Bagian 3

5K 822 67
                                    

"Ada kabar bahagia?" Jeno bertanya pada Jaemin.

Saat ini keduanya sedang menghabiskan waktu sambil meminum arak di salah satu balai istana.

Sejak kedatangannya, Jaemin tidak berhenti melebarkan senyum, membuat sang putra mahkota jadi terheran karena tingkah sahabatnya.

"Kau mendapatkan guru baru." Jaemin meminum arak nya dan tersenyum ketika mengingat wajah kebingungan guru mungil yang beberapa saat lalu ia temui di pelataran istana.

Jeno juga turut meminum araknya, "Hm.. usianya jauh lebih muda dari yang sebelumnya."

"Kejahilan apa lagi kali ini? Dia terlihat seperti orang linglung sambil mengitari istana." Jaemin menatap pada Jeno yang saat ini terkekeh mengingat titah yang telah ia berikan.

"Hanya tugas kecil. Lagipula bukankah bagus jika dia bisa mengetahui seluk beluk istana ini." ujar Jeno sambil meneguk kembali araknya.

Keduanya lalu kembali bercengkrama hingga kedatangan Kasim Dok dan seorang pemuda asing menghentikan mereka.

"Maaf atas kelancangan saya Yang Mulia, tetapi saya datang bersama pendekar Park yang anda cari," Kasim Dok dan pemuda dibelakangnya membungkuk dengan hormat.

Jeno kemudian membawa matanya untuk meneliti tubuh tinggi si pemuda asing yang sepertinya berusia lebih muda. "Kau adalah Park Jisung?"

Pemuda itu menunduk hormat.

"Benar Yang Mulia."

Jawaban itu menghasilkan senyuman lebar di wajah rupawan putra mahkota, karena telah berhasil menemukan seseorang yang sedari lama ia cari.

Park Jisung, pendekar yang terkenal dengan kemampuan berpedang dan memanah yang tidak ada tandingannya. Pendekar tak bertuan yang akan ia jadikan pelindung pribadinya.

Joseon pagi ini sedang cerah, saat Renjun akhirnya membawa Putra Mahkota menuju tempat belajarnya yang baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Joseon pagi ini sedang cerah, saat Renjun akhirnya membawa Putra Mahkota menuju tempat belajarnya yang baru.

Meskipun hatinya bertalu, tapi Renjun tetap menguatkan niat untuk membuka lebar pintu masuk sebuah ruangan.

Para dayang dan kasim yang mengetahui ruangan apa yang dituju guru sastra itu pun langsung terkesiap.

"Dasar lancang!" Kasim Dok menatap murka padanya, wajah kasim sepuh itu bahkan telah memerah sempurna.

Renjun mengambil nafas dan menatap sang putra mahkota dengan seluruh keberanian yang ia miliki.

"Yang Mulia telah memberi titah kepada saya untuk mencari ruangan yang belum pernah anda masuki di Istana ini."

"Maaf atas kelancangan saya.. tapi hanya ruangan ini yang kiranya belum pernah anda kunjungi," Renjun menunduk ketika putra mahkota mengedarkan pandangannya pada ruangan pengap dan berdebu yang diisi oleh lebih dari puluhan orang didalamnya.

A Flower's Letter; ╰Noren╮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang