25. Myrtle

3.3K 422 27
                                    

have a nice day..*xoxo

-Myrtle simbolizes power, sincerity, positivity, security, and sincere emotions-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Myrtle simbolizes power, sincerity, positivity, security, and sincere emotions-

*****

Kiara/Senja POV

Kami, aku dan Ibu, berada di dalam kamar kost yang sederhana. Kamar dengan ukuran kurang dari tiga kali tiga meter, yang hanya berisi tempat tidur, lemari pakaian, dan sebuah meja kecil di sudutnya. Aku duduk di atas tempat tidur, sementara Ibu terduduk kaku di kursi depan meja belajar.

Lebih dari lima tahun aku tidak bertemu dengan Ibu. Ibu yang dulu pergi meninggalkanku, Ibu yang lebih memilih menyerah ketika tidak tahan lagi dengan perilaku Ayah, Ibu yang akhirnya membuatku sendirian. Dia tidak berubah, wajah itu tetap sama, proporsi tubuh itu tetap sama, hanya saja gurat penuaan dan keletihan membuat Ibu terlihat lebih manusiawi.

Dulu, aku sangat takut pada Ibu. Sosok Ibu menjadi momok bagiku, setiap perbuatan Ibu menjadi ancaman untukku, dan setiap ekspresi Ibu menjadi halangan bagiku untuk mendekat. Ibu dulu sosok yang menakutkan, terutama bagi anak berusia sepuluh tahun yang tidak pernah mengenal kasih sayang keluarga.

Aku kembali melihat wajahnya, wajah yang sudah lama tidak aku lihat, tapi tidak pernah hilang dari ingatan. Wajah itu saat ini tidak terlihat menakutkan, sosok itu saat ini tidak terlihat sebagai ancaman. Ibu terlihat lebih mudah didekati, Ibu terlihat lebih manusiawi. Mungkinkah?

Suasana terasa hening diantara kami, tidak ada satupun yang berniat membuka pembicaraan lebih dulu. Suara detik jam terasa memekak sampai ke telinga, seakan pertanda waktunya bersuara.

"Ibu."

"Kiara."

Aku menarik napas panjang, menata perasaan untuk dapat berbincang. "Ibu sudah lama menunggu di depan kost tadi?"

"Lumayan," jawab Ibu singkat. "Sekarang kamu tinggal di sini? Sendirian?"

"Iya, sejak Kakek meninggal aku pindah ke sini sendirian, tidak mungkin aku bisa membayar kontrakan seperti Kakek dulu. Ibu tahu nomor teleponku dari siapa?" tanyaku.

Jujur aku kaget sekali ketika menerima telepon dari Ibu. Apalagi ketika tahu bahwa dia sudah menunggu di depan kost, sejak tadi siang. Aku sama sekali tidak menyangka, bahwa setelah lebih dari lima tahun kami tidak bertemu, tiba-tiba dia datang kepadaku. Ada apa sebenarnya?

"Tadinya Ibu datang ke rumah kakekmu, ternyata rumah itu sudah dikontrakkan ke orang lain. Lalu Ibu bertanya pada tetangga rumah, katanya kamu sudah pindah sekitar satu tahun lalu. Untung mereka masih menyimpan nomor telepon kamu Kiara, jadi Ibu bisa menghubungi."

"Oh," jawabku singkat, tidak tahu harus berkata apa.

Ibu melihatku dengan menyeluruh, pandangannya tidak lepas dari wajahku, seakan ingin mengetahui rahasia terdalam. "Kamu apa kabar?"

Senja Bersama Awan (END, KK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang