Mohon perhatian, informasi dalam cerita ini fiksi ya. Karangan Wella aja. Aku nggak begitu paham secara pasti apa benar atau tidak. Cuma pernah lihat di film atau baca-baca aja yang berkaitan dengan kejadian medis di cerita. Jadi, bagi pembaca kesayanganku dari kalangan medik, jikalau ada kesilapan, mohon aku dimaafkan dan diingatkan dengan cara yang baik ya. Supaya aku juga bisa belajar.
Peluk penuh cinta.Silakan membaca *psst, siapin apa aja yang bisa dijadiin lap muka* takutnya basah kena air mata :")
[short story]
"Lempar pada Paman Hoseok bolanya, Yaya!" teriak Jimin dari pinggir lapangan buatan yang dibentuk oleh tukang kebun, dengan bantuan Hoseok. Jimin meminta halaman belakang untuk dijadikan lapangan yang memungkinkan melakukan kegiatan olahraga di sana, seperti bermain sepakbola atau sejenisnya.
Seperti hari ini, permintaan Jimin itu terlaksana. Meski ia tidak ikut bermain, setidaknya ia bisa melihat betapa serunya permainan bola yang sedang dilakukan oleh sebagian besar penghuni rumah Han. Perempuan dan laki-laki bergabung, kecuali dua pelayan dapur yang masih berkutat di area mereka untuk menyiapkan makanan.
"Yaya, berikan bolanya padaku!" seru Taehyung, siap menangkap bola yang dilempar Yaya agar tidak dapat diambil oleh Hoseok dan Taehyung berhasil memerangkap bola di kakinya. Ia dan Hoseok berhadapan, saling bertatapan seolah-olah memainkan trik psikis untuk saling mengecoh. Namun gerakan pemuda seperti Taehyung tentu kalah dengan Hoseok yang sudah lebih tua.
"GOAL!" pekik Jimin sambil menyerukan kemenangan. Seolah ia memang berpihak pada Taehyung sedari tadi. Hoseok menghentakkan kaki, tidak terima karena kalah. Namun senyumnya terulas saat melihat Jimin antusias sekali di pinggir lapangan sambil menonton mereka.
"Kalian tidak main lagi?" tanya Jimin pada semua orang yang menepi dan menghampiri meja yang sudah tersedia botol-botol berisi air.
"Sudah hampir dua jam kami bermain, Jimin. Lihat ..." Taehyung menunjuk bagian punggungnya. Baju seragam perawat yang ia kenakan sudah basah karena keringat. "Aku harus berganti pakaian lagi setelah ini. Kau tidak mau kan aku mendampingimu dalam keadaan bau?" ujar Taehyung, lalu menenggak airnya. Jimin mendengus sebal. Jujur saja, ia masih ingin menikmati permainan. Tentu saja ia tidak merasa lelah karena sedari tadi yang bergerak hanya mulutnya. Berteriak sana-sini, mendukung tim Taehyung dan memberikan instruksi yang juga tidak begitu dihiraukan sebenarnya. Namun hari ini, semua anggota yang tinggal di rumah Han merasa senang. Lebih senang dari hari-hari biasanya karena melihat tuan muda mereka mulai membuka diri. Mulai menghangat. Dan yang terpenting, mereka bisa melihat senyum sang tuan muda yang sudah sekian lama tak mereka lihat.
"Senang ya, Tuan?" tanya Hoseok yang berjongkok di depan Jimin. Jimin mengangguk mantap. "Sudah lama kan tidak punya waktu begini. Padahal di rumah ini ada orang yang cukup untuk melakukan permainan seperti ini. Memang sesekali, kita harus mengadakan kegiatan seperti ini. Ah, bukan sesekali. Tapi harus rutin. Bahkan setiap hari." tutur Jimin, penuh semangat. Hoseok tertawa dibuatnya.
"Bisa dibuat menjadi kegiatan rutin, tapi tidak setiap hari juga, Tuan muda. Kau mau persendianku terganggu sebelum aku benar-benar tua? Aku sudah tidak segagah Taehyung loh."
Taehyung terkekeh. "Paman, olahraga malah sangat baik untuk persendian. Kalau setiap hari bermain seperti ini, kau bahkan bisa lebih gagah dan kuat daripada remaja-remaja masa kini yang hanya bisa bermain game di laptop atau ponsel mereka." sahut Taehyung, menciptakan kernyitan lucu di hidung Hoseok. Jimin sungguh terhibur dengan suasana sederhana dan hangat itu.
Kepala Jimin terasa berat, tapi ia berusaha untuk tidak terlihat kesakitan sampai Taehyung memindahakan kursi rodanya di teras. Jimin mengarahkan tangan ke kepala. Ia ingin menjambak rambutnya sendiri tapi apa daya ia hanya bisa sekadar meletakkan tangannya saja di dahi. Tangannya tidak cukup kuat untuk menjambak rambutnya. Ia tertunduk dengan ringisan dan membuat Taehyung cemas.

KAMU SEDANG MEMBACA
ORANGE
Truyện NgắnBagiku, dia adalah definisi kesempurnaan. (Kumpulan cerita pendek)