12

5K 701 126
                                    

Jaehyun terduduk lemas di depan ruang operasi itu, dimana istrinya yaitu Achana tengah berjuang antara hidup dan mati demi buah hati mereka yang ditunggu-tunggu lahir ke dunia.

Kronologinya begitu cepat, hingga Jaehyun saja masih bingung dengan apa yang tadi pagi ia alami, apakah ia menyetir terlalu kencang, atau ia menabrak sesuatu, yang penting sekarang adalah Achana.

Ini sudah jam 7 pagi sedangkan Achana masih berada di ruang operasi dari jam 5 subuh, Jaehyun kalang kabut tidak tau apa yang harus ia lakukan, apalagi ia tak berani masuk ke ruang operasi, bukan karena tidak sayang, hanya saja Jaehyun tidak bisa melihat orang yang dia sayang sakit.

Tak lama, Mark dan Jeno diikuti istri mereka dan juga orang tua Jaehyun dan Achana datang. Mark memberikan jaket yang ia bawa ke Jaehyun, Mark sudah punya feeling bahwa sang papa tidak sempat berganti baju.

"belum ada tanda operasi udah selesai?" tanya Jaka dengan wajah khawatir, demi apapun, Jaka tadi sedang perjalanan menuju luar kota untuk meeting langsung putar setir karena mendengar anakanya yang sedang melahirkan.

Jaehyun hanya menggeleng lemah sebagai jawaban untuk pertanyaan dari ayah mertuanya itu.

"makan dulu pa.." Jeno memberikan roti isi kepada Jaehyun, namun Jaehyun menolak, ia tidak nafsu makan jika begini. Siapa yang bisa makan disaat orang tersayangnya kritis?

tak lama, suara tangis bayi terdengar membuat Jaehyun menintikkan air matanya dan sedikit merasa lega, anaknya sudah terlahir ke dunia, dan Jaehyun senang bukan main. Namun, Jaehyun masih dihantui rasa ketakutan saat lampu ruang operasi tak kunjung berubah.

Achana nya baik-baik saja kan?

Jaehyun masih setia menunggu dengan banyak doa yang ia ucapkan baik dimulut dan di dalam hati, meminta kepada tuhan agar istrinya bisa selamat dan anaknya terlahir sempurna.

30 menit Jaehyun menunggu sampai akhirnya sang suster dan dokter keluar dengan bayi di gendongan suster dan berjalan ke arah Jaehyun dengan mata tak bisa dibaca.

"bagaimana dok?" tanya Jaehyun

"anak bapak sehat, alhamdullilah." ucap dokter itu, tetapi tidak memberikan bayi itu kepada Jaehyun maupun keluarganya.

"istri anda...." sang dokter menarik nafas pelan lalu menepuk bahu Jaehyun pelan.

"maaf... tuhan lebih sayang kepada istri anda." ujar sang dokter.

Jaehyun terdiam, badannya tiba-tiba saja berubah menjadi lemas, tubuhnya merosot ke lantai lalu memegang dadanyaa yang terasa nyeri, air mata terus turun melewati pipinya dengan deras.

Kenapa?

Kenapa harus istrinya yang terlebih dahulu pergi meninggalkannya?

Kenapa tuhan begitu sayang kepada Achana?

Jaehyun berlari masuk ke ruang operasi dimana Achana terbujur kaku dengan wajah yang pucat namun badannya masih sedikit hangat dikarenakan ia belum lama meninggal. Ditambah dengan alat pendeteksi jantung yang masih terpasang kini menujukkan garis lurus.

Mata Achana yang indah dan selalu menampilkan aura positif itu kini tertutup rapat dan juga bibirnya yang selalu memberikan senyuman, banyak komentar dan nasehat untuk Jaehyun kini diam tak akan membuat suara lagi.

Jaehyun merasa dunia nya hancur lebur, kehidupannya menjadi mati saat ini juga.

Jaehyun menggenggam tangan Achana yang mulai dingin itu dan mencium punggung tangan Achana. Jaehyun kembali terisak, isakan yang terdengar sangat pilu di telinga siapapun di sekitar sana.

"sayang... anak kita lahir loh, kok kamu pergi gitu aja? Jefian sama Sungchan aja masih butuh kamu, apalagi putri kita.." Jaehyun mengelus lembut kening Achana

"dek.. Achan sayang... ayok omelin masnya lagi... ayok bilang mas mesum lagi.." Jaehyun semakin terisak

"sayang.. bangun yuk... masa ninggalin mas gitu aja? sayang..." Jaehyun mengguncangkan tubuh Achana dengan pelan.

Mark memasuki ruang operasi, lalu memegang pundak papa nya.

"pa..." Mark berujar pelan

Jaehyun diam sebentar lalu segera memeluk tubuh Achana erat menandakan bahwa Jaehyun tak ingin Achana pergi.

.
.
.

"Mas? Mas? Mas sakit? Mas banguunnn.." Achana berseru panik saat melihat Jaehyun yang keringat dingin dan bergerak resah dalam tidurnya.

"hikss.. hiks.. mas bangun.." Achana menangis saking paniknya.

"HAHH!!" Jaehyun terbangun dengan mata melotot dan nafas tersengal-sengal

Jaehyun mengedarkan tatapannya ke penjuru kamar, dan ketika matanya menatap Achana, Jaehyun segera memeluk erat tubuh Achana sambil terus menciumi seluruh wajah istrinya itu.

"ihhh! basahhh!" protes Achana karena wajahnya dihujam ciuman dari suaminya itu.

Jaehyun terkekeh pelan dan berhenti mencium wajah Achana namun tetap memeluk istrinya itu. Menatap Achana dengan senyumannya dan mengelus lembut pipi Achana.

"apa sih?" tanya Achana heran

"Mas takut kehilangan kamu dek." ujar Jaehyun

"lebay. daripada nethink, mending mas beliin Achan martabak asin, Achan ngidam nih.." keluh Achana

"iya sayang siap" Jaehyun mencium pipi Achana dan turun dari kasur untuk bersiap, ini sudah agak siang, jadi sedikit lebih mudah mencari martabak, seperti di san fransis*o misalnya.

"tapi! tapi!" Achana segera berdiri dan melompat kecil

Jaehyun terkekeh saat melihat tingkah menggemaskan istrinya itu.

"kenapa sayang?" tanya Jaehyun

"Achan mau mas belinya sama Lukas temennya Mark." seru Achana

"hah? Lukas yang kalo kesini itu paling berisik?" tanya Jaehyun

"huum! sama Jeno sama Mark sama Dery juga yaa~ makasih mas sayang! Muah!" Achana segera memeluk dan mencium pipi Jaehyun lalu pergi dari kamar dengan santai.

Jaehyun rasa... ini bukan pilihan baik.

Tapi, demi Achana Jaehyun harus siap.

Semoga aja Jaehyun gak stress nanti.

.tbc.

hello!

Mama Achan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang