Bagian 6

4.2K 610 38
                                    

"Kasim Dok."

Jeno menghela nafas dengan kasar. Kakinya bergerak gusar mengelilingi kamarnya dengan kening yang berkerut seakan sedang memikirkan sesuatu. "Panggilkan tabib terbaik di istana ini untuk segera menemuiku." Titahnya pada Kasim Dok yang saat ini memandangnya khawatir.

"Anda sedang sakit Yang Mulia?!" Kasim Dok bertanya cemas nyaris memekik.

Pria tua itu bahkan juga turut bergerak gusar di tempatnya membuat decakan sebal meluncur keluar dari bibir Jeno.

"Ah lupakan! Bisa ribut seluruh istana jika tahu ada tabib yang mendatangiku."

Jeno mendumel dan mengambil tempat untuk duduk di matnya dengan tangan yang bergerak membuka lembaran-lembaran buku dengan kasar. Ia menatap Kasim Dok yang masih setia berdiri didekatnya dengan pandangan mata yang menyipit.

"Kasim Dok," panggilnya sekali lagi.

"Kau tahu penyakit yang membuat tubuhmu merinding dengan perut yang seperti dihinggapi kupu-kupu?"

Pertanyaan itu menghasilkan kerutan pada wajah kasim Dok. "Maaf yang mulia, hamba tidak tahu penyakit yang anda katakan. Jika anda merasakan hal itu lebih baik menemui tabib untuk mengobatinya."

Jeno menatap Kasim kepercayaannya dengan kesal, "Sudah kubilang aku tidak ingin menemui tabib!"

Pewaris kerajaan Joseon itu kembali membuka-buka halaman bukunya sebelum menutup buku itu dengan kasar. Dengan menyebalkan ia mendengus masam pada Kasim Dok yang memandangnya dengan tatapan bingung, sebelum beranjak dari kamarnya dengan kaki yang menghentak-hentak.

 Dengan menyebalkan ia mendengus masam pada Kasim Dok yang memandangnya dengan tatapan bingung, sebelum beranjak dari kamarnya dengan kaki yang menghentak-hentak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaehyun memandang sosok dihadapannya dengan tatapan penuh keyakinan. Mata tajam yang diturunkan sang ayahanda menyipit ketika melihat Raja Lee Dae Wook menghela nafasnya pelan, seperti berusaha mencoba mengurangi beban permasalahan yang sedang ia hadapi.

"Sampai sekarang, pasukan yang telah berjaga di perbatasan Gangwon tidak menemukan bukti untuk membenarkan ucapan mu, Gun Wangja." Raja Lee Dae Wook menatap putra tertuanya dengan pandangan memelas, "Istirahatlah. Mungkin perjalanan yang jauh membuatmu lelah."

Jaehyun mengenyit tak terima. Meskipun bukti yang dikumpulkannya belum cukup kuat, tapi apakah ayahnya harus meragukan ucapannya? Atau paling tidak, Raja Joseon itu harusnya sedikit mempertimbangkan pendapatnya tentang keberadaan pengkhiatan di istana.

"Tidakkah Abamama ingin menyelidiki dulu para menteri dan seluruh petinggi yang ingin menjatuhkan kekuasaan anda? Bagaimanapun juga, tidak seluruh orang di dalam fraksi kerajaan memiliki tujuan yang sama dengan keinginan anda."

Raja Lee Dae Wook mengangguk, "Aku mengerti kau sangat mengkhawatirkan nasib Joseon. Tapi, masalah di istana dalam bukanlah tanggung jawabmu, Jaehyun."

Jaehyun berkedip pelan. Panggilan nama lahir sang pangeran menjadi pertanda bahwa Raja tidak ingin membahas hal ini lebih jauh lagi. Pemimpin Joseon itu menatap pada Jaehyun yang hanya bisa menunduk sedih.

A Flower's Letter; ╰Noren╮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang