long time no see.. mari kita mulai lagi perjalanan Senja dan Awan..
happy reading my friends.. *love
-Carnation simbolizes fascination and motherly love-
*****
Aku tiba di depan rumah Awan, tepat pada pukul delapan pagi. Rumah yang sama yang aku tinggalkan tadi malam, tapi kali ini aku bisa melihat rumah ini dengan lebih jelas. Rumah yang cantik sekali, tidak besar, hanya terdiri dari satu lantai, bercat putih dengan taman mungil di halaman depannya, berisi berbagai macam tanaman hijau. Jujur dengan melihat keindahan bagian depan rumah, aku jadi makin bersemangat untuk tahu bagaimana bagian dalamnya. Apakah sama indah? Atau mungkin akan lebih indah?
Sejujurnya, jika harus menggambarkan bagaimana perasaanku saat ini, aku akan berkata kalau perasaanku seperti permen asam manis, permen yang sering diberikan Kakek padaku sewaktu aku kecil dulu, rasanya campur aduk, tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata.
Di satu sisi, aku merasa khawatir akan bertemu lagi dengan Awan setelah beberapa tahun tidak berjumpa, tapi di sisi lain aku juga bersemangat. Entah mengapa aku merasakan satu perasan baru yang tiba-tiba timbul di hati dan pikiranku, semangat yang kupikir sudah hilang dari kamus hidupku. Apa kabar Awan? Bagaimana penampilan dia sekarang? Apakah dia berubah? Apakah dia masih ingat padaku?
Yang pasti, aku tidak merasakan kekhawatiran untuk bertemu dia, seperti ketika aku bertemu dengan Naya atau teman-temanku yang lain. Dengan Naya, aku selalu merasa khawatir, kalah, dan tidak berharga, bahkan perasaan rendah diriku muncul semakin kuat ketika Naya tiba-tiba ada di hadapanku kemarin. Tapi sekarang, ketika akan bertemu Awan, pertama kali sejak empat tahun yang lalu, entah mengapa hatiku lebih tenang, lebih santai, karena aku tahu Awan selalu menjadi orang yang ramah, pada setiap orang, bahkan padaku juga.
Aku masih ingat, bahwa kata-kata terakhir yang Awan ucapkan padaku, adalah agar aku bisa bahagia. Mungkin saat ini aku belum bisa mengabulkan permintaannya, aku belum bisa bahagia. Tapi paling tidak aku tahu bahwa dia mendoakan kebahagiaanku, ya, dia adalah orang yang sebaik itu.
Tentunya aku harus tetap menjaga batasan yang Naya perintahkan padaku kemarin. Aku tidak boleh mengatakan nama asliku, aku tidak boleh terlalu dekat dengan Awan, dan aku tidak boleh kembali berteman dengan dia. Bagaimanapun aku disini untuk bekerja, untuk mendapatkan sejumlah uang yang aku butuhkan, bukan untuk berteman. Tapi tetap saja, jauh di lubuk hatiku ada sepercik rasa semangat untuk memulai pekerjaan ini.
Aku mengambil kunci pintu depan yang diletakkan Naya di bawah keset depan rumah. Kenapa kunci ini harus diletakkan di depan rumah? Memangnya Awan tidak bisa membukakan pintu ini untukku? Aneh menurutku, tapi mungkin memang ini sifat dan kebiasaan orang-orang kaya, eksentrik.
Aku membuka pintu depan dengan kunci yang baru saja kuambil, dan melewati pintu itu berjalan ke dalam rumah. Indah. Hanya itu yang bisa kukatakan ketika aku melihat bagian dalam rumah ini dengan mata kepalaku sendiri. Rumah satu lantai ini tidak besar, tapi ditata dengan apik, indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Bersama Awan (END, KK)
Romantizm#HUJAN.SERIES.2 (Beberapa chapter sudah dipindahkan ke Karyakarsa) "Kiara?" "Naya. Kanaya?" "Bener ternyata ini lo. Gue ada perlu sama lo. Lo bisa bantu gue gak?" "Apa?" "Gue tahu lo butuh uang kan? Jadi gue mau lo kerja buat gue." "Maksudnya?" "...