Vmin Area Alert!!
(short story)
"Ayo, Kak! Kau pasti bisa kalahkan mereka!" teriakan Jimin menggema di gelanggang olahraga yang sepi. Hanya ada anggota klub voli plus pelatih dan beberapa siswa yang sengaja datang untuk menyaksikan latihan klub inti.
Tidak hanya sekali-dua kali, teman-teman Taehyung terkikik geli melihat Jimin yang heboh sendiri di kursi penonton, seolah sedang menyaksikan pertandingan sungguhan.
"Cukup latihannya! Boleh istirahat dua puluh menit." Perintah pelatih tim menciptakan embusan napas lega dari pemain, termasuk Taehyung. Pemuda itu berjalan ke pinggir lapangan, baru saja akan duduk ketika seseorang mendekatinya sambil menyodorkan sebotol air mineral. "Terima kasih." Tutur Taehyung singkat dan langsung menenggak air untuk melegakan tenggorokannya.
"Kau hebat sekali sih, Kak? Kapan-kapan, ajari aku teknik bermain seperti tadi ya?" celoteh Jimin sambil mengelap bahu dan lengan kakaknya dengan handuk kecil yang ia bawa.
Taehyung berdecih, lalu mengambil handuk dari tangan Jimin dan menyeka sendiri peluh di dahinya. "Kau kan sudah selalu kuajari, tapi tidak boleh terlalu sering. Nanti kau lelah." Ujar Taehyung yang akhirnya menciptakan tautan bibir Jimin seperti gurita. Taehyung tertawa sambil mencubit gemas bibir Jimin.
"Jangan seperti itu. Jeleknya nanti jadi tahan lama." Ujar Taehyung, tidak peduli dengusan kesal sang adik yang merasa tidak terima karena diledek.
"Mau pulang saja? Kutelepon Ayah ya? Kau sudah kelihatan pucat begitu."
Jimin menggeleng cepat, menolak tawaran Taehyung. "Aku kan sudah bilang kalau hari ini adalah kencan keduaku. Berarti aku harus bersama Kak Taehyung sepanjang hari."
"Tapi latihan ini masih satu jam lagi baru akan selesai, Jimin. Kau mau menungguku selama itu?"
Jimin mengangguk cepat sambil memamerkan mata bulat dan senyum lebar. "Itu tidak lama, Kak. Aku bisa menunggu di sini. Tidak lelah kok duduk di sini saja sambil melihatmu yang sangat keren." Jimin mengacungkan dua jempol, merasa bangga pada kakaknya. Taehyung hanya berdecih sambil mengacak rambut sang adik. Si bungsu ini memang tidak bisa diajak kompromi.
Sesuai perkiraan, Taehyung menyelesaikan latihan satu jam kemudian. Ia menarik tangan Jimin untuk keluar dari stadion. "Langsung pulang ya? Cuaca dingin." Ujar Taehyung sambil menyodorkan jaket pada Jimin yang mengernyit bingung.
"Tidak mau pulang, Kak. Kan ini kencan kedua. Harusnya kita jalan-jalan dulu, atau setidaknya kita membeli makanan dulu. Aku lapar, Kak." Jimin menggembungkan pipi sambil memegang perut. Langkahnya terhenti sejenak, memamerkan tatapan manja pada sang kakak. Taehyung memutar bola matanya malas. Jimin paling tahu kelemahan Taehyung. Merengek sedikit sambil memasang tampang memelas adalah jurus ampuh yang selalu Jimin gunakan untuk meluluhkan hati sang kakak.
"Ya sudah. Makan apa?"
Jimin mulai menyebutkan berbagai macam makanan, mulai dari takoyaki, tteokbokki, hingga jari tangannya tak muat lagi untuk menghitung. Taehyung hanya menggumam, meladeni keinginan sang adik yang begitu banyak.
Pada akhirnya, Jimin hanya bisa mendengus kesal sambil memegang satu potong waffle yang cukup besar dengan toping selai greentea dan potongan stroberi. Taehyung melirik adiknya sambil menggigit waffle original yang ia pesan juga.
"Sudah sesuai dengan keinginanmu kan? Tadi kau sendiri loh yang memilih toping."
"Iya. Sesuai." Jawab Jimin dengan nada datar, dengan mulut menggembung.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORANGE
Historia CortaBagiku, dia adalah definisi kesempurnaan. (Kumpulan cerita pendek)