25

2.6K 483 52
                                    

Tetap bertahan dan percayalah pada tuhan meskipun kamu sedang terluka, karena tuhan sedang menyiapkan rencana indah buat kamu nanti.

🌚🌚🌚

Eak.

...

Jeno lagi asik rebahan di karpet rumah Achana, dia gak mau ambil pusing tentang papanya sama mama mudanya itu yang lagi ngobrol serius. Pokoknya dia lagi menikmati kehangatan rumah.

Vibes nya beda gitu.. Karena mungkin kasih sayang di rumah ini melimpah, beda sama di rumah papanya yang dingin dan kaku.

"Jeno goblok! Awas kena anak gw!" Seru Mark saat melihat Jeno berguling-guling kesana kemari di karpet.

Dan nyaris mengenai Raka, Joan, dan juga Alana. Memang Jeno itu MKKB. Masa kecil kurang bermakna.

"Itu apa?" Tanya Jefian sambil menunjuk apple Watch milik Rena.

Mark segera memangku Jefian, kemudian membiarkan Jefian menyelesaikan rasa penasarannya. Bisa dihitung juga sebagai acara melepas rindu antara Mark dan Rena dengan Jefian.

"Chan, ayok beli ps 5 yok." Ajak Jeno yang kini tengah berbaring bersebelahan dengan Sungchan.

"Gak boleh sama mamah, katanya nanti males belajar." Ujar Sungchan sambil membalas beberapa pesan dari teman sekelasnya.

"Eh buset nurut." Kaget Jeno

"Ya dia mah nurut, emangnya Nono!" Seru Nana kesal karena Jeno selalu tidak menurut padanya.

"Maaf atuh sayang." Jeno memberikan senyum tanpa dosa ke arah Nana dan dibalas delikan tak suka.

"Ada Cola kagak sih? Kayaknya enak nih ngumpul sambil minum cola, apalagi nguping obrolan mama ama papa." Tanya Jeno

Sungchan terdiam sebentar lalu mengangguk. Bangun dari rebahannya dan berjalan menuju dapur, tentu saja Jeno mengekor dari belakang.

Sungchan mengeluarkan botol cola dari kulkas dan membuka tutup cola tersebut.

"Kak, udah gak bersoda deh kayaknya." Ujar Sungchan

"Gapapa, yang penting manis dah." Jeno mengambil 2 gelas dari dapur.

"Kak, tapi kok kayak bau bawang ya?" Tanya Sungchan.

"Bumbu buat mama masak kali." Ujar Jeno tak mau ambil pusing.

Sungchan mengangguk mengiyakan, berusaha berpositif thingking seperti sang kakak panutannya itu.

Saat kedua gelas itu penuh, Sungchan dan Jeno segera berseru senang dan meminum 'cola' tersebut ala sekali teguk.

"OHOK! HUEK!" Sungchan memuntahkan minumannya.

"OHOK! ANYING INI CUKO!"

.
.
.

"Maaf.." Lirih Jaehyun yang kini tengah duduk berdua bersama Achana di ruang tamu.

"Gak, males." Ujar Achana tanpa menatap Jaehyun, tatapannya fokus ke luar pintu memperhatikan langit yang agak mendung itu.

"Sayang... Please..." Suara Jaehyun bergetar, menandakan bahwa pria bermarga Rahandika itu sedang menahan tangisnya.

"Gak ada sayang disini." Ujar Achana ketus.

"Achana, mas mohon.. Maafin mas, mas tau mas salah, tapi tolong kasih mas kesempatan, tolong biarin mas buat bangun kepercayaan kamu lagi." Jaehyun berlutut didepan Achana, menggenggam tangan lembut milik istrinya itu.

Iya, masih istri, kan Jaehyun gak mau cerai.

Achana hanya diam tak mau merespon, jangankan merespon, menatap wajah Jaehyun saja Achana enggan. Achana memang mau memaafkan Jaehyun tapi disisi lain ia juga masih sakit hati, meskipun kata orang sepele namun tidak menurut Achana.

Apakah tidur bersama mantan istri di hotel yang sama dan kamar yang sama adalah hal kecil? Apakah lebih memilih jalan bersama mantan istri dan meninggalkan istri yang hamil sendiri itu hal kecil? Tidak.

"Chan, biarkan saya bawa kamu pulang, meskipun kamu susah untuk memaafkan saya, setidaknya biarkan saya mencoba." Genggaman tangan Jaehyun mengerat, menandakan bahwa Jaehyun bersungguh-sungguh.

"Achan bilang nggak, ya nggak!" Seru Achana kesal.

"Chan, anak-anak butuh kamu, anak-anak juga butuh saya... Tolong..." Dan benar saja, air mata keluar begitu saja membasahi pipi Jaehyun.

"Bisa gak sih gak usah bawa anak-anak? Itu anak aku!"

"Itu anak saya juga chan, saya ayahnya!" Seru Jaehyun.

"KALAU KAMU AYAHNYA, KENAPA WAKTU ITU LEBIH MEMILIH PERGI BERSAMA MANTAN ISTRI KAMU DIBANDINGKAN MENEMANI ANAK KAMU YANG DEMAM?!" Achana melepaskan genggaman Jaehyun pada tangannya sambil menatap Jaehyun dengan sinis.

"Chan..."

"APA?! GAK BISA JAWAB KAN?!"

Achana menarik nafasnya pelan kemudian menatap Jaehyun dan menguncinya pandangannya.

"Tolong cepat tanda tangan surat cerainya ya, aku capek."

.tbc.

Setelah 2 jam berdiam di wc, akhirnya bisa juga dilanjutkan :).

Mama Achan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang