[short story]
Untuk kedua kalinya, Taehyung melangkahkan kakinya di rumah besar bak istana yang ia datangi kemarin. Suasananya tetap sama. Lengang. Hanya satu atau dua orang saja yang terlihat lalu-lalang di halaman. Taehyung diantar oleh Yaya untuk bertemu dengan nyonya Han, kemudian nyonya Han mengantarkan Taehyung untuk menemui pasiennya.
Pintu kamar dibuka dan memperlihatkan seseorang yang duduk di kursi roda, sedang sibuk memainkan tanah hitam dari pot-pot kecil yang baru saja ia hancurkan. Padahal pot-pot tanaman itu baru saja diletakkan di meja panjang di pinggir jendela, untuk menjadi penyejuk ruangan.
Nyonya Han hanya bisa menghela napas sambil merogoh ponsel dari saku blazernya. "Yaya, tolong panggilkan pelayan untuk membersihkan kamar Jimin. Dia berulah lagi." panggilan itu ditutup cepat, tapi Taehyung bisa yakin bahwa pesan itu sampai dengan tepat.
Wajah nyonya Han berubah menjadi sangat ramah setiap kali berbicara dengan Taehyung. "Ini adalah kamar Jimin. Mari kuperkenalkan putraku. Han Jimin. Dia sepertinya lebih tua sedikit darimu. Jimin mengalami kelumpuhan setelah kecelakaan tiga tahun lalu. Syaraf tulang belakangnya cedera parah dan membuatnya tidak bisa berjalan lagi. Kemampuan tangannya juga berkurang. Dia hanya bisa menggerakkan lengannya, tapi tidak bisa menggenggam dengan sempurna." jelas nyonya Han, sambil memandangi Jimin yang masih mengacak-acak tanah dengan jemarinya yang terlihat lemah.
Taehyung mengangguk mengerti. Penjelasan itu cukup membuatnya mengerti keadaan pasien barunya. Ia hanya perlu meminta catatan medis atau catatan lainnya yang mungkin bisa membantu saat merawat tuan muda keluarga Han ini.
"Hoseok sudah menyiapkan kamar untukmu. Untuk tempat kau meletakkan barang atau sekadar beristirahat saat Jimin tertidur." timpal nyonya Han.
Tak lama, Yaya dan dua pelayan datang untuk membersihkan kekacauan yang dibuat Jimin. Yaya menarik kursi roda Jimin, menjauhkan sang tuan muda dari tanah dan pot. Sementara dua pelayan lainnya melaksanakan tugas tanpa suara. Jimin menoleh, menatap garang pada Yaya yang dengan santai menghela napas sambil membalas tatapan sang tuan muda.
"Ada tamu. Bersikap baiklah, Tuan Muda." bisik Yaya, sambil tersenyum. Jimin menoleh ke arah sang ibu yang sedang berdiri dengan pemuda asing. Jimin memasang wajah galak. Matanya tidak ramah sama sekali. Taehyung menjadi gugup dan hanya bisa berdeham kikuk.
"Beri salam pada perawat baru, Jim." tukas Nyonya Han yang hanya ditanggapi dengan diam, bahkan Jimin membuang muka.
"Han Jimin ..." suara berat Nyonya Han membuat Taehyung terkejut. Wajah Nyonya Han yang tadinya ramah pun berubah menjadi garang saat Taehyung melirik. " ... kau masih bisa mendengar dan bicara. Tolong, tidak perlu bersikap seperti orang tuli atau bisu." lanjut Nyonya Han, dengan nada yang sarkas.
Jimin berdecak sambil memutar bola matanya malas. "Sudah tahu namaku, perlu apa lagi? Aku hanya perlu memanggilnya dengan sebutan 'perawat', iya kan?" Akhirnya, Jimin buka suara.
Yaya menepuk pelan bahu Jimin, memperingatkan untuk tidak melontarkan kata-kata yang tidak baik. Khawatir akan menyinggung pekerja baru di kediaman mereka itu. Jantung Taehyung berdegup kencang. Baru kali ini ia bekerja di tempat yang sepertinya memiliki tantangan yang sangat berat. Harus menghadapi seseorang yang keras kepala dan sepertinya sulit diatur.
"Lakukan saja pekerjaanmu dengan baik. Aku masih bisa mengerjakan banyak hal sendirian, jadi kau tidak perlu terlalu repot. Kau malah bisa menikmati gaji besarmu tanpa terlalu banyak bekerja. Aku tidak suka terlalu banyak disentuh orang lain, jadi kau santai saja." Perkataan Jimin memancing kekesalan Nyonya Han yang hanya bisa melemparkan tatapan garang. Namun, Nyonya Han menahan lidahnya untuk melontarkan amarah dan tersenyum ramah kembali pada Taehyung.

KAMU SEDANG MEMBACA
ORANGE
Historia CortaBagiku, dia adalah definisi kesempurnaan. (Kumpulan cerita pendek)