunduk, mengangkat kepalanya. Menemukan Na Jaemin yang tersenyum tampan, sebelum pemuda itu ikut mendudukkan dirinya di samping Renjun.

"Aku tidak sedih," elak Renjun pelan. Kepalanya kembali tertunduk yang membuat Jaemin mendengus geli.

"Hah.. Ternyata melihat wajah merengutmu jauh lebih menyenangkan daripada melihat wajahmu yang murung ini, seongsaenim" ujar Jaemin dengan uap yang turut keluar dari helaan nafasnya. Kedua tangan Jaemin lalu bergerak menangkup pipi Renjun yang sudah mulai memerah karena hawa dingin dan mengelus pelan permukaan kulit halus itu untuk memberikan rasa hangat.

Mata Renjun membelalak karena tak menyangka atas perbuatan Jaemin.

Pipinya dengan perlahan terasa memanas dengan rona merah yang semakin muncul disana.

Tapi kali ini, rona itu bukan lagi muncul karena rasa dingin, melainkan karena sentuhan dan senyuman tampan dari inspektur Na yang saat ini tertuju padanya.

Dan entah apa ini, tapi Renjun merasakan sebuah gelitikan aneh yang terjadi pada dirinya.



"Yang Mulia..."

A Flower's Letter; ╰Noren╮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang