happy reading... :)
-Magnolia simbolizes nobility, perseverence, and love of nature-
*****
Awan menggunakan kursi roda?
Tiba-tiba pikiranku kosong, jadi ini kah penyakit Awan? Jadi ini kah mengapa Naya menyuruhku untuk merawat Awan?
Aku melihat Awan membuka lipatan kursi itu, membentuk sebuah kursi roda yang kokoh, yang langsung bisa ditempati olehnya. Awan bertumpu pada pegangan kursi duduk, dan berusaha berdiri dengan menumpu pada pegangannya. Kemudian dengan gerakan yang cukup lincah, dia memindahkan tubuhnya sendiri dari kursi duduk ke arah kursi roda. Semudah itu, seakan dia sudah melakukan hal itu cukup lama.
Aku hanya terdiam, tidak mampu bicara apa-apa. Bahkan tubuh dan mulutku pun terasa kaku, walau hanya untuk menawarkan bantuan kepadanya. Aku merasa seperti orang bodoh, yang hanya bisa berdiri melihat semua adegan di depanku, tanpa bisa berbuat apa-apa.
Awan kemudian memegang kedua roda pada kursinya dan bergerak mengayuh dengan tangan. Belum sempat ia menggerakkan tangannya, tiba-tiba dia menengadahkan kepala dan memandangku dengan pandangan tajam. Entah pandangan sinis keberapa kali yang dia tujukan padaku hari ini.
"Kenapa kamu melihat saya seperti itu?" tanya Awan ketus. Wajahnya mencerminkan kekesalan dan kemarahan. Dia tidak suka melihatku terang-terangan memandangnya.
Tapi aku tidak peduli, yang aku pikirkan saat ini adalah bagaimana bisa dia memakai kursi roda itu? Apa yang sebenarnya terjadi? Pikiranku berkecamuk, banyak pertanyaan di otakku. Tanpa sadar aku bertanya, "Bapak pakai kursi roda? Bagaimana bisa? Apa yang terjadi?"
Awan terlihat terkejut dengan pertanyaanku yang blak-blakan, wajahnya tiba-tiba mengeras, aku tahu dia sangat marah saat ini. "Bukan urusan kamu. Memangnya kamu siapa? Kamu cuma pembantu di sini, jangan banyak bertanya dan jangan campuri urusan saya."
Setelah itu Awan mengayuh kursi rodanya dengan tangan, pergi meninggalkan aku sendiri, di teras ini.
*****
Beberapa hari sejak kejadian itu, Awan terang-terangan menghindariku. Dia tidak pernah bicara padaku, tidak juga memberikan perintah untuk mengerjakan apapun. Aku bagaikan seseorang yang tidak terlihat di matanya, seseorang yang tidak berarti sama sekali, tidak dihargai.
Sebenarnya aku tidak meminta apa-apa, aku hanya ingin Awan menyadari keberadaanku, sebagai seorang manusia. Tidak perlu dia mengingatku di masa lalu, tapi paling tidak dia bisa menghargaiku di masa ini. Aku sebagai manusia yang bekerja untuk dia, aku sebagai pembantu di rumahnya.
Tapi tidak, dia tidak pernah menganggapku ada. Setiap hari yang aku lakukan hanyalah bekerja seperti robot, melakukan pekerjaan yang sudah diprogram sebelumnya, tanpa ada interaksi, tanpa ada komunikasi. Sampai akhirnya aku pasrah, aku tidak lagi mengharapkan apa-apa, aku hanya bekerja sesuai dengan kewajibanku. Aku tidak pernah mengharapkan interaksi dengannya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Bersama Awan (END, KK)
Romansa#HUJAN.SERIES.2 (Beberapa chapter sudah dipindahkan ke Karyakarsa) "Kiara?" "Naya. Kanaya?" "Bener ternyata ini lo. Gue ada perlu sama lo. Lo bisa bantu gue gak?" "Apa?" "Gue tahu lo butuh uang kan? Jadi gue mau lo kerja buat gue." "Maksudnya?" "...