[short story]
Taehyung menghela napas panjang sebelum melanjutkan langkahnya untuk benar-benar sampai di depan gerbang sebuah rumah mewah. Masih 100 meter lagi, tapi rumah megah dengan gaya klasik Eropa sudah terlihat. Gerbangnya yang tinggi tidak menutupi gedung menara dan bangunan rumah itu.
Taehyung mengambil ponsel dari sakunya. Ponsel flip yang baru saja ia beli setelah menjual smartphone miliknya. Smartphone itu ia jual untuk membayar tagihan listrik rumah kontrakannya yang menunggak dua bulan.
Pemuda itu menekan tombol tiga agak lama dan ia berhasil tersambung pada seseorang.
[Oi! Sudah sampai di rumah orang itu?]
"Eum. Kalau bukan karena ibuku yang tidak bekerja lagi, dan ibumu yang sedang sakit, aku benar-benar tidak mau menerima pekerjaan ini, Jeremy."
[Ayolah. Kita sudah sepakat kan? Kau membantuku sekali ini saja. Aku juga membantumu dengan mengikuti lomba musik ini. Kau tahu kan, aku memang tidak suka menjadi perawat. Mungkin ini memang kesempatanmu untuk mengasah pengalaman keperawatanmu. Hanya saja, kesempatan itu datang dariku. Ah iya, bukankah seharusnya kau berterima kasih padaku?]
"Tidak usah banyak bicara, Jeremy. Bawa pulang piala itu dan pastikan kita pindah ke rumah kontrak yang lebih baik. Mengerti?"
Taehyung menutup telepon tanpa basa-basi. Ia benar-benar muak dengan Jeremy. Namun ia tak punya pilihan. Sudah hidup bersama Jeremy sejak kecil karena ayah keduanya merupakan sahabat baik. Kehidupan mereka sangat senang dan berkecukupan sebelum ayah mereka meninggal dengan meninggalkan banyak sekali beban. Salah satunya adalah utang ayah Taehyung yang dibantu pelunasannya oleh keluarga Jeremy. Taehyung dan Jeremy tidak terpisahkan sejak sekolah dasar hingga saat ini, saat mereka memutuskan untuk mengambil kuliah keperawatan bersama. Lebih tepatnya lagi, Jeremy mengikuti pilihan Taehyung dan malah menyesal setelah resmi menjadi salah satu perawat magang di sebuah rumah sakit. Sementara itu, Taehyung adalah perawat yang sedang mencari pekerjaan.
Jika Jeremy mudah sekali mendapatkan akses untuk lowongan pekerjaan, maka berbeda dengan Taehyung yang selalu kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan baru. Rumah sakit selalu saja mencari kambing hitam untuk kesalahan-kesalahan harian dan Taehyung yang selalu jadi tumbalnya. Empat bulan, adalah waktu terlama Taehyung bekerja.
Minggu lalu, Jeremy menawarkan Taehyung untuk menerima tawaran menjadi perawat pribadi dari seorang pelukis kaya raya. Jeremy tidak ingin mengambil pekerjaan itu karena ia lebih memilih untuk mengikuti lomba band bersama teman-teman kuliahnya. Ia malah menyodorkan pekerjaan itu pada Taehyung.
Taehyung tentu saja tidak ingin menerima pekerjaan itu jika bukan karena kondisi keluarganya dan Jeremy yang benar-benar kesusahan. Jika bukan karena utang budi yang sudah dibuat keluarga Taehyung pada keluarga Jeremy, mungkin sudah lama Taehyung meninggalkan Jeremy. Tidak. Mungkin bahkan membunuhnya, saking kesalnya.
Sekali lagim Taehyung memantapkan hati sebelum menekan bel di depan gerbang besar tinggi itu. Saat ia siap, tangannya menekan bel.
Tidak ada yang menjawab, membuka pintu atau apapun. Bahkan Taehyung harus mengecek ulang alamat yang dikirimkan Jeremy lewat pesan singkat. "Alamatnya benar kok." gerutu Taehyung. Hampir sepuluh menit menunggu setelah Taehyung sudah lima kali menekan bel.
Taehyung hampir saja berbalik dan pergi hingga suara derit gerbang terdengar.
Terlihat seorang wanita muda dan seorang pria paruh baya bersamaan membuka dua gerbang besar itu. |"Oh! Siapa di sini? Ada yang bisa kami bantu?" seru wanita muda berpakaian seragam pelayan putih dan biru langit itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORANGE
Short StoryBagiku, dia adalah definisi kesempurnaan. (Kumpulan cerita pendek)