19. Daffodil

3.1K 424 27
                                    

wonderful tuesday, happy reading..

-Daffodil symbolizes rebirth and new beginning-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Daffodil symbolizes rebirth and new beginning-

*****

Awan POV.

"Senja, sebenarnya kenapa kamu mau bekerja disini? Kenapa kamu mau mengurus saya?"

Aku melihat tubuh Senja menjadi kaku, dia sepertinya kaget mendengar pertanyaanku. Wajahnya dialihkan ke depan, tidak lagi melihatku. Pandangannya berpusat pada taman di depannya, dia tidak melihat ke arah lain.

Kenapa? Apakah sesulit itu untuk menjawab pertanyaanku?

"saya butuh uang." Ujarnya parau, sambil mengendikkan bahu, seolah dia tidak peduli akan jawabannya.

"apa?"

Pandangan Senja kembali mengarah padaku, kali ini mata itu tajam menatapku. Seakan dia kesal, seakan dia kecewa akan pertanyaanku, seakan dia tidak percaya aku akan menanyakan hal itu. Baru kali ini aku melihat sosok Senja yang seperti ini, sosok yang memandang marah kepada keadaan, sosok yang kecewa pada kehidupan.

"alasannya sederhana Pak. Saya butuh uang, simple kan? Kemudian Naya, maksud saya Bu Kanaya, datang dan menawarkan pekerjaan ini. Saya gak punya keistimewaan untuk menolak, saya gak punya kemewahan untuk mengatakan tidak pada uang sebanyak itu. Jadi mau gak mau saya harus bekerja dengan Bu Naya. Bekerja mengurus rumah ini dan merawat Bapak." Ujar Senja panjang lebar, sinis.

Entah mengapa aku sedikit kecewa mendengarkan alasan itu, entah mengapa. "Kamu butuh uang untuk apa?"

Senja menutup matanya ketika menjawab pertanyaanku, seakan dia ingin melupakan semua yang terjadi di masa lalu. "Saya ingin hidup Pak. Saya ingin bisa makan tanpa harus berpikir makan apa lagi setelah ini, saya ingin bisa tidur nyenyak tanpa harus berpikir bulan depan harus mencari tempat tinggal yang lebih murah, saya ingin kuliah tanpa harus khawatir mendapat surat peringatan setiap kali saya datang ke kampus. Saya ingin hidup tenang, dan kehidupan yang saya impikan itu membutuhkan uang."

"kamu kuliah?"

"iya, saya pernah kuliah, setidaknya sekarang saya sedang berusaha untuk itu. Nanti setelah pekerjaan saya dengan Bapak sudah berakhir, saya masih berharap bisa melanjutkan kuliah lagi." Ujarnya mantap, aku melihat keyakinan kuat dari matanya.

Aku tahu Senja wanita hebat, dan aku tidak kaget mendengar kalau dia juga berkuliah. "Jurusan apa?"

"sastra inggris. Bapak kan tahu kalau saya suka membaca buku, jadi saya masuk ke sastra inggris. Mudah-mudahan nanti bisa bekerja di perusahaan penerbit atau apapun yang berhubungan dengan buku." Wajah Senja terlihat berseri-seri ketika membicarakan impian masa depannya, seakan dia sudah cukup gembira hanya dengan membayangkan hal itu.

Aku melihat perubahan ekspresi wajah Senja ketika dia menceritakan cita-citanya, wajah itu terlihat berbeda, ada sinar harapan dan kebahagiaan di sana. Inilah ekspresi yang seharusnya selalu terpasang dii wajah mungil itu, bukan ekspresi kelam karena mengetahui kejamnya dunia, bukan ekspresi putus asa karena disingkirkan oleh dunia.

Senja Bersama Awan (END, KK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang