Bagian 10

3.1K 479 69
                                    

Awan mendung menggantung di langit Joseon saat Jeno dengan langkah lebar mengunjungi kediaman ayahnya. Ujung jubah naga perak yang ia kenakan terlihat berkibar mengikuti langkah kakinya yang bergerak cepat. Kasim penjaga langsung membungkuk hormat ketika melihat kedatangannya dan membuka pintu setelah memberitahukan kehadiran putra mahkota pada sang Raja di dalam sana. 

Melihat kemunculan putra bungsunya, Raja pun menutup sebuah perkamen yang sedang ia baca. "Apa yang membawamu kemari dengan wajah seperti itu, Wangseja?"

"Abamama.." Jeno melihat pada ayahnya dengan ekspresi protes. "Bagaimana bisa anda mengadakan pemilihan putri mahkota secara tiba-tiba seperti ini?"

Raja Lee Dae Wook terkekeh. Menatap pada Jeno dan bantalan duduk dihadapannya dengan senyum geli. "Kau terlalu penasaran hingga melupakan tata krama."

Sang Putra Mahkota tersentak pelan. Sepertinya baru menyadari perbuatannya yang telah mengajak bicara sang ayahanda dengan posisi masih berdiri. Jeno pun langsung mengambil tempat duduk dihadapan ayahnya dengan posisi sopan. Tak lupa menyempatkan membungkuk hormat memberi salam kepada pemimpin Joseon itu.

"Abamama, aku benar-benar belum siap."

Raja menghela nafas dengan lelah. Jelas ia tahu merujuk kemana kalimat yang dikatakan bungsunya itu.

"Jeno," panggilan nama lahir putra mahkota menandakan bahwa ia meminta agar anaknya mau mengerti dengan peraturan yang sudah ia tetapkan. "Umurmu sudah cukup dewasa untuk memiliki pendamping. Akan semakin sulit jika harus menunggumu bersiap untuk bisa memimpin negeri ini."

"Tapi –"

"Lusa para gadis dari penjuru Joseon akan datang untuk mengikuti pemilihan. Dan aku harap kau akan berada disana menyaksikan pembukaan acaranya." Ujar mutlak sang Raja kepada putranya.

"Dengan diadakannya pemilihan putri mahkota, setidaknya kita bisa mengundur waktu agar pengangkatan tidak terlaksana. Dan selama masa pemilihan, aku akan berusaha keras memeriksa sesuatu yang sekiranya mencurigai dari para petinggi, Abamama.."

Raja Lee Dae Wook mengangguk setuju dengan usul yang Jaehyun berikan.

Benar. Para petinggi pasti akan lebih terfokus menyiapkan putri-putri mereka untuk mengikuti pemilihan sehingga keadaan pemerintahan akan sedikit lengang dari unsur politik. Dengan begitu putra sulungnya bisa lebih leluasa memantau apakah ada penyelewengan yang dilakukan oknum-oknum penghianat yang mereka curigai.

 Dengan begitu putra sulungnya bisa lebih leluasa memantau apakah ada penyelewengan yang dilakukan oknum-oknum penghianat yang mereka curigai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sementara itu, jauh dari keadaan istana yang penuh hiruk pikuk dengan kabar pemilihan putri mahkota. Di salah satu rumah sederhana yang berada di dekat lembah, terlihat seorang wanita yang sedang memandang langit Joseon yang saat ini berwarna kelabu.

"Dua merpati. Phoenix yang memutari bintang. Dan bayangan bulan yang berkabut."

Si wanita berbisik pelan dengan tatapan mata yang perlahan-lahan mulai memerah dan berair. Kemampuan yang diturunkan sang ibunda membuatnya bisa melihat gambaran atas keadaan yang akan terjadi di negerinya.

A Flower's Letter; ╰Noren╮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang