10. Daisy

3.5K 438 15
                                    

terima kasih banyak untuk vote dan komennya yaa.. *xoxo

happy reading.. :)

-Daisy simbolizes innocence and purity-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Daisy simbolizes innocence and purity-

*****

Awan POV.

Senja. Namanya Senja. Nama yang cukup indah, bahkan namanya mirip dengan nama tengah Ayah.

Aku tidak tahu nama panjangnya, tidak juga mau tahu. Tapi entah mengapa aku selalu menganggap nama Senja itu identik dengan keindahan. Aku pernah bertahun-tahun lalu, melihat senja terindah yang pernah aku lihat sepanjang hidupku. Di Gili Nanggu, tempat Ayah dan Ibu pernah berbulan madu.

Senja waktu itu indah sekali. Warna oranye keemasan, dengan gradasi ungu violet yang unik. Warna lilac, warna yang disukai oleh semua orang, saat ini. Senja saat itu seakan bisa menghipnotisku, membuatku terpana beberapa saat. Senja saat itu merupakan lukisan Tuhan yang paling luar biasa, bagiku.

Itulah gambaran senja untukku, sebuah keindahan.

Tapi, jika aku melihat Senja yang ini, Senja yang berdiri di hadapanku ini, benar-benar tidak cocok dengan keindahan namanya. Senja yang ini sama sekali tidak membuatku bahagia, Senja yang ini adalah wanita dengan aura paling kelam yang pernah kukenal dalam hidupku.

Bukan, bukan karena penampilannya. Aku bukan seseorang yang peduli pada penampilan orang lain, karena bagiku keindahan atau kecantikan seseorang tidak ada hubungannya dengan penampilan fisik. Tapi lebih kepada karakter seseorang, bagaimana kita bisa membuat orang lain merasa nyaman dengan diri kita.

Dan Senja bagiku tidak mempunyai karakter itu. Dia menyedihkan, bukan hanya dari penampilan, tapi lebih kepada sifat dan karakternya. Senja yang ini, bagiku terlihat seperti rumput liar. Rumput liar yang terlupakan, tidak penting, tidak juga berharga. Hanya sebagai perusak keindahan sebuah taman, hanya itu.

Sebenarnya aku merasa kalau Senja lebih pintar dari yang dia tampilkan. Aku tahu dia bekerja disini hanya sebagai pembantu rumah tangga, hanya mengurus rumah ini sepeninggalan Kanaya. Tapi beberapa kali aku pernah melihat dia mencuri-curi pandang ke arah lemari buku di rumah ini, seperti dia ingin mengetahui buku apa saja yang berada di lemari itu. Pernah satu kali aku memergoki dia sedang membaca salah satu buku yang dia ambil. Aku tidak tahu buku apa itu, karena memang lemari buku itu kepunyaan Air adikku.

Aku perhatikan dia dari jauh, ketika dia sedang membaca satu per satu kata dalam buku itu. Jari-jemarinya membelai lembut lembaran dalam buku itu, seakan buku itu adalah benda paling berharga, seakan dia takut merusaknya. Aku kembali memperhatikan wajahnya dari jauh, wajah Senja ketika membaca terlihat berbeda. Wajahnya bahagia saat itu dan jujur aku akui dia cukup manis. Dia terlihat lebih manis ketika terhanyut dalam bacaannya.

Mengapa wajah itu tidak pernah dia perlihatkan padaku? Dia selalu menunjukkan wajah keengganan ketika melihatku. Kenapa? Apa aku pernah berbuat salah padanya, sehingga dia setakut itu padaku?

Senja Bersama Awan (END, KK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang