Rapat antara menteri dan Raja dilaksanakan seperti biasa. Namun, pagi ini tampaknya sedikit berbeda karena adanya kehadiran Pangeran Jaehyun disana.
Pangeran itu duduk tegap dan tenang dengan aura wibawa yang diturunkan dari sang ayahanda, seolah tak memperdulikan tatapan sinis nan tajam milik para petinggi fraksi timur yang sedari tadi ditujukan padanya.
Raja Lee Dae Wook membaca perkamen-perkamen yang menjadi laporan dari para menteri dengan seksama. Meneliti apakah terdapat penyelewengan yang dilakukan para petinggi dalam tugas mereka. "Benar-benar tidak ada protesan rakyat atas pajak selama dua bulan ini?" Raja menatap pada menteri Baek yang tersenyum simpul ditempatnya.
"Benar, Yang Mulia. Pemungutan pajak hanya dilakukan selama dua kali untuk sepekan, sehingga rakyat tidak banyak mengeluh ketika membayarnya."
Jaehyun mengernyit, tatapannya saat ini menatap pada menteri Baek dengan pandangan menyipit, merasa jika ada kejanggalan dari ucapan lelaki tua itu.
Raja mengangguk mengerti, menutup perkamen yang telah selesai dibacanya dan mengambil perkamen baru untuk ia periksa. Melirik singkat pada putra sulungnya yang saat ini terlihat memikirkan sesuatu dan tersenyum kecil ketika merasa keputusan yang telah ia ambil merupakan hal yang benar.
"Abamama menginginkanku berada di pemerintahan?" Jaehyun menatap pada sosok berwibawa dihadapannya dengan pandangan penasaran sekaligus antusias.
Raja Lee Dae Wook mengangguk. "Aku menginginkanmu berada disana, untuk bisa memahami situasi politik istana menjelang pengangkatan Putra Mahkota."
Jaehyun mengangguk, otaknya yang cerdas tak perlu berpikir keras untuk memahami keinginan tersirat milik sang Raja yang menginginkannya untuk bisa membantu Putra Mahkota, saat adiknya itu menaiki tahta.
"Selain itu, aku juga ingin mengundur waktu pengangkatan untuk bisa menemukan pengkhianat yang kau sebutkan." Raja Lee Dae Wook menatap pada wajah putranya dengan pandangan serius. Meskipun ia belum memiliki bukti yang bisa menunjuk siapa sebenarnya pengkhiatan itu, namun ucapan dari Jaehyun tidak bisa di anggap angin lalu.
Putranya adalah pemuda yang cerdas dan tanggap, tidak mungkin Jaehyun dengan berani mengatakan hal tentang keberadaan pengkhianat di istana jika tidak memiliki alasan yang kuat hingga kesimpulan itu diambil.
Raja Lee Dae Wook menatap pada wajah rupawan Jaehyun dengan tatapan kasih seorang ayah. Terlalu sibuk memikirkan Putra Mahkota, ia sampai melupakan jika bukan Jeno saja yang tumbuh semakin dewasa.
Jaehyun pun, sudah tumbuh menjadi pemuda tampan yang cerdas dan berhati mulia.
"Aku sudah semakin tua," suara tegas milik Raja menarik perhatian Jaehyun untuk menatap pada wajah keriput sang ayahanda.
"Jaehyun.. Sebelum kematianku, aku ingin semua orang bisa mengetahui dan melihat dirimu, sama seperti bagaimana aku melihatmu selama ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Flower's Letter; ╰Noren╮
FanfictionDisaat taktik dan intrik penguasaan istana berjalan seiring dengan kisah cinta milik Sang Putra Mahkota. Jika Lee Jeno telah jatuh cinta, Renjun yang hanya seorang hamba tidak akan bisa apa-apa. _________________________________________ Start : 23...