17

4.5K 734 229
                                    

...

"APA SIH JAE?! AKU TUH ANGGAP KAU KAYAK ADIK?! ADA AKU NERIMA SKINSHIP BERLEBIHAN KAU? TIDAK!" Seru Tia marah

"Jadi selama ini.." Lirih Jaehyun

"Iya! Kau yang terlalu baper! Kau tak mikir macam mana perasaan Achana? Aku udah sering cakap! Bawa lah itu Achan nya, aku mau main sama dia! Aku sekalian mau minta maaf karena gak sengaja tidur bareng kau di hotel!" Seru Tia kesal

Ya benar, memang Tia selalu menyuruh Jaehyun membawa Achana, namun Jaehyun seakan tuli tidak mau mendengarkan ucapan dari mantan istrinya itu, dia ingin berdua dan berakhir rujuk, malah jadi seperti ini.

"Apa ini?" Johnny datang dengan wajah datar sambil menenteng map berwarna coklat

"Aku udah jelasin by kemarin di telp, salahku juga kemarin manja sama Jaehyun, kamu terlalu lama pergi diluar..." Lirih Tia

"Jae, ada surat dari Mark." Johnny mengangguk mendengar ucapan Tia dan memberikan map coklat yang ia bawa ke Jaehyun.

Surat perceraian.. Nama Jaehyun dan Achana ada disana.. Dan Achana sudah menandatangani terlebih dahulu..

Tunggu... Apa?!

Jaehyun segera berdiri dan hendak keluar dari kediaman Sinaga itu, namun Johnny menahan nya dan segera menonjok Jaehyun bertubi-tubi.

"SIAPA YANG KAU PAKSA UNTUK MENIKAH?! DAN SEKARANG SIAPA YANG MAU KAU TINGGALKAN?!" Seru Johnny marah

"Uhuk.. Maafkan aku.." Jaehyun memegang perutnya, badannya mati rasa karena Johnny menonjoknya begitu keras

"Tanda tangani itu, dan jangan pernah mendekat ke Tia lagi Jae. Kau terlena dengan masa lalu, hingga kau lupa Tia saja berperilaku seperti itu kepada Jaemin adiknya." Ujar Johnny dingin

Jaehyun terdiam. Benar, dirinya yang terlalu baper, padahal Tia tidak pernah meminta lebih, hanya meminta di temani dan menyuruh Achana datang, namun Jaehyun seperti perusak rumah tangga orang saja sekarang.

Ya, dan dia melupakan Achana untuk 2 bulan lebih.

Flashback

"Udah nyampe? Masuk gih, duduk dulu." Tia berjalan duluan untuk masuk ke rumahnya

Jaehyun hendak memeluk Tia, namun Tia segera menghindar dan memukul Jaehyun keras.

"Diem Jae! Aku punya Johnny kamu punya Achana!" Seru Tia marah

"Achana mana? Aku mau shopping sama dia." Ujar Tia setelah memukul Jaehyun

Jaehyun diam sebentar lalu berdehem, dan duduk di kursi ruang tamu. Menonton acara tv yang sedang tayang itu, berpura-pura tidak mendengar ucapan Tia sama sekali.

"Mau nonton netflix yang mana?" Tanya Jaehyun

"Ck, kamu tinggalin lagi?! Jae! Arghh... SHOTARO! TEMENIN MAMA!"

Flashback off

Jaehyun menunduk, lalu segera memasukkan kembali surat perceraian tersebut dan mengambil kunci mobilnya.

"Mau kemana?" Tanya Johnny

"Mau jemput Achana di rumah Jaka." Ujar Jaehyun

"Dia gak di Bandung." Johnny menyilangkan tangannya di depan dada dan melihat Jaehyun dengan tatapan remehnya

"Maksdunya?" Jaehyun terlihat terkejut dengan pernyataan Johnny

"Dia.gak.di.Bandung." Ujar Johnny dengan penekanan di setiap kata

"Jae, udah berapa kali aku bilang, inget Achana. Tapi kau malah tak dengar. Jae, kau terlalu sering datang kesini sehingga membuat orang-orang mengira kita selingkuh." Ujar Tia masih berusaha tidak terbawa emosi

"Pergi jauh-jauh dari rumah ini selama kau belum bisa bawa Achana. Itupun kalau kau bisa. Dan Tia, kita pindah Amerika." Johnny berjalan menuju kamarnya dengan langkah lebar.

Jaehyun berjalan gontai menuju ke luar rumah, lalu terdiam sesaat ketika melihat mobilnya. Biasanya Achana akan menunggu Jaehyun di mobil sambil makan keripik ketika Jaehyun ada urusan sebentar, seperti hanya mengambil berkas atau hanya ke toilet.

Jaehyun mengeluarkan ponselnya dan melihat chat terakhirnya dengan Achana. Achana menanyakan kenapa Jaehyun tak pulang...

Jaehyun mencoba menelpon Achana namun tidak ada jawaban sama sekali, sepertinya nomor Jaehyun di blockir.

Begitupun ketika Jaehyun mencoba menelpon Jaka, Donna, Dolan, Jeno, Mark, Nana, dan Rena. Benar-benar hilang kontak.

Jaehyun panik bukan main dan mencoba menelpon Kris, sang temannya dari FBI.

"Kris, bantu aku.." Lirih Jaehyun

"Baru menelpon eh?"

"Kris, carikan Achana.. Dia menghilang.." Ujar Jaehyun sambil menahan tangisnya

"Dia tidak menghilang, tapi dia memang harus pergi daripada bersama pria lupa diri seperti mu."

"Cari Achana sendiri, aku tidak mau bantu. Ini semua kesalahan mu."

.
.
.

"Mana coklat Achan?" Achana memasang wajah merajuk namun malah terlihat imut.

Elang terkekeh lalu mengusak pelan rambut Achana. Ya, mereka sudah lumayan dekat untuk 2 minggu ini, dimana saat ini adalah 3 bulan pas Jaehyun melupakan Achana.

Elang kaget, ternyata Achana memaafkannya dengan mudah, senyuman manis itu terlihat tulus dan tidak ada dendam. Elang jadi berfikir, Jaehyun buta atau gimana?

"Ini coklat nya, Achan mau apa lagi?" Tanya Elang yang kini duduk di samping Achana membiarkan Achana bersandar di dada nya.

"Elus perut Achan... Liat, dedeknya nendang!" Seru Achana antusias

Elang terkekeh gemas lalu mengelus perut Achana yang sudah menginjak 8 bulan itu, bayinya sedikit menendang dan membuat Achana maupun Elang tersenyum hangat.

"HUEEEKKK!!! HUEEEKKK!!! OHOOOKK OHOOKKK GHROOKKK!!" Jeno datang sambil berpura-pura muntah.

Gila, dia mau ambil handphonenya di ruang tamu malah menemukan dua orang yang lagi pacaran. Mau muntah aja rasanya.

"Ish! Sana-sana! Achan muak liat muka Jeno." Seru Achan sambil membuang muka dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Elang

"Kok.. KOK NONO LAGI? DAHLAH KEMUSUHAN KITA MAH! BAY!" Jeno masuk kembali ke ruang tamu

Ketika sampai di ruang tamu, Jeno tersenyum dan menghapus sedikit air mata yang berada di ujung matanya.

Jeno lalu sedikit mengintip dari ruang tamu dan melihat Elang dan Achana yang bercanda dengan hangat, terlihat jelas bahwa Elang tidak mau Achana terluka.

Itu terlihat dari Achana yang tertawa heboh dan kepalanya hampir membentur tembok di belakangnya, namun Elang dengan sigap menahan kepala Achana agar tidak membentur tembok, membiarkan tangannya sedikit sakit setelahnya karena malah tangannya yang kena tembok.

"Aa, liat apaan ih?" Nana melihat Jeno yang sedang mengintip layaknya anak kecil melihat teman baru

Nana yang penasaran ikut melihat lalu tersenyum manis. Achana memang harus bahagia dan harus bisa lebih baik daripada tua bangka itu!

"Jeno janji bakal buat Achan bahagia.." Lirih Jeno

Nana tersenyum dan ikut mengangguk, tidak ada rasa cemburu di hatinya, karena bagaimanapun Nana yakin Achana tidak akan menyakitinya, begitupun dengan Jeno.

"Ayok nikahin Achan sama om Elang.."

.tbc.

Nahlohhh

Mama Achan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang