apa kabar semua.. happy reading yaa.. *loveyouall
-Sunflower symbolizes adoration, loyalty, and longevity-
*****
Kiara/Senja POV.
Aku melihat sosok tubuh Awan dari balik jendela dapur. Sosok itu terlihat kesepian saat ini. Tubuh rampingnya sedikit membungkuk, sementara kepalanya dia tundukkan, seakan letih menghadapi keadaan.
Beberapa saat lalu, aku mendengar pembicaraan Awan dan seseorang di ujung telepon, sepertinya Kanaya. Mereka bertengkar, beberapa kali aku mendengar Awan berbicara agak keras dan lebih emosional. Apa yang terjadi? Apakah ada masalah dalam hubungan mereka?
Aku tidak bermaksud menguping, sungguh. Aku bermaksud memberikan mereka privasi dengan pergi dari teras belakang dan masuk ke dalam rumah, walaupun Awan menyuruhku untuk tetap tinggal di sana bersamanya. Tapi suara Awan menggelegar terdengar sampai ke tempatku, sehingga aku bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.
~Kanaya memang bisa sedikit mengintimidasi dan arogan, tapi sebenarnya dia wanita yang baik.~
Perkataan Awan tadi ada benarnya. Dulu Kanaya adalah sahabat yang baik, dia cukup menyenangkan sebagai seorang teman. Entah kapan dia mulai berubah, sepertinya saat dia mulai menaruh perhatian pada Awan. Dia mulai menganggapku saingannya, dia menganggapku berbohong tentang Awan. Dan ketika aku selangkah lebih dari dia, dia tidak suka, dan mulai menjauhiku.
Sejak saat itu dia berubah, dia bukan lagi sahabat yang aku kenal.
Bagaimana dia bisa menjadi kekasih Awan? Apakah mereka menjadi dekat setelah aku menjauh? Selama empat tahun ini, aku tidak tahu apa yang terjadi antara mereka.
Aku mengusap muka dengan kedua tangan, berusaha menjernihkan kembali pikiran yang membuatku penat. Kemudian aku kembali mengalihkan kepala, untuk melihat sosok Awan di taman belakang. Sosoknya masih terlihat sama sedari tadi. Punggung itu masih terlihat kesepian.
Dia kesepian.
*****
Dua hari setelah telepon Kanaya pada Awan, dua hari sudah aku melihat Awan tidak bersemangat. Awan menjadi lebih banyak diam, seperti banyak yang dia pikirkan. Ingin rasanya aku bertanya apa yang terjadi, tetapi aku tahu kedudukan dan posisiku. Sangat tidak sopan rasanya seorang pembantu sepertiku mencampuri urusan majikannya.
Aku berjalan ke arah teras taman belakang dengan membawa secangkir teh. Mataku fokus ke arah wajah Awan yang seperti hari-hari sebelumnya terlihat berantakan dan tidak fokus. Aku meletakkan cangkir teh tersebut di meja samping kursi Awan. Agak keras sehingga menimbulkan suara berdenting, yang aku harap dapat membuyarkan lamunan Awan.
"Pak, ini tehnya," ujarku.
Pandangan Awan beralih, sebuah senyuman terbit di bibir indahnya. Senyuman yang pernah aku rindukan, empat tahun lalu aku selalu berharap akan mendapatkan senyuman itu setiap hari, setiap kami bertemu di dinding samping lobi sekolah. Dulu sekali, aku selalu mencuri-curi pandang ke arah wajah maskulin laki-laki ini, melihat senyumannya dengan kedua mata yang aku sembunyikan dibalik gerai rambut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Bersama Awan (END, KK)
Romance#HUJAN.SERIES.2 (Beberapa chapter sudah dipindahkan ke Karyakarsa) "Kiara?" "Naya. Kanaya?" "Bener ternyata ini lo. Gue ada perlu sama lo. Lo bisa bantu gue gak?" "Apa?" "Gue tahu lo butuh uang kan? Jadi gue mau lo kerja buat gue." "Maksudnya?" "...